huuwwwaaaaa. maaafff. saya minta maaf karena terlambat update. maaf. TT^TT
sungguh, author tak maksud untuk telat update. tapi author lagi kacau balau, moodnya kacau banget. haaddeeee. T^T gara-gara ada beberapa masalah yang ada. jadi idenya entah mengapa ilang begitu saja. T^T
okee...cekidot..
happy reading~~
================================================================================
Di tengah kepanikkan semua warga, Crhish kecil, juga Emelin kecil hanya bingung dia harus bagaimana. Mereka bingung harus menginap di mana. Sedangkan tempat pengungsian sudah tidak memadai untuk menampung pengungsi yang banyak. Crhish hanya memandang kotanya yang telah luluh lantah pasca gempa bumi baru saja. Banyak orang yang terluka, juga banyak orang yang meninggal. Pemandangan ini sangatlah mengerikan. Kebakaran terjadi di mana-mana akibat guncangan yang dahsyat yang membuat api harus jatuh dan membakar sekitar.
Tak ada lagi tempat untuk berdiam diri. Karena semua telah hancur. Crhish juga Emelin hanya terpaku diam melihat apa yang baru saja menimpa kota mereka. Mereka berinisiatif ingin mengunjungi kerabat mereka yang di kota luar. Tak ada kendaraan angkutan yang melintas. Di tengah kepanikkan yang melanda ini semua. Crhish dan Emelin hanya berjalan sambil bergandengan tangan. Berharap ada seseorang yang mau berkenan memberi tumpangan pada mereka.
Tin...tin..
Crhish juga Emelin menoleh pada asal suara tersebut. Sebuah mobil buntut berhenti di sebelah mereka. Tampak pak tua yang mengemudikan turun dan menghampiri mereka. Pak tua itu jongkok serta bertanya kepada mereka. "Apa kalian salah satu dari korban gempa bumi itu? Mau kemana kalian? Ketempat sanak saudara?" Crhish hanya mengangguk. Pak tua itu tersenyum, lalu mengusapkan kepala mereka. "Kalau begitu mari, akan saya antar kalian ke tempat sanak saudara kalian. Bagaimana?" Crhish juga Emelin saling bertatapan dan menatap pak tua yang ada di hadapannya dengan mata berbinar. Lalu mereka mengangguk secara antusias. Pak tua itu hanya tertawa melihat tingkah mereka. Diapun menggiring anak-anak itu menuju mobil buntutnya.
"Kemana kalian akan pergi?"
"Kota Veresg. Di sana ada paman dan bibi kami." Ucap Emelin dengan ceria. Pak tua itu kembali tertawa melihat tingkah laku kedua bocah tersebut. "Paman! Apa paman tak apa mengantar kami?"
Pak tua itu menoleh dan tersenyum, "Ini hari yang suci. Kita harus memberikan kebahagiaan pada semua orang."
"Paman baik ya."
Setelah berjam-jam akhirnya mereka sampai di depan rumah bibi mereka tampak seorang wanita separuh baya membuka dan menatap kaget terhadap tamu mereka. Tampak raut tak suka di wajahnya. "Buat apa kalian kemari?"
"Bibi Resi, dapatkah kami tinggak di sini?" ucap Crhish dengan memelas.
Wanita itu tampak semakin tak menyukainya. Tapi dengan berat hati dia menggiring mereka berdua menuju kandang keledai. Dan memeberikan beberapa selimut hangat dan makanan roti dan susu hangat kepada mereka. Crhish maupun Emelin tak dapat memprotes. Karena mereka hanya numpang. Hari-hari berat di lalui oleh mereka. Bibi mereka serta paman mereka memperlakukan mereka bagaikan pekerja rendahan yang hanya bisa di bayar dengan sepotong roti dan 2 gelas susu hangat. Tidak lebih dan tidak kurang itulah yang selama ini Crhish juga Emelin dapatkan. Mereka harus bekerja ekstra untuk hanya mendapatkan tempat tinggal, dan makanan.
Perlakuan bibi serta paman mereka jauh lebih buruk pada mereka. Cambuk, selalu mampir di tubuh mereka di kala mereka berhenti bekerja hanya untuk mengistirahatkan tubuh. "Kalian pikir tempat ini gratis?! Hah!! Dasar anak tak tau berterima kasih. Berterima kasihlah kalian anak buangan yang telah aku beri makan serta tempat tinggal!! Sekarang cepat bekerja!" bibi Resi mulai mencambuk tubuh Emelin yang kelelahan. Melihat itu amarah Crhish tersulut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Blind (BoyXBoy) yaoi
Mystery / Thriller(CERITA TELAH DI REUP LOAD. BILA ADA YANG MASIH TIDAK TERBACA SILAHKAN INBOX AUTHOR. TERIMA KASIH) yaoi/ homo/gay CONTENT!! WARNING!!! 1. bagi para homophobia di larang membaca 2. kata-kata yang di gunakan kasar (harap maklum) 3. cerita ini berk...