Chapter 07

72 5 0
                                    

Setelah selesai sarapan, Ethan berdiri dan mengulurkan tangan pada Elisa. "Ayo, aku ingin menunjukkan sesuatu kepadamu," ucapnya dengan senyum tipis terukir di wajahnya.

Elisa menggenggam tangan Ethan, mengikuti langkahnya menuju bagian belakang jet. Di sana, sebuah ruangan istirahat yang elegan terungkap, lengkap dengan tempat tidur king-size dan jendela besar yang memperlihatkan pemandangan langit biru di luar.

"Wow," Elisa berkomentar, matanya berbinar-binar melihat kenyamanan ruangan tersebut.

Ethan menariknya lebih dekat, tangannya melingkar di pinggang Elisa. "Ada yang ingin kamu lakukan di sini?" bisiknya di telinga Elisa.

Dengan senyum penuh arti, dia mendorong Ethan ke tempat tidur dan mulai membuka ikat pinggangnya dengan tangan.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Ethan, terkejut namun terlihat senang.

Elisa hanya tersenyum menggoda dan menatapnya dengan mata penuh gairah. "Aku hanya ingin mengambil makanan penutupku."

Ethan tersenyum kembali, matanya penuh antisipasi. Dia bersandar di tempat tidur, menikmati sentuhan Elisa yang semakin liar. Tangannya menyelinap masuk ke balik kaos yang Ethan kenakan, menyentuh kulit dan otot-otot perut Ethan yang terasa sangat jelas, mengelusnya dengan lembut.

Elisa menurunkan celana Ethan dengan cekatan, memperlihatkan tubuhnya yang sudah tegang. Dengan gerakan yang perlahan, dia berlutut di hadapan Ethan, mengarahkan bibirnya ke tempat paling sensitif milik Ethan. Sentuhan pertama dari bibirnya membuat Ethan menghela napas dalam-dalam, rasa kenikmatan langsung menjalar ke seluruh tubuhnya.

Elisa memulai dengan lembut, mengeksplorasi setiap sudut dengan bibir dan lidahnya. Ethan menggenggam seprai dengan erat, berusaha menahan erangan yang keluar dari mulutnya. Setiap sentuhan Elisa membuat seluruh tubuhnya merespons, seolah-olah setiap saraf di tubuhnya diaktifkan. Sensasi hangat dari bibir dan lidah Elisa menambah intensitas kenikmatan yang dirasakan Ethan.

Saat Elisa semakin dalam memberikan kenikmatannya, Ethan bisa merasakan denyut nadinya semakin cepat. Setiap gerakan Elisa penuh gairah, membuat Ethan merasa seperti berada di ambang ledakan kenikmatan. Dia bisa merasakan napasnya semakin berat, dada dan perutnya bergetar setiap kali Elisa mengeksplorasi area sensitifnya.

Namun, saat Ethan sudah mendekati puncaknya, dia tiba-tiba bangkit, mengambil tangan Elisa dan menahannya ke belakang. Dengan cepat, dia membalikkan tubuh Elisa dan membawanya menungging di atas tempat tidur.

"Nggak secepat itu," bisik Ethan dengan suara rendah yang serak penuh hasrat.

"Ethan..." Elisa terengah-engah, merasa terkejut namun sangat terangsang oleh gerakan tiba-tiba Ethan.

"Giliran aku sekarang." Dia menunduk, mencium leher Elisa sambil merasakan tubuhnya yang tegang di bawah kendalinya.

Ethan menahan kedua tangan Elisa di belakang punggungnya dengan satu tangan, sementara tangan lainnya membelai punggungnya dengan lembut, menciptakan kontras antara kendali dan kelembutan. Dia merasakan Elisa gemetar di bawah sentuhannya, menikmati reaksi tubuhnya yang responsif.

Dia kemudian menggunakan kakinya untuk melebarkan kaki Elisa, mendorongnya dengan perlahan hingga tubuh Elisa lebih terbuka. Elisa merasakan napasnya semakin cepat, campuran antara rasa penasaran dan gairah menyelimuti dirinya.

Dengan satu gerakan yang tegas, Ethan menyesuaikan posisinya dan memasuki Elisa dari belakang. Sensasi hangat dan ketat dari tubuh Elisa membuat Ethan menghela napas dalam-dalam, sementara Elisa merasakan kenikmatan yang begitu intens saat Ethan mulai bergerak perlahan.

Kedua tangan Elisa tetap tertahan di belakang punggungnya, memberikan Ethan kontrol penuh. Setiap dorongan yang dilakukan Ethan terasa mendalam dan penuh hasrat, membuat Elisa mengerang dengan setiap gerakan.

"Ethan...," desah Elisa, merasakan intensitas yang begitu luar biasa.

Ethan hanya menjawab dengan dorongan yang semakin dalam, menciptakan irama yang membuat keduanya tenggelam dalam gelombang kenikmatan. Dia merasakan setiap reaksi tubuh Elisa, menikmati bagaimana setiap gerakan membuatnya semakin tenggelam dalam gairah.

Nafas mereka berdua semakin berat, ruang itu dipenuhi oleh suara desahan dan erangan mereka. Elisa merasa seolah-olah tubuhnya terbakar oleh api gairah, setiap sentuhan dan dorongan dari Ethan membawa dirinya semakin mendekati puncak kenikmatan.

Ethan mencondongkan tubuhnya lebih dekat ke telinga Elisa, berbisik dengan nada penuh peringatan, "Shh... Diam. Mereka bisa mendengar kita dari luar."

Elisa menggigit bibirnya, mencoba menahan suara yang ingin keluar dari mulutnya. Dia merasakan dorongan Ethan yang semakin intens, membuat tubuhnya bergetar dengan kenikmatan yang tak tertahankan. Setiap dorongan yang dalam dari Ethan memaksa dirinya untuk tetap tenang, meskipun rasa ingin bersuara terus mendesak keluar.

Ethan terus bergerak, menciptakan irama yang memabukkan. Tangannya masih menahan tangan Elisa di belakang punggungnya, memberinya kendali penuh atas tubuh Elisa. Dia bisa merasakan Elisa berusaha keras untuk tetap diam, dan hal itu justru menambah intensitas gairah di antara mereka.

Mereka terus bergerak bersama, Ethan meningkatkan tempo dengan setiap dorongan. Suara napas mereka menjadi satu-satunya yang terdengar di ruangan itu, menciptakan ritme yang penuh gairah. Elisa merasa tubuhnya semakin panas, setiap sentuhan Ethan membuatnya mendekati puncak kenikmatan.

"Ethan..." bisik Elisa dengan suara pelan, berusaha menahan erangan yang ingin keluar. Rasa kenikmatan yang semakin memuncak membuatnya sulit untuk tetap tenang.

Ethan merasakan Elisa semakin mendekati puncaknya, dan dia pun tahu bahwa dirinya juga tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Dengan dorongan yang lebih dalam dan cepat, dia memastikan bahwa mereka berdua mencapai klimaks bersama. Tubuh mereka bergetar dalam gelombang kenikmatan yang tak tertahankan.

"Jangan bersuara," Ethan menggeram pelan, suaranya penuh dengan gairah.

Elisa menggigit bibirnya lebih keras, menahan suara erangan yang semakin kuat saat gelombang kenikmatan mencapai puncaknya. Tubuhnya gemetar, kenikmatan luar biasa melanda dirinya saat dia mencapai orgasme. Ethan pun merasakan gelombang kenikmatan yang sama, tubuhnya menegang saat dia melepaskan diri dalam kenikmatan yang tak tertahankan.

Mereka berdua terengah-engah, berusaha menenangkan napas mereka setelah badai gairah yang luar biasa. Ethan melepaskan cengkeramannya pada tangan Elisa, membiarkan dia berbaring di sana.

"I love you," bisik Ethan di telinga Elisa, suara rendahnya masih penuh dengan gairah yang mereda.

Elisa tertawa pelan. "I don't love you."

Ethan menariknya lebih dekat, tangannya menyelusuri punggung Elisa dengan lembut namun tegas. "Katakan sekali lagi," katanya sambil mengangkat tangan Elisa ke atas kepalanya, menahannya dengan satu tangan.

Elisa merasakan jantungnya berdebar lebih kencang, antisipasi memenuhi dirinya. "I don't—"

Tanpa peringatan, Ethan memberikan satu tepukan keras pada pantat Elisa, membuatnya terkejut namun juga merasakan gelombang gairah yang semakin membara. "Katakan lagi?" bisiknya dengan nada penuh kendali.

Elisa mencoba menahan desahannya, namun rasa panas dari tepukan Ethan membuatnya semakin terangsang. "I don't —"

Ethan memberikan satu tepukan lagi, lebih keras kali ini, membuat Elisa menggigit bibirnya untuk menahan suara. "Berapa kali lagi kamu mau mencobanya, hm?" Ethan menekan tubuhnya lebih dekat ke Elisa, merasakan kehangatan dan detak jantungnya yang cepat.

Akhirnya, Elisa menyerah. Dia tersenyum dan tertawa kecil. "Oke, oke. I love you, Ethan."

Ethan puas mendengar pengakuannya. Dia menarik Elisa lebih dekat, memberikan ciuman lembut di bibirnya. "Itu yang ingin aku dengar," bisiknya dengan senyum penuh kemenangan.

Dark Love (Indo Ver)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang