Chapter 37

36 4 0
                                    

Ethan terbangun dalam kehangatan yang menyelimuti tubuhnya, merasakan lembutnya selimut yang membalutnya dengan nyaman. Saat ia membuka mata, pandangannya langsung jatuh pada wajah Elisa yang berada begitu dekat. Matanya yang berbinar lembut, seperti mengundangnya kembali dari dunia mimpi ke kenyataan yang lebih indah.

"Selamat pagi, suamiku," sapa Elisa dengan senyum yang menghiasi wajahnya, senyum yang selalu berhasil membuat hati Ethan terasa tenang dan damai.

Ethan membalas senyumannya, berniat mengangkat tangan untuk menyentuh wajah Elisa, namun ia terhenti sejenak, ragu untuk melakukannya. Namun, keraguan itu tak bertahan lama. Elisa dengan lembut meraih tangan Ethan, membawanya ke pipinya yang hangat.

"Aku bisa mengatasinya," ucap Elisa, suaranya penuh keyakinan, seolah ingin mengusir kekhawatiran yang mungkin tersirat di mata Ethan.

Dengan lembut, Ethan mengelus rambut Elisa, rasa sayang dan perlindungan terpancar dari setiap gerakannya. "Jangan terlalu memaksakan dirimu. Kita akan segera menyelesaikan ini, aku janji."

Elisa mengangguk kecil, menerima perhatian Ethan dengan penuh kehangatan. Ada kedamaian di antara mereka, hingga Elisa memecah keheningan.

"Aku penasaran, apa yang terjadi pada Hael? Apakah dia sudah dipenjara?" tanyanya dengan nada penuh ingin tahu.

Ethan menatap Elisa sejenak, sebelum menjawab dengan tenang, "Aku membunuhnya."

Elisa tersentak, matanya membesar, menatap Ethan dengan ekspresi terkejut yang sulit disembunyikan. "Kamu... apa?" suaranya terdengar hampir tak percaya.

Ethan mengulangi ucapannya dengan tenang, seolah itu adalah hal yang biasa. "Aku membunuhnya."

"Bagaimana... Maksudku, kenapa kamu harus sampai melakukan hal sejauh ini?"

"Itu satu-satunya cara agar dia tidak mengganggu kita lagi." 

Elisa menatap Ethan dalam diam, mencoba mencerna kata-kata suaminya yang masih terngiang di telinganya. Namun, ia menyadari bahwa memperpanjang pembicaraan ini hanya akan memperumit perasaan mereka berdua. Dengan perlahan, senyum tipis kembali menghiasi wajahnya, meskipun hatinya seketika merasa tidak nyaman mendengar pengakuan Ethan barusan.

"Oke," kata Elisa akhirnya, suaranya lembut. "Mama sudah menyiapkan sarapan. Kamu mau turun makan?"

Ethan menatapnya sejenak sebelum mengangguk pelan, senyum lembut muncul di sudut bibirnya, seolah berusaha meyakinkannya bahwa semuanya akan baik-baik saja. "Kapan aku pernah menolak ajakanmu?" balasnya dengan senyuman yang menenangkan.

"Ayo, kita makan," ajak Elisa dengan nada hangat, tangannya menggenggam tangan Ethan, menuntunnya untuk bangkit dari sofa.

***

Elisa dan Ethan tiba di depan sebuah rumah sakit. Tanpa membuang waktu, Ethan menggenggam tangan Elisa erat, membawanya langsung ke dalam gedung. Mereka berjalan melewati lorong yang bersih dan beraroma antiseptik, sampai tiba di depan meja resepsionis.

Resepsionis yang bertugas, seorang wanita muda dengan senyum ramah, langsung menyapa mereka. "Selamat siang, Anda sudah ada janji dengan dokter Anda?" tanyanya sopan, sambil menatap ke arah Elisa dan Ethan.

"Ya. Dokter Clara. Pagi ini pukul 10," jawab Ethan dengan nada tegas dan mantap tanpa melepas genggaman tangannya pada Elisa.

Elisa menatap Ethan dengan kebingungan yang jelas terlihat di matanya. "Kapan kamu membuat janji?" tanyanya pelan, nyaris berbisik.

Ethan menoleh ke arahnya, matanya tajam namun tenang. "Itu urusanku," jawabnya singkat, nada suaranya tidak memberi ruang untuk perdebatan.

Resepsionis tersebut dengan cepat memeriksa jadwal di layar komputernya. "Baik, saya akan periksa dulu," katanya sambil mengetikkan beberapa kata. Setelah beberapa detik, dia mengangguk dengan senyum yang lebih lebar. "Iya, Anda terdaftar untuk janji dengan Dokter Clara. Silakan menuju ruang tunggu di lantai dua, dan Anda akan dipanggil segera."

Dark Love (Indo Ver)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang