Chapter 22

40 4 0
                                    

"Para penumpang yang terhormat, kita akan mendarat di Bandara Internasional Leonardo da Vinci di Roma dalam beberapa menit. Silakan pastikan sabuk pengaman Anda terpasang, menegakkan sandaran kursi, dan melipat kembali meja di hadapan Anda ke posisi semula. Kami mengucapkan terima kasih telah terbang bersama kami, dan berharap Anda memiliki pengalaman yang menyenangkan di Italia."

Ethan membuka matanya dan merasakan sedikit guncangan saat pesawat mulai mendekati landasan. Mendaratnya cukup mulus, hanya sedikit getaran yang terasa ketika roda pesawat menyentuh landasan. Para penumpang lainnya mulai berkemas, sementara Ethan masih duduk santai di tempatnya, mengetik pesan untuk wanita kesayangannya itu. Berbeda dengan Ray dan Alex, keduanya sangat rusuh saat bersiap-siap untuk keluar dari pesawat.

Setelah mereka turun dari pesawat dan melewati pemeriksaan imigrasi, mereka menuju area pengambilan bagasi. Koper-koper mereka sudah berputar di sabuk bagasi, namun Ethan masih menunggu Ray dan Alex yang belum mendapatkan koper mereka. Mereka seharusnya tidak datang terlalu awal karena koper mereka mungkin masuk yang paling pertama dan keluar yang paling akhir.

"Seharusnya kita tidak perlu bawa koper," gumam Ethan kesal. Ia sudah menunggu lama dan perutnya mulai terasa lapar. Semalaman Ethan tidak makan apa pun di pesawat, dan mereka tiba pukul 2 siang. Ini sudah lewat jam makan Ethan.

Setelah beberapa saat, koper mereka akhirnya muncul. Mereka bisa keluar dari bandara sekarang, udara segar Italia menyambut mereka. Di luar terminal, seorang pria dengan setelan hitam rapi dan kacamata hitam sudah menunggu. Ia memegang sebuah papan bertuliskan "E. Reid" dan segera menghampiri mereka.

"Signore Reid, benvenuto in Italia," ucapnya dengan aksen Italia yang khas, sambil membungkuk sedikit sebagai tanda penghormatan. "Mobil Anda sudah siap. Silakan ikut saya."

Mereka dibawa ke sebuah mobil mewah yang sudah menunggu di depan bandara. Sebuah Maserati Quattroporte berwarna hitam yang berkilau di bawah sinar matahari. Ethan dan anak buahnya masuk ke dalam mobil, dengan Ray dan Alex duduk di depan dan Ethan sendirian di belakang.

Sepanjang perjalanan, Ethan memandangi pemandangan kota Roma dari balik jendela. Jalanan beraspal halus, dengan arsitektur kuno yang berdiri berdampingan dengan bangunan modern. Di kejauhan, kubah St. Peter's Basilica terlihat megah, memantulkan cahaya matahari sore. Jalanan dipenuhi mobil-mobil kecil dan motor Vespa yang melaju dengan cepat, sebuah pemandangan khas Italia. Restoran kecil dengan teras di pinggir jalan, butik mewah, dan kafe yang dipenuhi orang-orang yang duduk sambil menikmati kopi dan gelato. Rasanya Ethan ingin membawa Elisa ke sini bersamanya.

Perlahan, pemandangan kota berubah menjadi lebih tenang saat mereka memasuki area perumahan mewah. Mobil akhirnya berhenti di depan sebuah mansion besar dengan gerbang besi yang tinggi. Gerbang itu terbuka perlahan, dan mobil melaju ke dalam halaman luas yang dihiasi dengan taman rapi dan air mancur yang mengalir lembut di tengah-tengahnya.

Setelah keluar dari mobil, Ethan disambut oleh seorang pria yang mengenakan setelan abu-abu mewah, rambutnya disisir rapi ke belakang. Pria itu tersenyum dan mengulurkan tangan. "Buongiorno, Signore Reid. Saya Alessio," katanya dengan suara yang ramah namun penuh kewibawaan. "Selamat datang di Italia. Mari, saya antar Anda berkeliling sebentar."

Ethan mengangguk singkat dan memperhatikan wajah pria di hadapannya itu. Mata Alessio berwarna cokelat gelap, dengan sorot yang tenang dan dalam, seolah menyimpan rahasia yang hanya ia sendiri yang tahu. Rahangnya tegas dan sempurna, menambahkan kesan maskulin pada wajahnya yang sudah tampan. Setiap detail pada pria itu memancarkan pesona, membuatnya terlihat elegan dan berwibawa,

Mereka mengikuti Alessio masuk ke dalam mansion. Interior mansion tersebut sangat mewah, dengan lantai marmer yang mengkilap, dinding yang dihiasi dengan lukisan klasik, dan lampu gantung kristal yang megah menggantung di langit-langit. Alessio mengarahkan Ethan ke sebuah ruangan yang luas dengan jendela besar yang menghadap ke taman belakang. Ruangan itu dilengkapi dengan perabotan elegan dan meja besar yang sudah disiapkan untuk pertemuan mereka.

Dark Love (Indo Ver)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang