composer by The rock Diamond
ps: kalau mau baca chapt ini, silahkan sekalian putar lagu di atas, dan tenang, tak ada videonya. jadi putar lagunya sambil membaca chapt ini. ^^
author buat ada backsoundnya. ^^ biar sedikit terasa hidup. selamat menikmati.
happy reading~~
================================================================================
(Crhish's P.O.V)
Setelah membawa Denime yang pingsan ke ruang kesehatan. Aku menyeka darah yang keluar dari kepalanya. Aku hanya bersyukur mereka telah melarikan diri setelah mereka memukul Denime dengan balok kayu di kepalanya. Aku hanya tak habis pikir dengan apa yang dia lakukan. Dia sampai mau babak belur demi melindungiku. Akukan bukan sapa-sapa dia. apa dia merasa kasihan padaku? Aku mengobari seluruh luka memarnya. Aku kompres dengan es. Supaya tak berbekas parah besoknya. Dan akupun tak lupa memperban lukanya.
Dan mata Denime perlahan terbuka menampakkan iris hazelnya. Mata yang jernih dan indah, yang sangat menenangkan. Dia memerjapkan matanya, lalu meringis pada kepalanya yang mungkin terasa sakit. Hem. Hei memang sakitkan kalau di pukul balok kayu? Dia menatapku dengan penuh kecemasan. Kenapa dia menatapku dengan cemas? Harusnya dia mencemaskan dirinya sendiri bukan?
Dia menyentuh leherku dengan lembut. Dengan masih menatapku cemas? "Kau..tak apa?" aku memiringkan kepalaku. Aku tak mengerti kenapa dia bertanya padaku. "Apa sakit?"dia kembali berucap. Aku hanya menggelengkan kepalaku. Aku tak di hajar, aku tak di pukul balok kayu oleh mereka, kenapa aku di tanyai aku sakit? Aku menatapnya dengan penuh tanda tanya.
"Syukurlah. Cewek itu menendang perutmu dengan keras." Oh! Itu. Aku hanya memandang perutku. Memang sakit tapi mungkin tak separah Denime. Tak aku sangka Denime mengelus perutku dengan lembut. "Aku harap tak sakit."
Aku menatapnya bingung. Kenapa dia begitu perhatian denganku? Kenapa dia begitu ingin membelaku tadi dari 'ratu' busuk itu? Kita tak saling kenal. Dia hanyalah murid baru yang baru mengenalku. Kenapa dia rela di hajar demi aku? Kenapa dia mencemaskan aku padahal dia yang merasakan rasa sakit? Kenapa? Pertanyaan kenapa, kenapa, dan kenapa selalu berputar-putar di kepalaku. Mengingat kejadian itu aku memandang Denime dalam diam. Dia akan menjadi seperti aku. Dia akan di kucilkan, dia akan tak memiliki teman. Apa itu semua karena aku? Apa itu karena dia dekat denganku? Aku tak meminta dia membantuku tadi. Dan dia baru juga baru pertama kali pindah, dan harus menerima ini semua. Apa itu karena aku? Aku memandang Denime dengan rasa takut. Dia tak salah. Dia tak berdosa. Dia tak menghina dan tak menjauhiku. Tapi kenapa dunia ini begitu tak adil? Kenapa dia mesti menderita?
"Crhish? Kau kenapa? Ukh!" Denime memandangku dengan tatapan cemas, dia juga meringis ketika mencoba bangun dan menghampiriku, karena aku melangkah mundur darinya. "Crhish! Kau kenapa?" tidak! jangan. Jangan peduli padaku. Aku tak ingin kau yang tak berdosa peduli dengan diriku yang berlinang dosa. Ketakutan yang menyergap dalam hatiku saat menatap Denime. Entah kenapa dan mengapa atas kelakuannya padaku. Apa dia sedang mengasihaniku?
Semakin aku menjauh, semakin mendekatlah Denime padaku. Dia terlihat bingung akan tingkahku. Kecemasan yang ia tunjukkan padakupun terpancar dengan jelas dari iris hazelnya. Aku menggeleng, mengisyaratkan agar dia tak mendekatiku. Aku mohon! Jangan dekati aku. Aku mohon! Tidak. aku mohon! "Kalau kau tidak apa-apa, maka berbicaralah! Aku tak mengerti apa dari kata isyaratmu!" dia menatapku dengan tegas. Semakin aku melangkah mundur, semakin pula Denime mendekat. Nggak! Aku gak mau. Aku takut. Harusnya dia mengerti dari raut wajahku yang mengisyaratkan ketakutan. Harusnya dia mengerti! Aku tak ingin berhubungan dengan siapapun! Semua pasti akan sama saja. Kekecewaan yang akan aku dapati. Penghianatan yang akan aku dapat. Aku semakin lama mundur dan menjauhi Denime. Ini kesalahan! Harusnya aku tak kasihan padanya! Dia yang salah telah membelaku!
Tapi saat aku tak dapat lagi melangkah mundur, Denime memelukku. Erat, sangat erat. Dia berhasil menangkapku ketika aku ingin lari dan membuka pintu ruang kesehatan. "Crhish, ada apa denganmu? Kenapa kau menjauh dari ku? Apa aku melakukan kesalahan?" aku berusaha sekuat tenaga untuk melepas pelukkan yang di berikan Denime, tapi Denime masih saja memelukku dengan erat. Aku mohon! Lepaskan aku. Aku tak ingin terbuai dan bergantung padamu. Denime! Mengertilah. "Aku tak akan melepaskanmu! Aku akan selalu ada bersamamu. Aku tak akan meninggalkanmu. Tolaklah aku, dan berbicaralah. Aku mohon!"
Perlawanankupun berhenti. Apa? apa yang dia katakan? Apa tadi yang ia katakan? Dia harusnya sadar kalau aku minta untuk di lepaskan! "Crhish, aku tertarik padamu. Kau terlihat sangat rapuh. Aku ingin menjadi penompangmu." Tidak! tidak! tidak! aku mohon jangan katakan itu Denime! Kau tak tau apa-apa. kau tak tau siapa aku! Aku menjerit dalam hatiku. Dia hanya orang luar! Ya, dia orang luar! "Crhish, aku...menyukaimu." seakan ada bom yang meledakkan jantungku. Aku tercekat mendengar kata-kata Denime. Jantungku berdetak tak seirama. Seakan menyuruhku untuk lompat dari lantai tinggi manapun. Aku melihat tangannya yang memelukku dari belakang. Sayu, nanar, khawatir, resah, gundah. Ini yang aku rasakan ketika aku mendapat pernyataan dari Denime.
Jantungku berdetak sangat cepat. Apa? apa ini? Dia...menyatakan cinta padaku? Apa dia lagi bercanda? Tapi....aku laki-laki, dan dia laki-laki. Apa dia sedang mempermainkanku? Apa ini akting dari 'ratu' busuk itu? Apa ini semua hanya tipu dayanya? "Aku tau aku konyol. Tapi...aku benar-benar menyukaimu. Aku tertarik padamu. Aku ingin melindungimu." Dengan cepat wajahku memanas. Apa kah dia tidak waras? Dia menyatakan cintanya padaku?! Apa dia merasa kasihan padaku? Aku menggenggam erat bajunya. Mengingat apa yang baru saja aku katakan membuatku harus merasakan rasa sakit di hati. Ini pasti hanyalah mimpi yang Tuhan berikan padaku. Mimpi yang indah. Tidak mungkin Denime yang baru mengenalku, bisa menyukaiku. Tiba-tiba saja Denime melepaskan pelukkannya, membuatku tersadar dari angan indahku. Dia menatapku dalam diam. Aku dapat merasakan kehangatan mata hazelnya yang kini menatapku.
Aku juga bisa melihat dengan jelas ketampanan dari Denime. Walau banyak luka di wajahnya, tak akan mengurangi kadar ketampanannya. Tanpa sadar wajahku merona merah dengan apa yang baru aku pikirkan tadi. Ini sebuah kesalahan! Denime masih terus memandangku dan memberikan seulas senyumnya yang membuatnya semakin tampan. Wajahku kian merona saat melihat senyuman Denime. Aku terbuai akan ketampanan Denime. Denime yang jatuh cinta padaku. Jatuh cinta padaku yang pendosa ini.
Tiba-tiba aku dapat merasakan sesuatu yang hangat dan kenyal yang menyentuh bibirku. Aku belalakkan mataku saat wajah Denime yang tak memiliki jarak terhadap wajahku. Denime mengecupku dengan singkat dan melepaskannya kembali. Ah! Ah! Wajahku kembali memerah saat tau kami ciuman. Aku menundukkan wajahku malu. Aku tak dapat memandang Denime sekarang. Ini memalukan. Tetapi Denime memeluk pinggangku membuat tubuhku dan Denime berdekatan, akupun mendongak menatapnya. Alakah aku bersyukurnya bila nanti ini adalah sebuah kenyataan. Aku tak ingin di beri mimpi indah yang memabukkan semacam ini. Apa aku percaya olehnya? Dia hanya baru kenal padaku hari ini. Dia belum tau apa-apa tentangku. Dia belum tau siapa aku. Aku menelan ludahku dengan berat. Andai, andai aku hanyalah anak normal. Andai aku hanyalah anak laki-laki biasa, maka aku akan senang menerima perlakuan Denime. Dan aku bahagia tanpa berpikir panjang menerimanya menjadi kekasihku, walau ini sebuah kesalahan. Dosa yang manis untuk di rasakan.
"Crhish. Kamu manis. Kamu imut. Wajahmu yang malu-malu itu membuatku tak tahan menyentuhmu. Tak aku sangka, boneka yang di juluki manusia buangan bisa semanis ini di hadapanku." Apa dia sedang mempermainkan aku? Apa dia sedang menjahiliku seperti apa yang di lakukan 'ratu' busuk itu? Tapi melihat kilatan iris hazelnya yang lembut. Aku tau dia tidak sedang mempermainkanku. Kembali wajahku memanas. Dosa ini cukup manis untuk di rasakan. Apa Tuhan akan memaafkan aku yang telah memcicipi dosa yang manis ini? Dan Denime tertawa. Tampaknya sekarang Denime sudah baik-baik saja. "Mau kau menjadi pacarku?" aku membulatkan mataku dengan sempurna. Apa dia sedang bercanda? Dia mengajakku pacaran? Aku laki-laki! Dan dia juga. Terlebih lagi aku tak tau harus bagaimana. Aku bergerak gelisah dalam pelukan Denime. Apa dia benar-benar menyukaiku? Apa dia hanya sekedar membuatnya untuk membuang-buang waktunya? Aku ingin memiliki ingatan tentang hal kekasih. Tadi, pemikiranku, apa tadi membaca pikiranku? Aku memandang Denime. Ini terlalu cepat untukku. Dia menatapku dengan cemas. Rupanya dia tak mengerti apa yang aku rasakan. "Tak perlu di jawab sekarang. Kau boleh menjawabnya kapanpun yang kamu mau." Dia memberikan senyuman yang dapat menenangkan kegelisahanku. Tapi jauh di lubuk hatiku yang terdalam aku sangat senang walau aku juga dapat merasakan kegundahan yang luar biasa. Denime masih belum tau apa-apa tentang diriku. Mengingat itu aku hanya dapat menggigit bibir bawahku.
^.^.^.^.^.^
tbc...^^
see you next chapt~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Blind (BoyXBoy) yaoi
Mystery / Thriller(CERITA TELAH DI REUP LOAD. BILA ADA YANG MASIH TIDAK TERBACA SILAHKAN INBOX AUTHOR. TERIMA KASIH) yaoi/ homo/gay CONTENT!! WARNING!!! 1. bagi para homophobia di larang membaca 2. kata-kata yang di gunakan kasar (harap maklum) 3. cerita ini berk...