Sisi mengusap wajah lelahnya. Ini berat untuknya. Menghadapi mantan tunangan yang sangat dibencinya, yang sialnya karena kelengahannya, laki-laki pengecut itu bisa menyusupkan orang-orangnya ke dalam perusahaannya dan menghancurkannya dalam sekejap.
Ia tidak mengerti, kenapa Bryan setega itu. Seharusnya ia yang sakit hati dengan apa yang sudah Bryan perbuat terhadapnya. Tapi ini seolah posisi mereka terbalik. Bryan terlihat sangat ingin menghancurkannya. Dan Sisi bisa melihat betapa murkanya Bryan saat ia menyebut Nikita jalang. Itupun karena ia kesal dan marah karena tuduhan Bryan padanya karena ia menjadi kekasih Digo Davista, meskipun hanya sandiwara.Raut wajah Sisi merona saat mengingat betapa mereka sempat menunjukkan kemesraan mereka di depan Bryan. Sisi juga tidak mengerti kenapa ia dengan refleks mengecup pipi Digo yang kemudian dibalas dengan mengecup ujung hidungnya.
Sisi memejamkan matanya. Bibirnya membentuk kuluman senyum malu.Sisi masih saja memejamkan matanya. Wajahnya disembunyikan dengan menunduk, hingga ia merasakan sentuhan lembut pada bahunya yang terbuka.
"Minumlah," Digo menyodorkan segelas air putih padanya.
Dengan gugup Sisi mengambil gelas itu. Ujung jarinya tanpa sengaja menyentuh jari Digo. Cepat-cepat diraih dan diteguknya air itu.
"Kenapa? Kamu terlihat gelisah. Apa pembicaraanmu dengan Bryan membuatmu tidak nyaman?" Digo mengambil tempat duduk di samping Sisi.
"Aku selalu tidak nyaman dekat dengannya sejak mengetahui ia kembali muncul di kehidupanku sekarang," gumam Sisi seolah pada dirinya sendiri.
"Ada yang bisa kulakukan untukmu?" tanya Digo lembut.
Sisi merasakan ada sesuatu yang hangat merembes menyentuh ke dasar hatinya.
"Kamu sudah banyak membantuku selama ini," sahut Sisi lirih.
"Jika membantumu bisa membuatmu tersenyum, dengan senang hati akan kulakukan, seberapa sulitnya pun," ujar Digo membuat raut wajah Sisi kembali merona.
"Aku tidak tau bagaimana membalas kebaikanmu selama ini," Sisi menunduk menggoyang-goyangkan gelasnya, membuat riak air di dalamnya.
"Just smile for me," sahut Digo menatap lekat Sisi.
Sisi mendongak tertegun. Tatapan mereka bertemu. Serasa ada aliran listrik diantara keduanya, membuat mereka hanya saling tatap terpaku dalam diam.
Entah berapa lama mereka saling pandang dalam keheningan, hingga kesunyian itu terpecah oleh suara deheman Sisi yang lebih dahulu tersadar dari suasana canggung itu.
"Euhm, apa maksudmu?"
"Kamu pasti tau maksudku, Sisi. Aku akan melakukan apapun demi melihatmu kembali tersenyum," Digo tersenyum tipis, mengangkat tangannya, mengusap pipi Sisi yang halus dengan lembut.
"Kenapa?"
"Tentu saja karena aku sangat mencintaimu. Dan berharap kamu mau menjadi bagian dari hidupku, belahan jiwaku," sekarang Digo mengusap kepala Sisi, menyusuri rambut halus yang panjang itu.
"Digo, aku..." Digo meletakkan telunjuknya ke bibir Sisi, mencegah gadis itu meneruskan kata-katanya.
"Ssssttt.... aku tau kamu belum bisa membalas perasaanku. Tapi tidak apa-apa. Aku cukup senang bisa berada di dekatmu," ujar Digo perlahan. Jemarinya sekarang mengusap lembut bibir bawah Sisi.
Jantung Sisi berdetak makin kencang. Ia memejamkan matanya sesaat. Hatinya menyuruhnya untuk menyerah terhadap pesona dan ketulusan Digo. Tapi otaknya menyuruhnya untuk bertahan dan mengabaikan pesona yang kian lama kian menjeratnya makin dalam.
Sisi mengulurkan tangannya, menyentuh jemari Digo yang masih mengusap pelan bibir bawahnya. Ia membawa jemari itu dan menggenggamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reach You
RandomAku meletakkan cinta atasmu, Agar kamu percaya bahwa aku akan selalu ada untukmu. Aku tau, ucapan saja tak akan cukup untuk membuktikan seberapa besar aku mencintaimu. Dan kuharap, kamu bersedia menerima setiap tindakan yang kulakukan semata-mata...