____✏️📚❣️HAPPY READING ❣️📚✏️____
❣️
♥️
💘
*•*•*•*
Perlahan kedua netra biru itu mengerjab,mencoba menetralisir cahaya yang masuk ke dalam retinanya.Pemandangan pertama yang menyambutnya adalah ruangan bernuansa putih dengan bau khas obat-obatan yang menyeruak menusuk indra penciuman.
Pemuda itu meringis kecil merasakan salah satu bagian tubuhnya terasa nyeri.
"Shh.."ringisnya pelan,seraya berusaha untuk mendudukkan dirinya dan bersandar.Pemuda itu merasa pusing sejenak, mencoba mengumpulkan kembali ingatannya tentang alasan dia berada di ruangan itu. Dengan napas yang terengah-engah, dia melirik sekeliling mencari petunjuk. Di dekatnya, terdapat sebuah kursi berlapis kain putih yang terlihat cukup nyaman.
Dengan perlahan, pemuda tersebut mendudukkan dirinya dan membiarkan tubuhnya bersandar. Dengan pandangan sayu, ia memperhatikan detail-detail ruangan yang mulai terlihat jelas baginya. Di seberangnya, terdapat rak-rak kecil yang dipenuhi dengan berbagai macam obat-obatan dan alat medis.
Tiba-tiba, sebuah suara lembut terdengar dari sudut ruangan. "Selamat pagi,Tuan muda" sapa seorang pria dengan senyum hangat di wajahnya. Pria itu mengenakan jas putih lengkap dengan stetoskop di lehernya.
Pemuda itu menatap Dokter itu dengan perasaan campur aduk. "Di mana saya? Dan siapa Anda?" tanyanya dengan suara tercekat. Dokter itu tersenyum lembut, "Anda berada di Pusat Kesehatan Valoria, dan saya adalah Dr. Erlan, dokter yang merawat Anda. Anda telah mengalami kecelakaan."
Pemuda itu meresapi setiap kata yang terucap, mencoba memahami situasi di mana ia berada. Dalam keheningan ruangan yang dihiasi dengan cahaya redup, ia merenungkan nasibnya dan tunggu,dia kecelakaan??
"Sejak kapan aku kecelakaan padahal seingat ku,Pria asing itulah yang membenturkan kepala ku Ke dinding lantas kenapa Dokter ini mengatakan aku kecelakaan?"Batin pemuda itu yang tidak lain adalah Ray.
Ray merasa kebingungan dan kebingungannya semakin memuncak ketika ia mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Kenangan akan pemuda asing yang membenturkan kepalanya ke dinding mulai mengabur di benaknya. Ia mencoba meraba-raba ingatannya, namun semakin ia menggali, semakin samar kenangan itu terasa.
"Dokter Erlan, saya benar-benar tidak mengingat adanya kecelakaan. Apakah Anda bisa memberi saya sedikit penjelasan tentang apa yang terjadi pada saya?" Ray bertanya dengan suara gemetar, mencoba menahan kecemasannya.
Dr. Erlan menatap Ray dengan penuh pemahaman. "Tidak perlu khawatir, Tuan muda. Seperti yang saya katakan sebelumnya, Anda mengalami kecelakaan yang menyebabkan cedera kepala. Mungkin kemungkinan terburuk adalah Anda kehilangan beberapa kenangan singkat akibat dampak trauma. Ini adalah hal yang wajar terjadi dalam kasus seperti ini."
Ray merenung sejenak, mencoba meresapi informasi yang baru saja ia terima. Pikirannya berputar cepat mencoba menghubungkan potongan-potongan ingatan yang tersisa. Di tengah kebimbangan dan ketidakpastian, ia kembali teringat saat berada di dalam sel dimana pria asing itu membenturkan kepalanya dua kali sebelum kesadarannya terenggut saat itu.
Ray menutup matanya sejenak, mencoba merasakan kembali momen ketegangan saat berada di dalam sel yang gelap dan menyaksikan pria asing itu membenturkan kepalanya ke dinding. Sensasi sakit dan kebingungan kembali menyelubungi dirinya, namun kali ini ia merasa lebih yakin bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan kejadian tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy's Rays Of love
RandomMenceritakan kisah tentang seorang pria berusia 35 tahun yang sangat menginginkan anak dari pernikahannya namun harapannya harus kandas karna sang istri menolak mentah-mentah untuk melahirkan seorang anak demi menjaga penampilan tubuhnya. Hingga sua...