PERTEMUAN PERTAMA

1K 67 0
                                    

✍️📚❣️HAPPY READING ❣️📚✍️
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

*•*•*•*

   Ketika Rex dan Derick sibuk mencari anggur terbaik, mata Dax tiba-tiba tertarik pada sekumpulan bunga yang bermekaran indah tak jauh dari kebun anggur. Warna-warnanya cerah—merah, kuning, dan biru—dan terlihat begitu kontras di antara rerumputan hijau dan pepohonan di sekitarnya.

"Sebentar ya, aku mau ambil bunga buat Rex," bisik Dax kepada Dex.

Dex mengangguk sambil terus memetik anggur. "Jangan lama-lama. Baby pasti akan mencarimu yang hilang secara tiba-tiba dari pandangannya."

Dax mengangguk kemudian dengan langkah cepat,Dia menyelinap di antara pepohonan kecil menuju bunga-bunga liar itu. Di bawah sinar matahari yang menembus dedaunan, bunga-bunga itu tampak semakin indah. Ia berjongkok dan mulai memetik beberapa tangkai, merencanakan untuk memberikan kejutan kecil pada Rex yang sangat menyukai hal-hal cerah dan ceria.

Namun, saat ia sedang memetik bunga terakhir, perasaannya mendadak berubah. Ada suara langkah kaki di belakangnya—terdengar berat dan teratur, seperti beberapa orang datang bersamaan.Jantung Dax langsung berdegup kencang.




*•*•*•*•

  Pada sisi lain gerombolan para keturunan valkyrie melangkah lebih dalam ke desa Aurora dengan membawa koper masing-masing,saat fokus menikmati suasana desa yang indah dan nyaman langkah kaki mereka terhenti oleh pemandangan tak terduga.

Di tepi jalan berkerikil yang masih basah, seorang pemuda dengan surai merah menyala sedang berjongkok, tampak sibuk memetik beberapa tangkai bunga liar yang bermekaran. Gerak-geriknya tenang, seolah-olah dia tidak menyadari keberadaan rombongan yang mendekat. 

Pemuda itu mengenakan jaket kulit usang yang tampak lusuh, celana kargo, dan sepatu boots yang berlumuran lumpur. Sesekali, dia menatap bunga-bunga di tangannya dengan ekspresi puas, seperti seseorang yang akrab dengan keindahan alam dan tidak terburu-buru dalam menjalani hidup.

“Siapa itu?” gumam Lex, suaranya rendah namun jelas penuh kewaspadaan. 

Lon menyipitkan mata, memeriksa pemuda itu dengan hati-hati. Rambut merahnya tampak mencolok, terlalu unik untuk diabaikan. “Aku tidak suka perasaan ini. Dia terlihat terlalu... santai untuk seseorang yang tinggal di desa terpencil.” 

Ray menoleh ke Ryo. "Bisa jadi dia tahu sesuatu tentang triplets, Ace." 

Ryo mengangguk pelan. “Kita harus bicara dengannya.” 

Mereka melangkah lebih dekat, suara langkah kaki mereka akhirnya membuat pemuda itu mendongak. Matanya berwarna biru laut yang tajam bertemu dengan pandangan dingin Lon. Namun, tidak ada rasa takut di wajahnya yang sebagian besar tertutupi oleh rambutnya yang panjang. Sebaliknya, dia tersenyum tipis, seolah-olah sudah menduga bahwa mereka akan muncul. 

“Kalian bukan dari sini,” ujarnya dengan nada ringan namun penuh arti, sambil berdiri dan menepuk-nepuk tangannya yang kotor oleh debu bunga. 

Deg...

Ray membulatkan matanya,suara itu,suara itu sangat mirip dengan suara Daddy nya.Tidak hanya Ray yang terkejut anak-anak Derick yang lain juga tak kalah terkejutnya mendengar suara pemuda itu,bukan hanya suara namun postur tubuh dan warna mata pemuda itu juga sangat mirip dengan Derick.

“Kami sedang mencari seseorang,” ujar Ryo datar, matanya memperhatikan setiap gerak-gerik pemuda itu dengan tatapan yang sulit diartikan. “Mungkin kau bisa membantu.” 

Pemuda itu menyeringai, memperlihatkan giginya yang putih kontras dengan kulit putihnya. “Siapa yang kalian cari di tempat terpencil seperti ini? Di sini jarang ada orang asing.” 

Daddy's Rays Of loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang