✍️📚❣️HAPPY READING ❣️📚✍️
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _*•*•*•*
Melrick dan Lon digiring ke sebuah ruangan yang megah namun sunyi, dengan dominasi warna hitam dan perak yang memancarkan aura dingin serta kekuasaan yang menakutkan. Di tengah ruangan, meja panjang dengan kursi-kursi berjejer rapi. Di belakang meja itu, tujuh pria berwibawa duduk mengawasi mereka dengan sorot mata tajam. Setiap dari mereka memiliki aura membunuh yang kejam.
Lucian, yang duduk di tengah dan terlihat paling berpengaruh, menatap Mel dan Lon dengan tajam. Di sampingnya, William dan Lucas, dua pria yang hampir selalu berbagi pendapat, menampilkan ekspresi datar. Sementara itu, Ryo, Lex, Len, Mex, dan Ray tampak lebih tenang, meskipun jelas ada ketegangan di udara.
"Mel, Lon," Lucian membuka sidang dengan suara berat. "Apakah kalian sadar apa yang telah terjadi di balik tindakan kalian tadi?"
Lon, yang masih dikuasai kemarahan, menggertakkan giginya. "Aku tidak akan tinggal diam ketika tahu Rex, adik sepupuku, diperlakukan seperti sampah oleh keluarganya sendiri," ujarnya dingin, sorot matanya tidak goyah meski berada di hadapan pria-pria terkuat dalam keluarga.
Melrick, dengan bibir yang masih berdarah, menundukkan kepalanya, tidak bisa menatap saudara-saudaranya. Luka fisik mungkin kecil, tapi luka dalam hatinya lebih dalam. "Aku... aku tidak bermaksud melakukan apa yang terjadi di masa lalu... Aku terlalu lemah untuk melawan mereka... terlalu pengecut..."
"Sudah cukup, Mel," potong Lucas dengan suara dingin. "Penyesalanmu terlambat. Rex sudah tiada."
Mata Lon semakin merah. "Dan itu salah kalian. Salah kalian semua yang diam, yang membiarkan dia menderita!"
Lucas menggeleng pelan. "Lon, kau tidak tahu semua hal. Rex memang menderita, tapi kami tidak semua diam. Beberapa dari kami mencoba,aku dan lucian tapi kekuatan lawan di dalam keluarga ini lebih besar daripada yang terlihat."
Mex, yang selalu lebih pendiam dari yang lain, akhirnya berbicara. "Tidak ada pembenaran untuk apa yang telah terjadi. Tapi kita harus ingat, melawan saudara kita sendiri tidak akan menyelesaikan apa pun."
Lon memalingkan wajahnya, rasa frustrasi meluap. "Jadi, apa yang kalian ingin lakukan sekarang? Berpura-pura bahwa semua ini adalah kesalahpahaman? Kalian yang duduk di sini, menjadi pelaku utama dalam semua ini selama bertahun-tahun, dan kau tidak melakukan apa pun."
Lucian, yang diam sejak awal, menegakkan tubuhnya, memberikan tanda bahwa dia akan berbicara. "Rex sudah pergi, itu adalah kenyataan yang pahit. Namun, pembalasan dendam di antara kita sendiri tidak akan membawa perubahan. Lon, kau berhak marah pada mereka, tapi pukulanmu terhadap Mel tidak akan mengembalikan Rex."
Ryo, yang sejak awal lebih dekat dengan Lon, melangkah maju. "Lon, kita perlu jalan yang lain. Aku mengerti rasa sakitmu, tapi kita harus mencari tahu lebih dalam apa yang sebenarnya terjadi di balik penderitaan Rex dan Uncle."
Lon mendengus, meskipun dia mulai sedikit tenang. "Jadi, apa yang kalian sarankan? Hanya diam seperti kalian selama ini?"
Ray yang sejak tadi diam akhirnya angkat bicara. "Tidak, kita tidak akan diam lagi. Kita akan mencari tahu siapa yang benar-benar bertanggung jawab atas penderitaan Rex. Dan orangnya ada disini jadi kita hanya perlu memberikan nya balasan yang setimpal."Ray melirik sinis ke arah Lex yang hanya diam seraya menunduk.
"Lexander,BAJINGAN YANG TELAH MERENGGUT UNCLE DAN ADIKKU."Lon bangkit dan menyerang Lex yang tersentak melihatnya.
Ryo dan William sekuat tenaga menahan tubuh Lon agar tidak mendekati Lex,namun keduanya tetap kalah oleh Lon.
![](https://img.wattpad.com/cover/372142427-288-k853654.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy's Rays Of love
DiversosMenceritakan kisah tentang seorang pria berusia 35 tahun yang sangat menginginkan anak dari pernikahannya namun harapannya harus kandas karna sang istri menolak mentah-mentah untuk melahirkan seorang anak demi menjaga penampilan tubuhnya. Hingga sua...