@multimedia: Merdyana Perront
selamat menikmati. ^^
kembali saya mau berterima kasih pada para pembaca yang sudah memberikan vote dan comenntnya. X3 ah, author juga senang ada yang baca cerita abal-abal saya. ^^
happy reading~~~
============================================================================
(Denime's P.O.V)
Aku berputar-putar di tempat karena kekhawatiranku terhadap sesuatu. Crhish belum juga tampak dan memasuki kelas. Aku mulai menggigit jariku. Ini sangat tak adil. Aku sangat mengkhawatirkannya. Aku tak ingin dia kenapa-kenapa. Dia menjadi para bullyan di sini dan itu yang tak dapat aku terima dan membiarkannya. Cukup lama saat aku mulai berangkat dan memasuki kelas. Aku dengan semangatnya untuk berangkat sekolah. Baru kali ini perasaan yang tak pernah aku rasakan. Aku tak sabar bertemu dengan Crhish. Tapi kini aku harus menunggunya lama untuk bertemu dengannya. Semenjak bertemu dengannya aku tau perasaanku salah, tapi setiap menit memikirkannya membuatku frustasi sendiri. Sosoknya yang bagaikan boneka yang rapuh membuatku tak bisa menahan perasaanku padanya. Aku ingin menjadikan dia milikku. Seutuhnya.
Kemarin dia mengantarku pulang sampai parkiran. Karena sepedaku ada di tempat parkiran. Dia selalu memegang ujung bajuku dengan cemas. Aku tau dia khawatir setelah kejadian kemarin. Mungkin dia mengira aku akan kenapa-kenapa karena aku baru di hajar oleh segerombolan sampah. Huft. Dan sekarang aku harus menggigit jari karena bel tanda masuk telah berbunyi. Sedangkan Crhish belum datang juga. Aku melihat perempuan brengsek kemarin memasuki kelas dengan tawanya yang menyebalkan. Kenapa dia tak sekalian di telan oleh bumi? Kenapa tak sekalian lenyap? Aku menatapnya tajam. Dia tampak kaget setelah melihatku. Rupanya dia pikir aku mati dengan pukulan macam itu?
Seketika itu juga diriku membeku saat dia tersenyum penuh arti. Senyuman penuh akal bulus dan kelicikkan. Aku menngepalkan tanganku ketika melihat wajah jeleknya itu. Perempuan itu melenggang dengan sok centilnya. Iuh! Gak bakal ada yang menjadikan dia sebagai wanita idaman. Herr. Belum selesai kekesalanku meredah kini harus menelan rasa jengkel kembali ketika Crhish memasuki kelas dengan baju yang sangat kotor. Aku membulatkan mataku dengan sempurna. Aku lalu berlari menghampiri Crhish.
Wajahnya. Wajahnya tampak tak baik. Bekas cakaran di sana. Tanganku mengepal luar biasa. Crhish memandangku dan menggeleng. Membuatku sangat ingin marah. Akupun melangkah menuju tasku dengan menghentakkan kakiku. Mengambi baju olahraga, dan menyeret Crhish keluar kelas dengan kasarnya. Aku menyeretnya ke ruang ganti dan memberikan bajuku padanya. Penampilannya tampak kotor. Aku hanya bisa menggeram jengkel melihat penampilan Crhish sekarang. Tapi Crhish menatapku dengan lembut dan sedikit tersenyum. Aku hanya bisa terpaku dengan senyumannya. Indah! Apa aku masih bisa berharap bahwa dia akan menjadi milikku?
Ia mengelus dadaku agar amarah yang aku rasakan meredah. Aku menghirup udara dan melepaskannya lewat mulut secara perlahan. Haaaaa. Aku ulangi kembali sehingga amarahku benar-benar reda.
"Apa yang mereka lakukan padamu? Jawab Crhish!" tanyaku. Crhish hanya memandangku kaget dan menggelengkan kepala. "Crhish! Ayolah bilang padaku. Aku tak ingin kau begini terus. Aku tak ingin kau kenapa-napa. Aku mohon Crhish! Mengertilah bahwa aku khawatir padamu." Aku memegang bahu kecil milik Crhish. Dia kembali tersenyum. Senyumannya yang menawan yang telah memperangkap hatiku. Astaga. Dia makin hari makin cantik. Bagiku Crhish jauh lebih cantik dari siapapun juga. Aku memeluk tubuh kecilnya. Andai aku bisa melakukan sesuatu. Aku ingin sekali melakukan sesuatu demi Crhish.
Setelah ganti kami kembali menuju kelas. Guru sudah tiba, dan memandang kami curiga. "Maaf, Mrs. Erm..teacher? ah. Kami baru dari toilet. Ahaha. Biasa."ucapku sambil tersenyum konyol. Guru itu hanya memandangku dan Crhish secara bergantian. Lalu menghela nafas. Setelahnya kami di perbolehkan duduk.
Menit berlalu dan berganti jam, ffuuuhhhh... jam istirahat pun tiba. Aku sangat lapar dan aku menapat Crhish yang lagi-lagi mencatat. Aku hanya memanyunkan bibirku. "Crhish~" aku merengek padanya. Tapi dia masih tetap menulis. "Crhish~ayo pergi ke kantin. Aku lapar."ucapku. Crhishpun menolehkan padaku, lalu menghela nafasnya, dan memandangku seolah menyuruhku pergi ke kantin sendiri. "Crhish~ aku tak ingin meninggalkanmu sendiri." aku kembali merengek. Dia tampaknya menyerah, lalu mengangguk. Aku berjingkrak senang. Tak akan aku biarkan Crhish sendirian. Akupun menggandeng tangannya dan berjalan menuju kantin. Crhish tampak tak suka dengan perlakuanku ini. Tapi biarlah. Aku tak peduli. Aku hanya tak ingin Crhish lepas dan jauh dariku.
Setelah memesan makan dengan sedikit konflik anatara aku dan Crhish. Hanya karena Crhish menolak aku membelikan dia makanan! Heerrr! Sedikit gemas dengan kelakuan Crhish. Tapi itu membuatku semakin cinta. Kami memilih tempat duduk yang tak terlalu ramai. Crhish juga tampak tak menyukai yang ramai-ramai. Belum ada 5 menit kami duduk dan bersantai aku di kejutkan dengan cewek brengsek itu yang menyiram Crhish dengan minuman jusnya di kepala Crhish. Crhish tampak sedih mengetahui nya. Aku memandang perempuan brengsek itu dengan tajam dengan tangan mengepal.
"Ahahahahahahaa. Itulah yang pantas untuk anak buangan sepertimu. Kau mengotori udara di kantin ini. Pergilah kau!"perempuan itu mendorong Crhish hingga jatuh. Cukup! Aku tak dapat menahan amarahku. Akupun mendorong perempuan brengsek ini ke pagar.
"Kyyyaaaaaa...."
"Kau membuatku muak! Mukamu yang menyebalkan itu rupanya minta di kuliti ternyata. Kau mirip sekali dengan wanita penggoda huh?"ucapku sambil menyengkram kerahnya. Aku elus pipinya yang mungkin saja di rombak dengan sedemikian rupa itu. Dia tampak ketakutan menatapku. Aahh! Aku ada ide. Akupun mengambil pisau yang ada di piring Crhish yang di buat memotong steak dagingnya. "Aha! Mau aku kuliti wajah cantikmu itu? Aku sudah muak dengan kelakuanmu pada Crhish!"
Suasana di kantin mulai ricuh. Aku tak begitu mempedulikannya. Aku hanya terpaku menatap perempuan brengsek yang nan menyebalkan ini. Aku jalankan pisau yang aku pegang pada pahanya yang terekspos seksi. Rasa emosi yang membakarku membuatku terasa buta. Apa tak cukup membuat Crhish menderita?! Akupun mulai menggesekkan permukaan pisau dengan permukaan kulitnya. Yuhu! Ini menyenangkan. Tapi tanganku terhenti ketika Crhish memegangnya. Aku menatapnya dengan penuh tanda tanya. Dia hanya menggelengkan kepalanya. Dia menggenggam tanganku dan melepaskan pisau yang aku pegang. Dia menariku menjauh dari perempuan brengsek ini.
"Cukup Denime." Aku terpaku menatapnya. Apa yang tadi? Crhish berbicara? Dia tidak bisu?! Oh. Aku entah apa yang aku rasakan. Aku sangat senang. Dia memanggil namaku. Akupun memeluknya. Menghiraukan apa yang terjadi di sekeliling.
Ahahaha. Sampai seorang guru menegur kami dan membawa kami ke ruangannya. Crhish yang sedari tadi aku genggam tangannya hanya menggelengkan kepalanya heran. Ahahaha. Aku tak peduli, aku hanya peduli dengan Crhish. Suaranya tadi walau kecil tapi aku dapat mendengarnya. Lembut. Sangat lembut. Aku ingin mendengarnya lagi. Aku genggam tangan mungil Crhish lebih erat. Dia memukul lenganku dan menatapku tajam. Aw! Saat Crhish marahpun dia tampak sangat manis. Akupun memberinya kecupan manis di pipinya. Dan yes! Aku dapat injakan yang lumayan sakit di kakiku. Aku hanya meringis memegangi kaki, erm..sepatu. yang di injak Crhish. Dia pergi menjauh mengikuti langkah guru tadi yang menegur kami. Wajahnya. Wajahnya yang merah padam itu. Aku sungguh menyukainya.
^.^.^.^.^.^
tbc...^^
see you next chapt~~~

KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Blind (BoyXBoy) yaoi
Mystery / Thriller(CERITA TELAH DI REUP LOAD. BILA ADA YANG MASIH TIDAK TERBACA SILAHKAN INBOX AUTHOR. TERIMA KASIH) yaoi/ homo/gay CONTENT!! WARNING!!! 1. bagi para homophobia di larang membaca 2. kata-kata yang di gunakan kasar (harap maklum) 3. cerita ini berk...