Love 14

5.6K 471 50
                                    

omegot....ahahay. gak nyangka, authornya buntet ide wkwkwk. moodnya sumpah deh buat kacau ide. akhirnya setelah sekian waktu, dapat lanjut lagi. :3 

spesial part for you readers...^^

happy reading~~~

============================================================================

"APA?! Crhish, kamu tak bercanda?" ucap Emelin, saat aku memberitahukan semuanya, tentang kepindahanku, juga alasan kami pindah. Dia tampak kaget serta tak suka. Dia menatapku dengan pandangan memohon, agar tak pindah di apartemen Tuan Jeremi. Aku tau betul alasan dia ketakutan. Tapi ini hanya sementara. Aku tak bisa pindah di lain tempat. Aku mencoba berfikir dengan kepala dingin. Kuhelakan nafasku dengan berat. "Crhish, maaf. Tak seharusnya aku merepotkanmu." Emelin menatapku dengan rasa bersalah. Aku hanya memberikan seulas senyuman padanya.

Aku memeluk gadis cantik nan seksi ini. Aku berjanji akan melindunginya dengan nyawaku. Tak akan aku biarkan ada yang menyentuh Emelin. Aku usap kepala Emelin untuk menenangkan Gadis cantiknya. Lalu memandang wajahnya dan memberikan sebuah senyuman untuk menandakan semua akan baik-baik saja. Setelah selesai menenangkan Emelin, dan beres-berespun selesai. Ia berniat membuka pintu, tapi yang di lihat sungguh membuatku terkejut. Denime ada di depan apartemennya. Seketika itu juga tatapannya menjadi tajam.

"Crhish? Kau...kau mau kemana?"ucap Denime saat melihat apa yang aku bawa. Aku tak menghiraukannya lalu menggandeng tangan Emelin untuk keluar. Tapi tanganku di pegang oleh Denime. "Crhish, kau mau pergi? Kemana? Aku mohon Crhish jangan tinggalkan aku. Aku sungguh mencintaimu. Aku tak mempermainkanmu. Crhish, please."

Aku hanya terpaku diam mendengar penuturan Denime. Aku juga sangat mencintainya. Tapi dia membuatku kecewa. Aku tak ingin pisah dari Denime. Tapi, ukh! Aku menggenggam tangan Emelin dengan erat. Aku masih memiliki Emelin. Dia yang aku punya. Jadi aku tak butuh siapa-siapa. "Crhish? Kau kenapa? Apa kau bertengkar dengannya?"ucap Emelin cemas. Aku memandang Emelin dan mengatakan 'aku tak apa'. "Akan aku tunggu di dalam mobil, kau uruslah dulu dia." lalu melepaskan genggamanku, dan pergi ke bawah. Setelah menatap Emelin yang sudah memasuki mobil, kini giliran Denime yang aku tatap.

"Lepaskan! Aku tak ingin melihatmu lagi."

"Crhish, aku semalam aarrrggg.. Crhish aku hampir gila memikirkanmu. Kamu salah paham! Aku dengan Natasia bukan seperti yang kau pikirkan!" mendengar nama itu lagi membuat api kecemburuanku semakin panas. "Lepaskan aku Denime! Biarkan aku pergi!"

"Crhish! Dengarkan aku dulu! Aku mohon! Aku setiap malam selalu bermimpi melepaskan genggamanku padamu. Saat aku ingin menggenggammu kembali kau pergi begitu saja. Mimpi itu berulang-ulang hadir. Itu membuatku resah. Aku mohon Crhish, jangan tinggalkan aku. Aku tak ingin kau pergi. Kalau andai hari ini aku melepasmu pergi...aku...aku akan kehilangan dirimu. Please dont leave me alone. Please Crhish, i need you. I love you to everything in my life." aku terus memberontak meminta untuk di lepaskan. Semua kata-katanya hanya bualan semata yang sangat manis di rasakan, tapi kenyataannya jauh lebih pahit. Aku berusaha untuk melepaskan diri. Tapi semakin aku memberontontak, semakin erat genggaman tangannya padaku. Aku tau tanganku kecil, tak seberapa dengan Denime yang tangannya penuh otot yang kuat. Sakit! Tiba-tiba ia mendorongku di dinding lalu mencium bibirku. Aku berusaha mendorongnya. Tapi nihil. Dia menjilat, mengemut, serta memberikan gigitan kecil di bibir bawahku. Ciumannya sangatlah liar juga buas untuk kali ini. Ciuman ini sangat mendominasi, dan menuntut. Sensasi ini sangat aku rindukan. Aku menyukai Denime. Kalau begini terus aku tak akan mampu meninggalkannya sendiri. Aku tak akan bisa berpisah dengannya. Aku mencintainya. Dia adalah cinta pertamaku. Tapi...tapi, tapi dia tertarik dengan Natasia. Lidahnya menjilat bibirku. Walau aku menolak, entah mengapa tubuhku menginginkannya.

Love is Blind (BoyXBoy) yaoiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang