Setelah sarapan yang hangat dan menenangkan, mereka melangkah keluar dari kafe kecil dan berjalan menuju Musée du Louvre. Udara pagi Paris yang segar menemani langkah mereka, Ethan berjalan dengan memeluk pinggang Elisa dengan lembut. Saat mereka tiba di depan gedung besar yang megah itu, Ethan memandang Elisa sejenak, memperhatikan bagaimana matanya bersinar penuh rasa antusias.
Begitu mereka memasuki museum, keheningan yang tenang menyelimuti mereka, seolah-olah dunia luar menghilang, menyisakan hanya mereka berdua dan keindahan seni di sekitar mereka. Setiap langkah yang mereka ambil terasa ringan, seiring dengan bisikan-bisikan lembut yang mereka bagi di antara lukisan-lukisan bersejarah. Namun, saat tiba di depan Mona Lisa, waktu terasa berhenti. Elisa berdiri terpaku, pandangannya tak lepas dari senyuman misterius wanita di dalam bingkai itu.
Ethan tidak bisa menahan senyum melihat Elisa yang begitu terpukau. Baginya, keindahan lukisan itu tak sebanding dengan ekspresi Elisa saat ini. Dalam keheningan, Ethan mendekat, membiarkan tangannya yang bebas menyentuh lembut pinggang Elisa, menariknya sedikit lebih dekat. "Indah, bukan?" bisiknya, namun matanya tertuju pada Elisa, bukan pada lukisan di depannya. Elisa hanya mengangguk pelan, terlalu terpesona untuk merespons lebih dari itu.
Saat mereka melanjutkan perjalanan menyusuri galeri, Ethan terus memegang tangan Elisa, menuntunnya dari satu karya seni ke karya seni lainnya. Tapi sesekali, ketika mereka berhenti di depan sebuah lukisan atau patung, Ethan akan menarik Elisa ke dalam pelukan singkat, bibirnya menyentuh lembut puncak kepalanya. Elisa merasakan kehangatan Ethan, dan hatinya dipenuhi rasa bahagia yang tidak bisa dirinya jelaskan lagi. Di tengah hiruk-pikuk para pengunjung lainnya, mereka berdua seolah berada dalam dunia kecil mereka sendiri, di mana hanya ada satu sama lain di dalamnya.
⋇⋆✦⋆⋇
Setelah mereka memutuskan untuk makan siang, Elisa dan Ethan melangkah keluar dari Musée du Louvre. Matahari Paris yang cerah menyambut mereka saat mereka menuju Le Comptoir de la Gastronomie. Jarak antara museum dan kafe tersebut tidak terlalu jauh, hanya sekitar sepuluh menit berjalan kaki, namun suasana jalanan memberikan pengalaman yang menyenangkan.
Saat mereka berjalan, jalan-jalan Paris yang dipenuhi dengan pesona yang khas mulai mengungkapkan keindahannya. Jalanan sempit di Le Marais dipenuhi dengan kehidupan. Trotoar yang terbuat dari batu-batu kecil dipenuhi oleh pejalan kaki, dan udara segar di pagi hari terasa menyegarkan. Aroma kopi dari kafe-kafe kecil, bersama dengan bau roti yang baru dipanggang, memenuhi udara, menciptakan suasana yang hidup dan penuh warna.
Elisa dan Ethan melangkah berdampingan, tangan mereka saling bergandengan erat. Mereka melewati butik-butik kecil dengan jendela yang dipenuhi dengan barang-barang menarik, dan galeri seni yang memamerkan karya-karya yang menawan. Jalanan dipenuhi dengan bunga-bunga di pot-pot di trotoar, dan lampu-lampu jalanan yang diletakkan di sepanjang jalan menambah keindahan suasana.
Mereka sesekali berhenti untuk melihat-lihat jendela toko yang menarik atau sekadar menikmati pemandangan sekeliling. Ethan tidak bisa menahan senyum melihat bagaimana Elisa memandang dengan penuh rasa ingin tahu setiap detail yang ada di sekeliling mereka. Elisa membalas tatapan Ethan dengan senyum penuh kasih, merasa senang dengan kebersamaan mereka di kota yang romantis ini.
Saat Elisa dan Ethan tiba di Le Comptoir de la Gastronomie, suasana kafe langsung menyambut mereka dengan kehangatan yang memikat. Kafe ini terletak di sudut yang tenang di Le Marais, dengan dekorasi yang sederhana namun elegan. Dinding-dindingnya dipenuhi dengan gambar-gambar vintage Prancis, sementara lampu-lampu gantung yang lembut memberikan cahaya hangat yang membuat suasana terasa nyaman dan intim.
Meja-meja kecil yang terletak di luar ruangan dikelilingi oleh tanaman pot hijau, menambah kesan segar dan alami. Aroma harum dari masakan Prancis yang sedang dimasak memenuhi udara, mengundang selera dan membuat Elisa dan Ethan merasa seolah-olah mereka telah menemukan tempat yang sempurna untuk menikmati makan siang mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Love (Indo Ver)
RomanceDark Series #1 - Friend to Lover - R21+ "Everything that's happened to her is a consequence of my actions. No words, not even the deepest apology, can express the depth of my regret. I wish I could undo it all, but I can't. All I can do is try to ma...