Love 21

4.9K 336 21
                                    

sesuai janji author. ^^ author up date sekarang. :D

happy reading~~~

===============================================================================

Keesokan harinya saat aku kembali bekerja, aku di kagetkan oleh kabar, bahwa Tuan Alex mengamuk. Aku hanya menyerengitkan alis melihat kabar yang di sampaikan oleh para pengawalnya itu. Bukankah sudah menjadi hal biasa Tuan Alex mengamuk kalau tidak sesuai keinginannya? Saat aku memusingkan tentang Emelin, kabar tentang Tuan Alex membuatku harus berfikir ada apa dengan anak kecil itu lagi. Tapi ada hal yang membuatku merasa aneh. Dia hampir membunuh setengah dari para pengawalnya tanpa alasan, serta para wanita(?) yang tengah bermain seks dengannya. Ada apa lagi dengannya? Aku segera menuju kamarnya. Di depan kamarnya sudah ada para pengawalnya yang ketakutan? Dan 2 orang yang aku yakini mereka adalah Reviel dan Tayo. Alisku kembali merengut lebih dalam? Kenapa mereka menunggu di luar?

Aku berjalan menghampiri salah satu para pengawal berjas hitam itu. "Ada apa ini?" pria itu sontak kaget saat aku menanyakan prihal apa yang terjadi. Dia terlihat ragu dalam mengutarakan apa yang terjadi.

"Begini Nona Annabella, Tuan Alex sedang marah di dalam. Dan tak memperbolehkan masuk pada siapapun." Alisku berkerut lebih dalam. "Kenapa kalian tak mencariku kemarin?"

Aku melihat mereka saling berpandangan, lalu dengan ragu salah satu dari mereka menjawab. "Maafkan kami nona Annabella. Kami sudah mencoba mencari anda. Tapi...Tuan Alex melarang kami melakukannya." Alisku semakin berkerut, aku semakin tak mengerti maksud dari tuan kecilnya itu. Masalahnya selalu bertambah. Masalah satu belum selesai, yang satunya muncul. Entah mengapa aku sekarang tak dapat berpikir dengan baik. Cukup pikiranku mengenai, Tuan Jeremi, dan Emelin. Kini harus di sibukkan dengan memikirkan apa maksud dari tuan kecil yang egois itu. Akupun memutuskan berjalan menuju pintu kamar Tuan Alex. Tak ingin mengambil pusing tentang semua ini. Aku tak menyangka bahwa perintah dari Tuan Jeremi akan menguras seluruh pikiran, tenaga, juga hatiku, hanya untuk menjaga seorang bocah.

"Sedang apa kau? Bukannya pria berjas tadi sudah mengatakan bahwa tak ada yang boleh masuk?" ucap seseorang yang rambutnya panjang, dan berwarna perak. Tubuhnya mungkin sekecil diriku. Aku hanya menatap mereka, dan menghiraukan apa kata mereka.

Yang aku tau bila Tuan Alex di biarkan, emosinya akan semakin memburuk. Saat aku memasuki kamarnya begitu kagetnya aku, ruang kamar ini sudah bagaikan kamar mayat. Banyak mayat yang berjatuhan di lantai. Kondisinyapun sangat mengenaskan. Aku melihat dinding-dinding banyak berhias darah dari para korbannya. Saat aku melangkah lebih dalam, keadaan semakin menyeramkan. Mayatnya sudah bagaikan boneka yang telah di cabik-cabik oleh pemiliknya. Organ dalamnya berhamburan ke mana-mana. Ruang kamar ini lebih bisa di sebut rumah jagal! Atau rumah hantu. Barang yang ada di sinipun telah tak berupa. Mulai dari kursi, meja, vas bunga, serta kaca-kaca yang ada di sana. Semua pecah, dan rusak. Sepertinya Tuan Alex benar-benar marah hari ini juga kemarin. Aku menelusuri ruangan. Tapi tak mendapatkan sosok Tuan Alex. Aku kembali melangkah menuju kamar Tuan Alex. Keadaan kamar Tuan Alex tak jauh beda saat di ruang tengahnya. Bisa di lihat banyak mayat wanita tak berbusana yang kini tak rupa seperti seorang manusia. Dia bagaikan mainan bongkar pasang boneka, yang kepala, tangan, kaki, maupun badan yang bisa di lepas dan di pasang kembali. Initinya di mutilasi.

Aku mendengar guyuran air di kamar mandinya. Aku segera mungkin menuju ke arah kamar mandi. Saat aku membukanya pemandangan mengerikan telah menyambutku. Tuan Alex sedang menyodomi seorang wanita yang kini tak bernyawa. Dia menusukkan sebuah pisau kepada alat kelamin sang wanita. Sambil merancau tak jelas. Aku hanya menatap wanita itu dengan sangat kasihan. Apa yang menjadi sebab Tuan Alex semarah ini?

"Tuan Alex. Apa yang sedang anda lakukan?" seketika itu pula Tuan Alex menghentikan kegiatan yang memasukkeluarkan pisau itu dalam vagina wanita itu. Dia menoleh padaku. Kilatan kemarahannya terlihat jelas. Sangat jelas. Diapun menghempaskan tubuh wanita yang telah tak bernyawa itu ke lantai. Lalu melangkahkan kakinya menuju padaku. Aku melangkah mundur dan merasa takut ketika kilatan kemarahannya itu sedang menatapku. Aku kembali teringat akan kejadian 3 hari yang lalu. Aku tak takut dengan pemandangan mayat-mayat di sana. Aku hanya takut pada kilatan amarah yang di tunjukkan oleh Tuan Alex pada manic shapirenya. Jantungku kembali berdegup kencang. Saat aku mengetahui, aku tak dapat lagi berjalan mundur karena telah menempel pada dinding kamar mandi. Tubuh, tangan, serta kakiku gemetaran, seakan mengingat jelas dengan apa yang telah ia lakukan padaku kemarin-kemarin.

Love is Blind (BoyXBoy) yaoiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang