PERJALANAN MENUJU DESA

1K 65 0
                                    

✍️📚❣️HAPPY READING ❣️📚✍️
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

*•*•*•*

   Malam pun tiba, dan di bawah langit pekat tanpa bintang, rombongan keluarga berkumpul di bandara pribadi yang sepi dan terjaga ketat. Jet pribadi berwarna hitam mengilap dengan lambang keluarga terpampang jelas di bagian ekor bersiap membawa mereka ke Grimshaw, negeri yang penuh misteri dan bahaya. 

Lon berdiri di dekat pintu masuk landasan, menyilangkan tangan dengan ekspresi tajam dan wajah dingin. Di sampingnya, Ryo berdiri tenang, memeriksa jam tangannya. Angin malam yang dingin menyapu mereka, namun tidak cukup untuk mendinginkan kemarahan yang masih membara dalam hati Lon. 

“Apa kita yakin membawa mereka semua?” tanya Lon, menoleh sekilas pada Lex dan Ray yang berdiri tak jauh di belakang, menjaga jarak namun tetap waspada. “Aku tidak percaya dengan niat mereka.” 

“Kita tidak punya pilihan, Lon,” jawab Ryo datar. “Lucian sudah memutuskan, dan kita harus menurut. Lagipula, mereka punya sumber daya dan informasi yang bisa berguna di Grimshaw.” 

Lon menggeram pelan tapi menahan diri. Ini bukan waktu yang tepat untuk berkonflik lagi. Mereka semua tahu bahwa Grimshaw bukan sekadar destinasi biasa. Negeri itu penuh dengan kekuatan gelap yang bahkan keluarga mereka pun tak sepenuhnya menguasainya. 

William, yang baru saja menyelesaikan pengecekan terakhir dengan kru penerbangan, berjalan mendekati kelompok. “Pesawat sudah siap. Kalian berangkat dalam waktu lima belas menit.” 

Lex, Ray, dan Mex berjalan pelan mendekat, membawa koper-koper mereka. Di belakang mereka, Lucas menyusul dengan langkah angkuh namun penuh kewaspadaan. “Jangan lama-lama di sini,” ucap Lucas dingin. “Kita sudah terlalu sering kehilangan waktu.” 

Lon hanya mendengus, sementara Ryo menepuk bahu saudaranya sekali lagi, memberi sinyal agar menahan emosi. 

Tak lama kemudian, Melrick muncul diikuti Len. Wajah Mel masih tampak lelah dan sembab, tapi ada tekad baru dalam sorot matanya. Ia memeluk erat jaketnya, seolah berusaha melindungi diri dari angin dingin dan perasaan bersalah yang terus menghantuinya. 

Setelah pencarian yang mereka lakukan siang hari tadi,Lucian memutuskan agar semua anak-anak Derick berangkat ke desa untuk mencari keberadaan Ace mereka.

“Kalian siap?” tanya William tegas. 

Semua orang mengangguk. Tanpa banyak bicara, mereka mulai menaiki tangga jet. Di dalam kabin, interior pesawat menampilkan kemewahan modern dengan dominasi warna hitam, abu-abu, dan emas. Kursi-kursi kulit empuk tersusun rapi, memberikan kenyamanan untuk penerbangan panjang mereka. 

Ryo mengambil tempat duduk di dekat jendela, sementara Lon duduk di sampingnya dengan mata tetap siaga. Mel dan Len duduk di sisi lain, tak jauh dari Lucas dan Lex yang menjaga sikap tenang tapi tetap penuh kecurigaan. 

Saat pintu pesawat tertutup dan lampu tanda sabuk pengaman menyala, suara pilot terdengar melalui pengeras suara. “Kita akan segera berangkat ke Grimshaw. Perjalanan akan memakan waktu tujuh jam. Harap tetap tenang dan nyaman.” 

Pesawat perlahan bergerak ke landasan, bersiap untuk lepas landas. Di luar, lampu-lampu landasan tampak berpendar seperti bintang yang tersebar acak. Di dalam kabin, suasana masih dipenuhi ketegangan yang tak terucapkan. 

Lon akhirnya membuka suara, suaranya pelan tapi penuh dengan keteguhan. “Begitu kita tiba di Grimshaw, aku tidak akan membiarkan siapa pun menghalangi kita. Tidak Lex, tidak juga Ray.” 

Ryo menoleh, memandang saudaranya dengan mata tajam. “Dan kau tahu, kita harus lebih waspada daripada sebelumnya. Musuh kita bukan hanya mereka yang terlihat.” 

Daddy's Rays Of loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang