27

15.6K 860 6
                                    

Sisi melepaskan gaunnya. Ia membersihkan dirinya, berendam dalam bathtub dengan air hangat untuk melepaskan penatnya.

Hari ini hari yang sangat membahagiakannya. Akhirnya ia dan Digo menikah. Pesta yang digelar begitu meriah. Kelelahannya sebanding dengan kebahagiaan yang di rasakannya.

Setelah selesai dengan ritualnya, ia menyalakan televisi. Ia tidak sungguh-sungguh menontonnya karena sebenarnya ia sedang menunggu Digo, yang hari ini sah menjadi suaminya.

Tadi Digo menyuruhnya untuk beristirahat karena Digo masih menemui sahabat-sahabatnya.
Sisi tau, persahabatan mereka itu sudah seperti saudara. Bahkan mungkin melebihi saudara kandung. Mereka saling melengkapi dengan karakter dan pembawaan mereka masing-masing.

Mata Sisi hampir terpejam ketika sepasang lengan melingkari tubuhnya. Pelipisnya dikecup lembut.

"Mereka sudah pulang?" tanya Sisi tersenyum mendapati Digo menatapnya penuh sayang.

"Mereka tidak pulang. Mereka memaksaku memesankan kamar di hotel ini. Dasar mereka semua tidak peka!" Digo menggerutu.

"Tidak peka? Bukannya mereka sangat baik? Mereka sahabat kamu kan?"

"Seharusnya mereka tidak menahanku lama-lama. Seharusnya mereka tau hari ini aku menikah. Dan, mereka harusnya tau kalau ini malam pertamaku bersama istriku," ujar Digo menyeringai diakhiri bisikan di kalimat terakhirnya.

"Aku tidak keberatan sama sekali kalau mereka ingin bersamamu," kata Sisi polos.

"Sisi sayang, aku yang keberatan. Malam ini aku cuma ingin bersamamu saja," Digo mencium pipi Sisi hingga wajah gadis itu merona.

Digo melepaskan rangkulannya dan ikut duduk di sofa di sebelah Sisi.

"Kamu sudah mandi?" tanya Digo mengernyitkan alisnya.

"Sudah," angguk Sisi.

"Hmm... wangi," gumam Digo mengendus leher Sisi, membuat gadis itu terkikik geli.

"Mau aku siapin air panas?" tawar Sisi.

"Kamu sih mandi duluan. Kalo nggak kan bisa barengan," cengir Digo membuat Sisi terperangah dan sedetik kemudian menunduk malu.

Digo tersenyum melihat Sisi yang malu-malu. Diraihnya dagu Sisi dan diangkatnya perlahan. Dikecupnya bibir ranum itu dan menyesapnya berlama-lama.

Sisi mengerang lembut saat Digo menghisap pangkal lehernya hingga menimbulkan bekas.

"Aku mandi dulu," ujar Digo serak, melepaskan bibirnya dari lekuk leher Sisi dengan tidak rela. Ia bergegas masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri dengan cepat.

☆☆☆☆☆♡♡♡☆☆☆☆☆

Sisi menggigit bibir bawahnya dengan wajah merona malu. Bagaimana tidak? Digo memandanginya dengan intens. Mata laki-laki yang kini resmi menjadi suaminya itu menyorot penuh gairah menembus tepat di manik matanya, membuat Sisi tersengal menahan nafas.

Perlahan Digo mendekat. Gadisnya tampak sangat menggoda. Pipinya yang kemerahan membuat wajah Sisi berlipat kali cantik dan menggemaskan.

"You look so beautiful, Sweetheart," desisnya parau.

Sisi susah payah menelan ludahnya. Digo teramat dekat dengannya sekarang.
Tubuh sixpack bertelanjang dada dan hanya mengenakan handuk yang dililitkan di pinggangnya membuat Sisi salah tingkah dan malu.

Digo meraih pinggang ramping Sisi dan menariknya agar merapat padanya.

"Aku hampir tidak mempercayai hari ini. Akhirnya aku memilikimu. Semua mimpi-mimpiku bersamamu," Digo mengecup bibir tipis istrinya.

"Aku mencintaimu," bisik Sisi dengan pipi merona, membuat Digo menelan ludahnya berkali-kali melihat suguhan pemandangan indah dihadapannya.

"Aku lebih mencintaimu, Sweetheart. Aku hampir kehilanganmu, dan itu membuatku trauma. Aku tidak tau, apa yang akan terjadi padaku jika hidup tanpamu," kata Digo meraih dagu istrinya dan melumatnya lembut.
Lalu lumatan itu berubah menjadi sebuah tuntutan. Sisi mengalungkan lengannya melingkari leher Digo. Ia mempercayakan seluruh hidupnya pada laki-laki yang menjadi pusat dirinya sekarang.

Saat Digo merebahkannya dan mencumbu lebih dalam dan lebih jauh lagi, Sisi hanya mampu mendesah, menikmati semua yang Digo berikan padanya.

Sisi memejamkan matanya ketika Digo menyatukan diri dengannya, meleburkan cinta mereka dari dua menjadi satu, memberikan rasa yang belum pernah Sisi alami sebelumnya. Mengabaikan rasa sakit dan nyeri yang datang padanya. Mempercayakan semuanya pada laki-laki yang begitu mencintainya dengan segenap jiwa dan raganya.

Malam pertama mereka lalui dengan saling berlomba mencurahkan segala yang mereka punya. Hanya berusaha saling memberi, tanpa mengharapkan timbal balik. Namun semuanya terasa begitu indah. Bukankah cinta itu memberi?

☆☆☆☆☆♡♡♡☆☆☆☆☆

Sisi mengerjapkan matanya menyesuaikan diri dengan sinar terang yang menerobos melalui celah gordyn berwarna hijau.
Ia menoleh mendapati wajah tampan terlelap damai disampingnya. Perlahan ia menghembuskan nafas, menarik sudut bibirnya keatas. Dengan hati-hati ia beringsut, melepaskan diri dari pelukan lengan Digo yang melingkari tubuh polosnya.

Sisi menahan nafas ketika Digo malah mengeratkan pelukannya. Rona pipinya muncul perlahan saat dirasakannya ujung dadanya tergesek lengan kokoh suaminya.

Kembali ia mencoba menguraikan dekapan yang melilitnya.

"Mau kemana, Sweetheart? " tanya Digo dengan suara serak.

"Aku...aku mau mandi," Sisi menggigit bibir bawahnya ketika tubuhnya dibalik oleh Digo hingga sekarang ia berhadapan dengan suaminya.

Digo menatap jahil pada istrinya. Dengan cepat disibakkannya selimut yang menutupi tubuh mereka.

Sisi memekik, wajahnya merona malu menyadari kepolosan tubuh mereka berdua, sementara Digo hanya terkekeh senang dengan reaksi istrinya.
Lalu dengan cepat, ia mengurung tubuh mungil Sisi dengan tubuhnya, menunduk dan mencium bibir tipis menggoda itu dengan lembut, sedikit bermain-main dalam rongga mulutnya.

"Masih ada waktu beberapa jam sebelum kita ke bandara," seringai Digo menatap istrinya yang terkejut dengan ulahnya.

"Memang kita mau kemana?" wajah Sisi makin merona saat menyadari Digo menggoyangkan pinggulnya, menggesekkan sesuatu yang keras pada tubuh bawahnya hingga ia tanpa sadar meloloskan desahan pendek.

"Secret for surprise, Sweety, " jawab Digo tersenyum menyadari ia sudah menyalakan kembali gairah istrinya.

"Tell me, Honey," rajuk Sisi.

Digo hanya tersenyum menggelengkan kepalanya.

"Bukan surprise kalau kamu tau duluan, Sweetheart," ujarnya tertawa geli melihat istrinya cemberut. Dikecupnya bibir manyun itu dengan cepat, lalu jemarinya menggelitik pinggang Sisi hingga pemiliknya memekik dan menggelinjang kegelian.

"Stop! Stop! Berhenti, Digo! Hahaha....Ah...."

Pekikan dan tawa mereka berhenti mendadak. Posisi Digo yang berada di atas tubuh mungil Sisi, dengan mata keduanya saling menatap lekat menguarkan keheningan mendadak.

Perlahan-lahan Digo menurunkan wajahnya, mengulum bibir yang selalu membuatnya ingin menciumnya lagi dan lagi itu dengan lembut. Digo tau, ia sudah sangat terperosok ke dalam pesona istrinya, dan ia tidak ingin keluar dari sana.

Sisi melenguh, desahan sexy nya terlontar begitu saja dari bibirnya ketika ia merasakan cumbuan Digo makin intens pada tubuhnya. Ia benar-benar tidak akan menyesali sudah menyerahkan seluruh cintanya pada laki-laki yang tengah menggumulinya saat ini.

THE END.

Akhirnya..... selesai juga nih cerita....
Fiuuuh.... lega rasanya....

Semoga suka ya....meskipun aku gak yakin sih.... hehehe....

Eits....jangan sedih dulu.... tungguin extra part nya yaaaa....

Love,
LiandFand 😘

Reach YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang