Liu Mingyan dan Ning Yingying memutuskan hubungan dengan Luo Binghe. Terlebih setelah mereka menyaksikan sendiri Shen Qingqiu yang telah menjadi mayat.
Ning Yingying tidak bisa mendengar kebencian yang begitu dalam dari Luo Binghe untuk Shen Qingqiu.
Dia marah tentu saja, tapi dia sendiri tidak bisa menghentikan kebencian Luo Binghe.
Ning Yingying hanya merasa bahwa dirinya memiliki hutang budi yang tak akan pernah bisa dibayar. Dia tidak bisa tinggal dengan seseorang yang telau membunuh dermawannya.
Liu Mingyan juga tidak bisa melanjutkan hubungannya dengan Luo Binghe. Dia tidak bisa mengatakan pada kakaknya bahwa dia menikahi pembunuh kekasihnya. Dia tidak tau bagaimana cara untuk menghentikan kemarahan kakaknya saat bangun nanti.
Mereka pergi.
Luo Binghe tidak bisa menyakiti keduanya meski dia sangat marah. Tapi dia tidak membiarkan Shen Qingqiu dibawa oleh keduanya.
Hari itu Luo Binghe menjadi mati rasa, dia juga kehilangan minatnya pada siapapun.
Liu Mingyan tertidur di gua Lingxi. Tidak menyadari bahwa Liu Qingge telah membuka matanya.
Pria itu masih dengan wajah tegasnya. Turun dari atas batu tempatnya semula. Lalu dia menatap Liu Mingyan sekilas.
Tapi hal yang dia cari tidak ada disana. Berapa tahun berlalu, Liu Qingge tidak ingat. Yang dia ingat hanya Shen Qingqiu yang berdarah saat berusaha menolongnya. Dia ingat bahwa Shen Qingqiu menguras darahnya untuk membuat inti spiritual yang baru untuknya.
Wajah Liu Qingge tidak senang.
Dia tau betul bahwa Shen Qingqiu adalah orang yang rentan. Mudah tersinggung, dan sering menutupi lukanya sendiri.
"Ge"
Liu Mingyan sadar akan kehadirannya. Dia mendapati kakaknya terbangun dan berdiri sehat disana.
Dia bangkit dan menumbruk tubuh Liu Qingge. Memeluknya erat-erat.
"Kamu disini?"
Liu Mingyan mengangguk. "Aku sangat merindukanmu"
Liu Qingge tidak bisa berkata manis. Dia hanya mengelus kepala Liu Mingyan dengan hangat.
"Puncak Qing Jing?"
Liu Mingyan mengatupkan bibir, menatap tanah dengan sedih. Dia tidak tau bagaimana caranya mengatakan hal yang sangat sulit ini.
Melihat bahwa Liu Mingyan hanya diam, Liu Qingge mengerutkan dahi.
"Baiklah, aku akan langsung pergi"
Dia tidak menunggu adiknya menjelaskan, hanya terbang setelah memanggil pedangnya menuju pondok bambu kesukannya.
Dia merindukan kekasihnya.
Ketika dia tiba di depan pondok bambu. Tidak ada siapapun.
Benar-benar tenang.
"Qiu-er"
Terus memanggil namun tidak ada yang menyahut. Bahkan tidak ada siapapun ketika dia masuk ke dalam.
Alis Liu Qingge berkedut. Dia tidak merasa baik sebelum melihat orang yang paling dirindukannya.
Dia kemudian pergi ke aula. Mencari Yue Qingyuan untuk menanyakan Shen Qingqiu.
Tapi yang dia lihat adalah papan nama keduanya dan dupa.
Liu Qingge mendekat dengan hati bergemuruh, dia mengabaikan tatapan para murid.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shizun, Sorry
FanfictionWARNING⚠️ R*PE, DUBCON, ABUS*, THREESOME not for Children! BingQiu(Binghe, Qingqiu! Ori) area, not BingAn(Bingmei, Yuan) Slight QingQiu(Liu Qingge, Shen Qingqiu) ### Shen Qingqiu berharap bahwa Luo Binghe setidaknya mau mengampuninya. Tapi apaka...