Chapter 30

38 4 0
                                    

Ethan berusaha menenangkan dirinya saat kembali berbaring di ranjang. Tubuhnya terasa lemas, perutnya kosong setelah semua makanan yang dipaksa masuk akhirnya keluar. Dia hanya bisa menatap langit-langit, mencoba mengumpulkan sisa-sisa kekuatan yang masih ada.

Tak lama kemudian, Leona muncul kembali, matanya menyiratkan ketidaksenangan yang dalam. Dia berjalan perlahan menuju Ethan, tangannya memegang sebuah gelas kosong, berdiri di samping ranjang dengan tatapan penuh kebencian. "Kamu memuntahkan makananmu?" tanyanya, suaranya tajam.

Ethan menatapnya tanpa takut. Sudah tidak ada lagi alasan untuk berbohong. "Ya. Tentu saja. Makananmu sangat buruk. Sekarang aku semakin beruntung tidak menikahimu."

Perkataan Ethan itu menyulut api kemarahan di dalam diri Leona. Tiba-tiba, alat yang terpasang di leher Ethan mulai mengalirkan listrik. Rasa sakit yang tajam menjalar ke seluruh tubuhnya, membuat Ethan menjerit kesakitan. Tubuhnya menegang, otot-ototnya berkontraksi tanpa kendali, dan dia hanya bisa menggigit bibirnya untuk menahan teriakan lebih lanjut.

Leona tertawa dingin melihat penderitaan Ethan, matanya bersinar puas. "Itu hanya peringatan kecil, sayang. Lain kali, pikirkan baik-baik sebelum membuka mulutmu," katanya dengan suara lembut yang penuh ancaman.

Ethan terbaring lemas, napasnya tersengal-sengal saat rasa sakit itu perlahan memudar. Ethan melirik ke arah Leona. "Apa lagi sekarang?" tanyanya sinis.

Leona hanya tersenyum, seolah menikmati ketidakberdayaan Ethan. "Aku ingin bermain denganmu," jawabnya manis, namun ada nada sadis dalam suaranya. "Ayolah, dulu kita sering bermain." Leona melangkah mendekat, memperlihatkan borgol berlapis bulu hitam di tangannya.

Ethan merasakan ketegangan di tubuhnya ketika Leona mulai menarik tangannya ke atas, memborgolnya ke ranjang tanpa memberinya kesempatan untuk melawan. Logam dingin itu menempel erat di pergelangan tangannya, membuatnya semakin tidak berdaya.

Ethan menahan amarahnya, menatap Leona dengan mata yang penuh dengan perlawanan. "Kamu benar-benar gila," desisnya.

Leona tertawa pelan, suaranya terdengar meremehkan, seolah menikmati ironi dalam situasi itu. "Mungkin aku gila," katanya sambil mendekatkan wajahnya ke arah Ethan, matanya bersinar dengan kilatan kegilaan. "Tapi aku tidak peduli, karena ini sama seperti yang kamu lakukan dulu denganku, kan? Ya, kurang lebihnya."

Leona mengelus pipi Ethan dengan ujung jarinya, seolah-olah dia sedang menikmati momen ini. "Yang penting sekarang, kamu adalah milikku, dan aku akan memastikan kamu tidak pernah melupakan ini." Nadanya tenang, tapi penuh dengan ancaman yang dingin.

Leona menarik celana Ethan hingga terlepas dari tubuhnya. Tangannya kemudian mengangkat baju Ethan, menyisakan kain itu tergulung di lehernya. Ethan hanya bisa terdiam, mencoba menahan rasa malu dan marah yang kini bercampur dalam dirinya. Ia tidak pernah membayangkan sekalipun dia berada dalam posisi menyerah seperti ini.

Leona mengarahkan pandangannya yang tajam pada Ethan, mengamati setiap detil ekspresi wajahnya. Dia bisa melihat ketegangan yang jelas di rahang Ethan, meskipun pria itu berusaha keras untuk tetap tenang. Tanpa kata-kata, Leona membiarkan jarinya menyusuri kulit Ethan, melukiskan jejak halus namun penuh arti di sepanjang dadanya. Sentuhan itu dingin, tapi dengan kehadiran yang membuat jantung Ethan berdegup lebih cepat.

"Apa kamu merasa malu, Ethan?" bisik Leona dengan suara yang nyaris tak terdengar, namun menggema di ruangan yang sunyi. Tidak ada jawaban dari Ethan, hanya tatapan yang semakin tajam, seolah menantang dominasi yang sedang ditegakkan oleh Leona.

Leona tersenyum kecil. "Menarik sekali melihatmu seperti ini. Lihat dirimu, seorang pria yang selalu kuat, tapi sekarang... sepenuhnya ada di bawah kendaliku."

Dark Love (Indo Ver)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang