Love 15

5.3K 431 11
                                    

selamat pagii...:D

sebelumnya autor minta maaf karena keterlambatan up date. :((  ada sih sebuah alasan, tapi ya gitu dah..

saya minta maaf sebesar-besarnya. T^T 

saya berterima kasih yang kemarin sudah koment. \(^0^)/ #horeeeee..... ternyata banyak juga yang suka cerita author. :3 senang banget... karena minta di lanjut...yuk saya mulai sisi tegangnya di sini. X3 

saya udah bilang yaa,,,kalau cerita ini sadis. ^o^  jadi selamat menikmati. X3

cekidot~~~

=============================================================================

(Emelin's P.O.V)

Aku menatap Crhish yang sedari tadi bernyanyi-nyanyi di pinggir kolam. Dengan memainkan pisaunya dengan riang. Banyak darah di sana. Termasuk tubuh kecil Crhish. Aku memandangnya dengan prihatin. Kini Crhish bagaikan psycopat. Dia lebih suka membunuh dengan kejam. Tak ada lagi Crhish yang aku kenal. Hanya tatapan kenikmatan saat mencabik-cabik tubuh korbannyalah yang aku dapat. Aku hanya memandangnya nanar. Rasa sedih yang mendalam karena aku tak dapat melakukan apa-apa.

Malam itu aku tau itu bukanlah malam biasa. 5 hari setelah itu. Aku sungguh takut ketika mengetahui Crhish pulang dengan balutan gaun penuh darah. Tatapannya kosong. Dia hanya diam. Tanpa suara. Tak ada yang bisa aku lakukan. Aku menatap Crhish dengan ngeri. Dia seakan ada di dunianya sendiri. Aku menatap ngeri pada Crhish saat malam itu. Yeah, bukan tentang penampilannya yang di penuhi oleh darah. Tapi apa yang dia bawa pulang. Aku tercekat saat mengetahui kepala siapa yang dia bawa. Denime! Itu kepala Denime. Anak cowok yang beberapa minggu lalu mengajaknya kencan, anak cowok yang beberapa minggu mengantar jemputnya ke apartemennya dulu. Dan anak cowok yang beberapa minggu yang lalu melakukan seks dengan Crhish di ruang tamu, anak cowok yang membuat Crhish tersenyum bahagia. Dan...anak cowok yang Crhish saat itu tengkar. Masih teringat jelas saat siang kami pindah, dan Denime ada di depan apartemen. Dia memandang Crhish dengan sedih. Dia memandang Crhish dengan tatapan penuh kasih sayang. Aku tau. Aku tau Denime begitu mencintai Crhish. Tapi, tapi entah apa yang membuatnya harus bertengkar dan menjauhi Denime.

Setiap aku bertanya, dia selalu pura-pura tutup telinga. Dia selalu menghindar setiap aku bertanya mengenai Denime. Dan kini pertanyaanku semakin menjadi-jadi di kala malam itu tiba. Saat Crhish dengan sayangnya membawa kepala Denime ke rumah. Crhish selalu tersenyum menatap kepala Denime yang sudah tak bernyawa. Dia selalu tersenyum sendiri, dia terkadang bicara-bicara sendiri. Seakan Crhish sedang berbicara dengan Denime.

"Denime, kau tau, aku tadi membunuh orang yang besar. Aku jengkel dengan tatapannya. Ahahaha, aku ingin sekali menyiksanya. Dia seperti menikmati dunia busuk ini. Kau tau Denime? Aku memporak porandakan ususnya tau. Iuh! Jijik sih, tapi menyenangkan. Aku congkel matanya. Lalu aku tebas kedua telinganya. Aaaahhhhhh! Itu menyenangkan Denime! Kau tau? Aku juga mengulitinya. Euh! Jelek sih hasilnya, tapi ya sudahlah. Aku akan belajar menguliti kulit manusia nanti. Ah! Denime. Aku juga mengkibiri dia lho. Hahahaha. Darah. Banyak darah di sana."

Seperti itulah yang dia omongkan pada kepala Denime setiap dia sepulang kerjanya. Jujur, aku takut dengan kepribadian Crhish yang baru, aku tak pernah ingat punya kakak yang psycopath. Crhish itu manis. Dia dulu sangat pendiam. Dia sangat melindungi aku. Dia selalu tersenyum yang selalu mengartikan bahwa semuanya baik-baik saja. Iya. Itu Crhish. Aku tak kenal Crhish yang sekarang. Dia sudah tak peduli denganku. Setiap pagi dia selalu keluar untuk bekerja, pulang pasti malam. Kalau sudah pulang dia pasti ke kamar dan berbicara pada kepala milik Denime. Semua orang tau, dan pasti akan mengira Crhish adalah psycopath yang gila! Aku akui itu benar. Aku juga menganggap dia begitu.

Love is Blind (BoyXBoy) yaoiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang