Love 37

9.4K 338 46
                                    

ahahaha....ternyata author nggak pake prolog. :D alhasil author gak pake epilog deh. ^^

tapi ceritanya dah abis. :3 sebelumnya author bilang masih sama semua yang udah bantu, atau kasih suport buat cerita ini. cerita ini sumpah gak bakal selesai kalau gak di bantu. terlebih kakak author yang cuantik. Ariezteea yang dan bantu author nyelesaiin. makasih kk. luph, luph.

gak nyangka kalau cerita abal-abal author ini, erm...ada yang suka. author senang banget. 

\(>o<)/    yyeeaaayy....

cerita ini di dedikasikan pada seluruh pembaca yang sampai chapt sini masih baca. XD thanks.. big thanks. 

happy reading~~~

==========================================================================

(Crhish's POV)

Setelah kejadian penyerbuan malam hari menegangkan itu, semua terasa mencengkramkan. Aku dapat melihat bagaimana pada posisiku aku dapat melihat Alex, Assie, juga Reviel. mereka begitu saling menatap dengan tajam. Apa yang mereka lakukan? Aku meringis merasakan luka yang ada di punggungku. Aku ingin sekali membunuh pria brengsek yang sudah menebasku. Tapi sayang sudah di bunuh oleh Assie. Kini pandanganku tertuju pada tiga sosok di depan sana. Alex tampak mengerutkan alisnya dan mengendus kesal. Diapun menjatuhkan pisau yang tadi aku pakai untuk 'bersenang-senang'. Dia berjalan menghampiriku. Raut kesal tampak jelas di wajahnya. Setelah berdiri di hadapanku dia membantuku untuk sekedar duduk.

"Ada yang sakit!" aku melihat raut wajah Alex saat mengutarakan pernyataan bukan pertanyaan. Dia bertanya padaku dengan raut kesalnya? Sungguh menggemaskan. Aku menatap raut wajahnya yang kian mengeras karena tak mendapat jawabanku. "Aku bertanya!"

Aku terkekeh pelan mengingat kelakuannya. "Kau bertanya dengan wajahmu yang menyeramkan?" aku menatap wajah Alex yang bingung dengan perkataanku. "Kau tampak menggemaskan Alex." Kali pertama aku menatapnya, dan kali pertama di wajah angkuhnya terdapat semburat kemerahan. Tsk! Dia iblis? Apa malaikat? Aku kembali terkekeh dengan ringisanku.

"Di-diam! Aku tak ingin mendengar komentar orang yang tak berdaya." Aku hanya kembali tersenyum kecil mengingatnya. Kini pandanganku tertuju pada sosok Tuan Jeremi yang sudah mengusir semua, kecuali, aku, Alex dan dirinya. Dia tampak memandang tajam ke arahku juga Alex. Alex kini berdiri di hadapanku dan menarikku untuk berdiri. Apa ini suatu lelucon? Apa dia sedikitpun tak menyadari tatapan tajam dari seorang Tuan Jeremi? Dia menyeretku tanpa menghiraukan Tuan Jeremi.

"Alex." Diam tak menjawab. Kembali lagi aku memanggilnya. "Alex." Tetap tak menjawab, walau tarikkannya masih dia lakukan. "Alex!" kini panggilanku meninggi. Dan dia berhenti. Tanpa menoleh dan hanya diam yang dia berikan. Aku kembali mengingat siapa yang sedang aku ajak berbicara. Seorang Alexander Duszelle, dari keluarga bangsawan yang terkenal angkuh. Aku menghembuskan nafasku dengan kasar. "Tuan Jeremi ingin berbicara denganmu."

"Jangan membahas itu, Crhish. Bersihkan dulu lukamu." Dan kembali menyeretku ke sebuah mobil hitam yang sudah di persiapkan. Di dalam dengan cepat dia menyuruh seseorang menyiapkan berbagai macam obat. Dengan diam dan rautnya yang menyebalkan dia memaksaku membuka bajuku. "Hei! Kau ingin aku membuka bajuku di sini?!"

Dia hanya diam dan terus menyobek bajuku tanpa ampun. "Alex! Kau kenapa diam saja? Karena Tuan Jeremi?"

"Diamlah! Kau bukan seorang wanita. Dan berhentilah membahasnya." Dia menbersihkan lukaku dengan kasar. Aku hanya meringis. "Kau selalu membahas tentang Jeremi. Apa segitu pedulinya kamu terhadapnya?" aku terdiam. Apa? tadi barusan dia bilang apa? dia menanyakan tentang kepedulianku terhadap Tuan Jeremi? "Kau kenapa diam?" aku terdiam karena aku tak tau apa yang harus aku berikan sebagai jawaban. "Kau lebih peduli tentang dia?" kenapa dengannya? Apa ini penting buatnya? "Jawab Crhish!"

Love is Blind (BoyXBoy) yaoiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang