haaii. :3 hehehe. saya harap ceritanya gak begitu aneh untuk di lanjutin. ew. saya benernya bingung, ini cerita kok ya masih belum abis2 aja. X3
tapi sabar yaa...jujur, permasalahannya mau nongol kok. :D muaaap banget kalau ceritanya rada absurd. :3
happy reading~~
=======================================================================
"Berhentilah berpelukkan di saat sarapan!! Kau membuat mataku sakit!" aku hanya memandang bagaimana Reviel yang protes saat memandang kami di hadapannya. Mungkin kalau aku menjadi Reviel, maka aku akan berkata hal yang sama seperti yang di katakan Reviel. Di lihat bagaimanapun, tentu ini pasti akan menyebalkan. Bagaimana tidak untuk sedap di pandang? Kalau posisi dudukku ada di atas pangkuan Alex? Sedangkan Alex menyuapiku makan, tanpa aku di perbolehkan menyentuh apapun. Aku tak mengerti, kenapa dia bersikap begini. Sampai sekarangpun aku tak mengerti, aku adalah siapa Alex. Anak kecil ini terlalu arogan, juga egois, dalam hal apapun.
Entah ini hanya pemikiranku atau memang semua bakal berpikir demikian ketika dia mengetahui sikap Alex. Aku memang tak suka cara dia memperlakukan aku. Tapi di samping rasa tidak suka, ada secuil rasa senang yang hinggap di hatiku. Semua perlakuan Alex padaku membuatku sedikit nyaman. Tak dapat di pungkiri, dia yang 4 tahun di bawahku, mampu bersikap dewasa. Sebenarnya aku sedikit malu dengan diriku yang di manja oleh anak umur 13 thn. Tapi hatiku berkata lain, hatiku mengatakan bahwa aku nyaman di perlakukan sedemian manjanya. Kini Alex menyuapiku sepotong buah apel yang sudah di kupas di meja. Rasa segar yang di dapat membuatku sangat menyukai buah itu. Tanpa menghiraukan protesan dari Reviel, Alex manyuapiku segelas susu strawberry yang rasanya sangat nikmat.
Setelah selesai, dia mengusap ujung bibirku yang belepotan susu dengan ibu jarinya. Sepersekian detik, aku hanya membatu di tempat, detak jantungku kembali berdegup kencang. Rona wajahku memerah semu. Semua perlakuannya membuatku melayang. "Sekarang pergilah ke kamar. Tidurlah." Aku menyerengit, tanda aku tak mengerti. Ini masih sangat pagi untuk sebuah tidur. Badanku akan sangat sakit bila aku kebanyakkan tidur. "Tidurlah." Pandanganku cukup tak setuju akan perintah yang di berikannya padaku. Apa dia tak mengerti?
"Aku harap kau tak membantah."
Aku menatap wajahnya yang walau masih muda, tapi penuh dengan penekanan dan ketegasan yang terpancarkan. Aku berharap dia tak menyuruhku untuk tidur dan naik ke dalam kamar. "Aku mohon. Aku bukan seorang yang sakit-sakitan yang harus tidur di pagi hari seperti ini. Ini masih menunjukkan..." aku menoleh pada jam dinding yang ada di samping, lalu kembali menatap wajah Alex, yang rahangnya mulai mengeras dan bergelatuk menahan amarah. "Ini masih jam 10. Dan kau menyuruhku tidur?"
"Dan aku mohon kau tak membantah, Crhish. Apa kau pergi ke kamar dengan aku menyeretmu?" kata-kata itu sangat mengisyaratkan bahwa aku 'harus' menurutinya. Karena dia seperti kehabisan kesabaran. Aku memandangnya sebentar dan turun dari pangkuannya. Berjalan menuju tangga dan pergi ke kamar seperti yang di perintah Alex. Aku tak mengerti, kenapa dia memerintahku, seakan aku adalah peliharaannya? Aku ini siapa dia? apa aku benar-benar kenal dia? lantas kenapa saat dia memerintahku, aku tak melawan? Aku hanya menggeleng pelan. Tentu aku tak dapat jawaban. Seperti ada yang kurang. Tapi entah itu apa.
"Mau sampai kapan kau akan seperti ini terus Tuan Alex? Dia bukan milikmu. Dia milik Tuan Jeremi. Taukah kau? Bila Tuan Jeremi tau, apa yang terjadi pada Crhish, kaulah yang akan di bunuh olehnya." Kakiku seketika berhenti menaiki tangga saat suara itu di ucapkan oleh yang seingat aku Tayo. Niat aku yang segera menuju kamar, kini aku penasaran pada arah pembicaraan di ruang makan. Akupun berusaha mempertajam pendengaranku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Blind (BoyXBoy) yaoi
Mystery / Thriller(CERITA TELAH DI REUP LOAD. BILA ADA YANG MASIH TIDAK TERBACA SILAHKAN INBOX AUTHOR. TERIMA KASIH) yaoi/ homo/gay CONTENT!! WARNING!!! 1. bagi para homophobia di larang membaca 2. kata-kata yang di gunakan kasar (harap maklum) 3. cerita ini berk...