18. Harap Yang Hirap

1.4K 167 21
                                    

SELAMAT MEMBACA ❤️

---------------------

"Ada waktu-waktu
Hal buruk datang berturut-turut
Semua yang tinggal, juga yang hilang
Seberapa pun absurdnya, pasti ada makna."

(Bernadya - Untungnya, Hidup Harus Tetap Berjalan)

●○•♡•○●

•• tak ada yang ingin terkurung dalam sangkar yang sesak. seberapa pun aku berusaha untuk memberontak, tak berpengaruh apa pun meski hanya sebuah retak ••

Tak ada suara lain yang terdengar selain jam yang terus berdetik. Keheningan melingkupi Mas Abi yang tengah terdiam dalam kegamangan. Pikirannya semakin semrawut, seolah isi kepalanya kini hanyalah benang-benang yang kusut.

Mas Abi menghisap nikotin dengan tatapan yang kosong. Pikirannya menerawang jauh ke masa depan yang selalu ia khawatirkan. Terlebih lagi, tentang keenam adiknya. Mas Abi merasakan titik paling runyam dalam hidupnya. Selama ini, Mas Abi masih bersikap selayaknya masih mampu menanggung beban hidupnya sendirian. Namun pada kenyataannya, itu hanyalah sebuah kebohongan yang berkepanjangan.

"Pak, Mas gagal jadi anak pertama," gumam Mas Abi. Buliran bening perlahan turun dari pelupuk matanya.

"Rasanya, Mas udah nggak sanggup lagi nanggung semuanya, Pak. Mas udah sampe di titik terlelah dalam hidup Mas."

Isakan semakin kuat terdengar dari Mas Abi. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Mas Abi merasakan kelelahan yang luar biasa. Ada satu waktu, dimana Mas Abi berpikir untuk mengakhiri hidupnya saja.

Namun, pikiran buruk itu dengan segera Mas Abi tepis jauh-jauh. Selelah apa pun Mas Abi, ia tidak akan pernah meninggalkan keenam adiknya, dengan luka yang sengaja ia bawa.

Rokok yang baru sedikit Mas Abi hisap pun dengan segera Mas Abi matikan. Ia sudah merasakan sakit dihantam kehidupan. Dan ia tak ingin lagi menambah sakit yang sengaja ia buat.

"Mas, udah dibilang jangan menderita sendirian!"

Sebuah suara tiba-tiba terdengar di telinga Mas Abi. Tubuhnya yang tadinya terasa dingin, tiba-tiba menghangat ketika merasakan seseorang yang dengan lembut mendekap tubuhnya.

Mas Abi mendongak untuk menatap seseorang yang tengah mendekapnya itu. Air matanya kembali luruh tanpa bisa lagi ia tahan.

"Ga ..."

Mas Raga mengangguk. "Udah Raga bilang, Mas jangan mendam semuanya sendirian. Ada aku, Mas. Tolong libatkan aku dalam hal apa pun! Aku ini adik Mas yang paling besar," kata Mas Raga.

Mas Abi hanya bisa terdiam. Mas Abi bingung entah harus mulai darimana untuk mengungkapkan semuanya.

"Bilang sama Raga, Mas. Apa yang bikin Mas sampe kayak gini?" tanya Mas Raga penuh kehati-hatian.

Mas Abi mencoba menghela napas berat, lalu menetralkan perasaannya. Mas Abi tidak ingin lagi bersikap seolah-olah kuat. Mas Abi juga butuh sandaran.

"Ga, Mas bingung setelah ini Mas harus gimana. Maaf, karena kesannya Mas cengeng sama lemah banget. Bulan depan, kemungkinan besar Mas kena PHK, Ga," tutur Mas Abi.

IN THE END ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang