3

14.9K 1.1K 6
                                    

Hallo....
Sorry baru update lagi... #jangantimpuk
Sedikit sih.... mungkin part selanjutnya nisa agak panjangan... lagi bingung bagi waktunya.... but... thank's yang udah menyempatkan baca dan vote plus comment ceritaku...

Daripada kelamaan...... langsung aja yaaaa.... cekidot....

_____________________________________________

Matahari sudah berada tepat di atas ubun-ubun, Sisi melenggang keluar dari kantornya. Rencananya hari ini ia akan makan siang dengan suplier baru yang akan memasok produk baru yang berkualitas, namun dengan harga yang lumayan terjangkau.

Pak Amin sudah menunggu, membukakan pintu mobil untuk Sisi.

"Bluelight hotel, Pak Amin," Sisi menyebutkan tujuannya yang segera di angguki oleh supir paruh baya itu.

Perjalanan yang menghabiskan waktu hampir satu jam itu dihabiskan Sisi dengan mempelajari proposal-proposal yang belum sempat di bacanya.

Mobil berhenti di lobby Bluelight hotel. Pak Amin tergopoh-gopoh membukakan pintu untuk Boss cantiknya yang dengan anggun melangkah memasuki lobby hotel megah dihadapannya.

"Nona Sisi?" sapa seseorang membuat Sisi menghentikan langkahnya dan mencari sumber suara itu.
Dilihatnya seorang pria muda dengan setelan jas berwarna abu-abu gelap, tersenyum padanya.

"Pak Fitra?" Sisi tersenyum menjabat tangan Fitra, membalas uluran tangan laki-laki itu.

Mereka pun menuju ke resto di sebelah kanan lobby hotel tersebut.

"Jadi, bagaimana dengan pengajuan kerja sama yang saya ajukan minggu lalu, Nona Sisi?" tanya Fitra setelah mereka memesan makan siang.

"Pada dasarnya sih saya setuju, Pak Fitra. Tapi kita masih perlu membicarakan harga yang bapak ajukan. Saya rasa harga tersebut masih terlalu tinggi. Saya khawatir, customer tidak akan tertarik membeli produk anda, Pak. Bagaimana jika anda memangkasnya sekitar mmm... dua puluh persen lagi maybe?" ujar Sisi menatap Fitra dengan senyum mematikan. Matanya bersinar tajam.

"Tapi saya rasa harga itu sudah murah, Nona Sisi. Mengingat kualitasnya, sebanding dengan harganya," bantah Fitra berusaha menekan kegugupan yang mendadak menyerbunya.

"Banyak produk lain sejenis dengan kualitas setara, namun dengan harga yang jauh lebih murah, Pak Fitra. Jika tidak ada kebijakan dari anda mengenai harga, sebaiknya kita tidak meneruskan kerjasama ini," putus Sisi dengan senyum masih menghiasi wajah ayu nya. Ia berdiri dengan anggunnya.

Dengan gugup Fitra berdiri mengikuti Sisi. Ia masih belum bisa berkata-kata. Mungkin ia terlalu berani mengajukan kerjasama dengan Red Horizon. Ia mengabaikan masalah kualitas dan harga yang disyaratkan oleh perusahaan itu.

"Saya permisi, Pak Fitra," pamit Sisi memberikan senyum manisnya pada Fitra yang masih melongo antara terpesona dengan senyum Sisi dan keterkejutannya atas kegagalan kerjasama mereka. Dan Sisi melupakan makan siangnya.

Sisi melangkah cepat menuju pintu lobby saat seseorang menyenggol bahunya hingga ia terhuyung.
Dengan cepat, sepasang tangan menahannya agar ia tidak sampai terpelanting jatuh.

Sisi membuka matanya dan tertegun menyadari wajah seseorang yang begitu dekat dengan wajahnya. Seperti dejavu, Sisi teringat peristiwa di depan toilet di Aston beberapa waktu lalu saat ia makan siang dengan Randy.

"Ah, maafkan saya.... Loh? Bu Sisi?" seolah menyadari ketertegunannya beberapa saat, Sisi dengan bantuan laki-laki itu, menegakkan tubuhnya.

"Eum...Pak Digo? Davista Corporation kan?" Sisi membelalak takjub.

Reach YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang