Love 9

8.6K 561 6
                                    

Happy reading~~

hehehehe. XD

===============================================================================

(Denime's P.O.V)

Semenjak di taman bermain, Crhish seakan menjauhiku lagi? Aku berulang kali untuk bertanya apa yang menjadi kesalahanku. Tapi Crhish hanya menggelengkan kepala, lalu pergi. Selalu begitu. Dan kinipun juga. Crhish pergi begitu saja saat aku mengajaknya pergi ke kantin. Apa salahku adalah mengajak dia naik jet coaster itu? Tapi, harusnya Crhish mau memaafkan aku. Tapi entah mengapa hanya untuk memandang wajahku Crhish sama sekali tak ingin? Dia selalu memalingkan wajahnya dariku. Apa dia membenciku? Apa mengajaknya ke wahana jet coaster itu membuatnya membenciku? Hei baru kemarin aku bisa merasakan atau melihat wajah eronya, kenapa sekarang harus betengkar yang aku tak tau permasalhannya apa?

Haaaa. Baru juga aku merasakan manisnya cinta kenapa harus begini jadinya? Apa sih salahku? Kenapa juga—AAARRRRGGGHHHHH!!! Aku mengacak-acak rambutku frustasi. Hei. Aku seperti anak cewek yang di tolak cintanya. Dan frustasi seperti di tinggal oleh kekasihnya? Ough! Ini menyakitkan. Aku hanya meletakkan kepalaku pada sisi meja, sebelum suatau suara mengagetkanku.

"Hei! Lihat. Itu bukannya Crhish?! Astaga! Kejam sekali ya, Merdyana! Kenapa dia melakukan itu? Apa dia berniat menyuruh Crhish melompat? Apa karena kejadian di kantin itu?"

Aku sontak berdiri dan berlari melihat apa yang terjadi. "APA?! apa yang terjadi?!" anak yang aku tanyai hanya memandangku ngeri. Lalu menunjuk di atas gedung dengan gemetaran. Aku mengikuti arah tangannya. Dan kini mataku yang melihat hampir mau copot dari tempatnya sangking aku membelalakkan mataku. Demi apa aku harus melihat Crhish akan di gantung begitu?! Kenapa sih, Merdyana gak pernah ada bosannya membuat Crhish menderita?! Emosiku entah kenapa selalu naik walau, aku sedang gundah. Jantungku berisik! Detakkannya selalu kencang. Aku mengawatirkan Crhish. Dadaku berdegup kencang, aku khawatir dengan Chrish. Aku berlari semakin cepat. Aku bersumpah, bila terjadi sesuatu hal pada Crhish aku akan penggal leher perempuan jalang itu. Semakin aku mempercepat laju lariku, semakin menyesakkan pula. Aku tak ingin kehilangan orang yang aku sayang karena kecerobohanku. Tidak lagi!!

Perempuan itu! Perempuan jalang itu! Masih saja mengganggu Crhish. Amarahku semakin menjadi-jadi. Ku percepat langkahku menuju atap sekolah. Lumayan menguras tenaga. Tapi, emosiku jauh lebih besar dari rasa capekku. Aku dobrak pintu atap sekolah menampakkan hal yang paling tidak ingin aku lihat dan hal yang mengerikan. Crhish...Crhish...Merdyana, melihat padaku, senyumnya yang membuatku ingin mencekiknya. "Eits. Kamu jangan gerak. Kalau gak aku dorong si anak buangan ini." Secara otomatis aku hanya berdiri mematung. Jantungku kebat-kebit. Aku gak ingin kehilangan Crhish.

"Aha! Kau datang rupanya aku ingin kau melakukan sesuatu untukku." Aku hanya menggeram menahan emosi. Entah kenapa rasanya ingin aku bunuh Merdyana.

"Apa? yang kau mau?" dia hanya tertawa keras. Lalu tersenyum. Kaalau tidak karena para budaknya yang siap jatuhkan Crhish, aku gak bakalan berdiam diri kayak orang tolol.

"Cium aku. Dan jadi pacarku." Aku hanya terbelalak menjijikkan. Euh! Aku gak bakal mau jadi pacar dari cewek nenek sihir. Aku hanya mengendus, memandangnya sinis. "Kamu gak bakal mau menolakkan? Kamu tau akibatnyakan?" emosi. Aku emosi. Aku sudah benar-benar emosi. Akupun melangkahkan kakiku ke depan menuju Merdyana. Lalu dengan kasar aku jambak rambutnya dan kukecup bibirnya yang gak ingin sama sekali aku sentuh. Jujur, aku main kasar dalam ciumannya. Aku gak menginginkan ciuman itu. Aku paksa lidahku untuk memasuki rongga mulutnya.

Dan tak lupa tanganku mengeskos seluruh pahanya. Jijik! Aku sangat jijik dengan lengkungan tubuh Merdyana. Emosi rasanya tak bisa aku tahan. Akupun meraba dadanya, dan aku remas dengan kasar. Aku tau, Merdyana juga wanita, tapi rasa kasihanku menghilang setelah melihat kelakuannya seperti wanita jalang. Merdyana hanya mendesah tertahan. Lalu aku raba, tempat sensitifnya. Bagian dari Vaginanya. Walau masih tertutupi kain, aku tau dia telah basah. Akupun melepas tautan ciumanku dengan dia. aku memandangnya jijik. Dia sukses menjadi wanita jalang, yang membuatku enggan untuk merasa kasihan.

Love is Blind (BoyXBoy) yaoiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang