✍️📚❣️HAPPY READING ❣️📚✍️
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _*•*•*•*
Suara dentingan peralatan masak terdengar memenuhi ruangan dapur yang sederhana. Der, pria itu berdiri menghadap kompor dan memusatkan perhatian pada panci yang mengeluarkan uap panas. Aroma saus tomat yang mendidih mengisi ruangan. Meraih sebuah sendok kecil, Der menyesap sedikit saus dengan sendok kayu, menambahkan sejumput garam dan merica sesuai selera.
Hari ini, Der memutuskan untuk membuat pasta dengan saus homemade, resep yang sudah dia kuasai sejak lama. Sambil mengaduk, dia melirik ke arah jendela yang terbuka lebar, menikmati sinar matahari yang menerangi dapur. Angin sepoi-sepoi membawa aroma segar dari taman di luar.
Sesekali, Der bersenandung kecil sambil memotong sayuran segar di atas talenan. Der terkadang tertawa kecil mengingat bagaimana Dax dan Dex, kedua Ace kembarnya yang, selalu memperebutkan untuk menyuapi adik mereka saat tahu bahwa dirinyalah yang memasak.
Biasanya keberadaan Rex di dapur selalu membuat kegiatan memasak Der menjadi lebih menyenangkan, tapi hari ini, dia memilih untuk menikmati momen tenang ini sendirian dan membiarkan Rex bersantai dengan yang lainnya.
Setelah sayuran selesai dipotong, Der memasukkannya ke dalam panci, menunggu semuanya menyatu dengan sempurna. Dengan hati-hati, dia mengatur suhu kompor agar saus tidak terlalu mendidih. Saat mengaduk, pikirannya melayang pada rencana makan siang bersama keluarga. Dia membayangkan senyum mereka saat mencicipi hidangan yang telah disiapkannya dengan penuh cinta.
Sambil menunggu saus meresap, Der memanfaatkan waktu sejenak untuk merapikan dapur, menyusun kembali bumbu-bumbu yang berantakan. Dia tidak bisa menahan senyum ketika melihat sebuah gambar kecil di kulkas—foto keluarga yang diambil pada hari piknik di taman.
Tanpa Der sadari, dua pasang mata sedang memperhatikan segala tingkah lakunya sejak tadi.
Selesai dengan pekerjaannya, Der berniat mengambil sebotol air dingin namun saat akan membuka kulkas, pandangannya tanpa sengaja melirik dua pemuda yang sedang berdiri di dekat pintu masuk dapur.Der mengerutkan alis saat matanya bertemu dengan dua sosok di ambang pintu dapur—Mel dan Mex, saudara-saudara yang sejak awal tak pernah benar-benar ia percaya. Kenangan pahit muncul di benaknya, bayangan tentang mereka yang pernah berencana mencelakai Daddy dan adik kesayangannya membuat perasaannya bercampur aduk. Namun, Der menahan diri, menjaga wajahnya tetap tenang, meski ada ketegangan yang tak bisa sepenuhnya disembunyikan.
Mel melangkah lebih dulu, tampak ragu sejenak sebelum akhirnya berbicara, "Emm...Ace, Lex Ace tiba-tiba demam tinggi. Kami... kami butuh handuk kecil dan air dingin untuk mengompresnya."
Der menatap mereka sejenak, mengukur niat di balik permintaan itu. Ia tahu Lex adalah yang paling tua di antara mereka, dan meski tak pernah menginginkan kontak lebih dengan ketiganya, Lex berbeda. Der menghela napas pelan, mencoba menyingkirkan keraguan dan kebencian yang melintas di pikirannya.
"Ambilkan handuk di rak atas," katanya dengan suara rendah, tapi cukup jelas. Sambil membuka kulkas, ia meraih botol air dingin, menahan diri untuk tidak menunjukkan kerenggangan yang dirasakannya terhadap Mel dan Mex.
Mel cepat-cepat mengangguk, mengambil handuk dari tempat yang Der tunjukkan. Sementara itu, Mex memperhatikan pergerakan Der dengan cermat, tampak ingin mengatakan sesuatu tetapi menahan diri.
Setelah memberikannya handuk dan botol air, Der kembali memusatkan perhatian pada masakannya dan menghilangkan niatnya untuk minum. Dia hanya bisa berharap mereka segera pergi, namun Mex justru melangkah maju, seolah ingin menutup jarak yang selama ini terasa dingin dan tegang di antara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy's Rays Of love
RandomMenceritakan kisah tentang seorang pria berusia 35 tahun yang sangat menginginkan anak dari pernikahannya namun harapannya harus kandas karna sang istri menolak mentah-mentah untuk melahirkan seorang anak demi menjaga penampilan tubuhnya. Hingga sua...