maaf untuk keterlambatan saya buat mengapdate cerita saya. :3
saya sedang mengurus semester baru saya. X3 hohoho. (sks) jadi saya bolak-balik ke kampus. gak sempat nulis. belum lagi tagihan cerita dari adek sialan itu. heerrr.....
oke lupakan.
happy reading~~
================================================================================
(Crhish's P.O.V)
Aku memandang mayat Merdyana yang tak bernyawa di angkut oleh petugas kepolisian. Bagiku ini adalah pemandangan yang biasa. Dan aku puas, aku senang. Harsat ingin membunuh Merdyana yang dari sekian lama aku pendam. Kini terwujud. Apa haruskah aku yang membunuhnya tadi? Harusnya aku menikmati untuk membunuh wajah menyebalkan itu. Ingin rasanya aku mengkuliti kulit mulus Merdyana. Aku kembali menyesal karena aku tak membunuhnya langsung. Kepuasanku jadi sedikit berkurang. Walau aku tau, aku sudah mencoba menggali kuburanku sendiri dengan membocorkan rahasiaku. Tapi aku gak peduli. Tampak Denime memandangku tak percaya, aku tau saat ini akan terjadi. Denime tidak benar-benar cinta aku. Aku melangkahkan kakiku keluar kelas, saat selesai menjawab pertanyaan Denime. Bagiku Denime yang sekarang sama saja dengan keluargaku yang lain. Mereka tak menerimaku apa adanya. Mereka takut padaku. Jadi inikah balasan yang aku dapat dari Tuhan? Huh! Menggelikan.
"Crhish!" Denime mencengkal pergelangan tanganku dan sukses membuatku terhenti dan membalikkan badan. Ku tatap Denime yang raut wajahnya masih tak percaya. "Crhish, aku mohon katakan padaku, kalau semua ini hanya lelucon." Aku memandangnya lekat-lekat. Dialah cinta pertamaku. Dan aku harus melepaskannya. Rupanya dia masih menyangkal tentang kejadian ini. Aku ingin sekali tertawa, dan bilang padanya bahwa kejadian tadi bukanlah sebuah ilusi mata semata. Aku memandang Denime ini menggelikan. Tatapannya yang memandangku dengan harap-harap cemas membuatku ingin tertawa. Huh!
"Aku tak bercanda." Ucapku masih tetap memandangnya dengan datar. Raut sedih menyelimuti wajahnya. Dia sedih karena apa? apa karena aku membunuh Natasia? "Kau menyukai Natasia." Sedetik kemudian tubuh Denime menegang, dia menatapku antara tak percaya dan terkaget-kaget. Senyuman salah, seringaian kecil terukir di bibirku. Setelah apa yang dia perbuat padaku, inikah yang dia lakukan padaku? Dia menyukai seorang wanita yang dia kenal baru saja. "Kau menggelikan Denime. Kau menjijikkan. Kau berbuat sejauh ini, kini kau buang aku begitu saja. Itu jauh lebih memuakkan dari pada Merdyana."
"Crhish, bukan. Bukan begitu! Aku—"
"Lepaskan!" ucapku seraya menarik tanganku dari cekalan tangan Denime, tapi dia mencengkram kuat. "Crhish dengarkan aku."
"Tak ada yang perlu di jelaskan. Jadi lepaskan."Denime masih saja memegang tanganku. Aku berusaha untuk lepas dari pegangannya.
"Crhish! Aku menyukaimu. Aku tak mempermainkanmu! Aku juga tak membuangmu! Aku mohon Crhish mengertilah."
Aku hanya memandangnya dengan datar. Ini jauh lebih menggelikan. Saat Natasia tak ada kini dia beralih padaku? Apa baginya aku hanya di jadikan tempat pelampiasan? Apa menurutnya aku hanya seonggok manusia yang tak memiliki hati? Aku menatap Denime dengan tajam, tapi tiba-tiba ponselku berdering. Membuatku mengalihkan pandanganku dari Denime ke sakuku, lalu memandang Denime kembali. "Aku ada telpon. Lepaskan!" diapun dengan berat hati melepaskan cekalannya padaku. Setelah itu aku mengambil telpon dari saku.
"Halo." Ucapku mengawali panggilan itu, akupun menjauh dari Denime. Tumben Tuan Jeremi menelpon?
"Ah, Annabella, bisakah kau ke sini sekarang? Aku ingin kau menyanyikan untukku nanti malam."
Akupun mengangguk, walau Tuan Jeremi tak melihatnya. "Baik. Saya akan kesana."
"Ah, wait. Hari ini kau di jemput Zeros. Kau sudah menemuinya?" aku menyerengitkan alis. Buat apa aku di jemput? "Anu, saya bisa ke sana sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Blind (BoyXBoy) yaoi
Mystery / Thriller(CERITA TELAH DI REUP LOAD. BILA ADA YANG MASIH TIDAK TERBACA SILAHKAN INBOX AUTHOR. TERIMA KASIH) yaoi/ homo/gay CONTENT!! WARNING!!! 1. bagi para homophobia di larang membaca 2. kata-kata yang di gunakan kasar (harap maklum) 3. cerita ini berk...