____✏️📚❣️HAPPY READING ❣️📚✏️____
❣️
♥️
💘
*•*•*•*
Len mengerjapkan mata, perlahan tersadar dari tidurnya. Suara berisik dua pemuda itu terdengar samar-samar, seolah mengusik kedamaiannya yang langka. Ia memiringkan kepalanya sedikit, mencoba memahami situasi. Matanya yang masih sedikit berat akhirnya terbuka lebar saat melihat kedua kakaknya—Lon dan Ryu—berpelukan dengan ekspresi wajah yang tak biasa.
"What... what are you guys doing?" Len bergumam setengah mengantuk, tapi cukup keras untuk membuat kedua Acenya terkejut. Lon dan Ryu sontak melepaskan pelukan mereka dengan canggung, seolah tertangkap basah sedang melakukan sesuatu yang "terlarang."
"Len! You have got up!" seru Ryu, suaranya sedikit tinggi karena kaget. Lon, yang biasanya dingin dan tegas, kini tampak gugup. Wajahnya memerah sedikit, entah karena malu atau karena tertangkap basah menangis.
Len mengerutkan kening, menatap kedua kakaknya bergantian. "You guys... why do you look like you've just been caught helping with cake in the kitchen?"
"Take the cake?!" Lon langsung memasang ekspresi defensif, meskipun jelas ia tidak sedang membicarakan kue. "We didn't help anything, Len!"
Ryu, yang lebih bisa mengendalikan situasi, hanya tersenyum simpul. "We were just... umm... having an important discussion. You don't need to worry."
Len duduk tegak, mengusap matanya, lalu menyadari bahwa pipinya sedikit basah akibat tertidur terlalu lama. "Important discussion? By hugging like that? I know you guys are often weird, but this... is a bit beyond expectations, though."
Lon langsung berdeham keras, mencoba mengalihkan perhatian dari situasi canggung itu. "Never mind, Len. Have you had breakfast yet? I already told Ace that you haven't eaten yet."
Len tersenyum miring, menatap Lon dengan tatapan jahil. "Oh, so you're worried about me, huh? Just when I was sleeping, it seemed like you said you didn't care about anything."
Lon langsung mendengus keras. "That... is none of your business! Besides, you really have to eat breakfast so you don't collapse."
Ryu tertawa kecil melihat interaksi mereka. "Len, actually I just realized that when you sleep, your cheeks become chubbier. Like marshmallows."
Len mengangkat alis, merasa tersinggung setengah serius. "Marshmallows? Do I look that gentle?”
"It's soft, isn't it?," jawab Ryu dengan senyum lebar. "But if you look around, you really are suitable to be a marshmallow icon."
Len, yang sudah sepenuhnya bangun, menghempaskan diri kembali ke kursinya sambil menghela napas panjang. "You don't really have medicine. When Papa was sick, you two even argued about marshmallows."
"At least you laughed," gumam Lon pelan, suaranya agak lembut kali ini. Matanya sekilas menatap Len dengan rasa sayang yang mendalam.
Len terdiam sejenak, lalu tersenyum kecil. "Yes thank you. But if you want to hug again, please do it somewhere else, okay? So I can sleep again without being disturbed by your 'important discussions'."
Ryu dan Lon hanya saling pandang, lalu tertawa kecil. Meskipun situasinya berat, mereka semua tahu bahwa momen kecil seperti ini yang membuat mereka terus bertahan. Di antara canda dan tawa, setidaknya mereka tahu bahwa mereka tidak sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy's Rays Of love
DiversosMenceritakan kisah tentang seorang pria berusia 35 tahun yang sangat menginginkan anak dari pernikahannya namun harapannya harus kandas karna sang istri menolak mentah-mentah untuk melahirkan seorang anak demi menjaga penampilan tubuhnya. Hingga sua...