Mata Sisi mengerjap memandangi bangunan besar di hadapannya. Saat sampai di Piazza del Duomo, ia langsung terpukau dengan Galleria Vittorio Emanuelle II yang membentang dari Piazza del Duomo hingga Piazza della Scala. Sisi menatap kagum pada kubah kaca berornament yang menghiasi atap bangunan itu. Perlahan ia melewati jajaran butik desainer ternama Italia.
Randy bilang, mereka akan bertemu di depan Teatro alla Scala, salah satu opera house terbesar di dunia.
Jadilah Sisi menyusuri jalan menuju Piazza della Scala menuju tempat yang dimaksud Randy.Dilihatnya laki-laki itu sedang menantinya di sana. Sisi menaikkan krah mantel panjangnya, bergegas menghampiri Randy.
"Sudah lama?" tanya Sisi begitu mendekat.
"Tollerabile (lumayan)," sahut Randy tersenyum, merangkul bahu Sisi dan mengajaknya berjalan menuju Museo La Scala.
"Bagaimana pertemuanmu?" tanya Sisi basa-basi. Ini hari ketiga ia berada di Milan. Dan hari ini hari terakhir Randy meeting dengan relasinya. Rencananya untuk tiga hari ke depan, Randy akan full menjadi tour guide gratisan untuk Sisi.
Randy memang sudah sering ke Milan, sehingga sedikit banyak ia mengerti tentang kota itu."Unpredictable," sahut Randy tanpa menoleh pada gadis yang di rangkulnya.
"Good news or bad news?" Sisi menaikkan kedua alis nya.
"Good news of course," senyum Randy terukir di wajah tampannya.
"Congratulation, cousin!" Sisi menepuk bahu Randy.
"And where a kiss for me?" Randy menunjuk pipinya sambil mengerling.
Sisi tertawa kecil dan mengecup pipi Randy sekilas.
"Kenapa melarikan diri?" tanya Randy tersenyum mengacak poni Sisi.
"Siapa yang melarikan diri? Aku sedang refreshing. Bukan sedang melarikan diri," sungut Sisi cemberut sambil menata poni nya yang sekarang berantakan karena tangan Randy.
"Kamu pikir aku anak kecil bisa kamu bohongi? Kamu itu tidak bisa bohong, Sisi! Kebohongan tertulis jelas di sini," ucap Randy menunjuk dahi Sisi.
Sisi mendesah menghela nafas. Percuma menutupi persoalannya dari Randy. Laki-laki itu terlalu mengenalnya.
"Kenapa kamu menyimpannya sendiri? Apa ini menyangkut pewaris Davista itu?" Randy mengangkat kedua alis nya tinggi-tinggi.
Hah? Kenapa dia bisa tepat sasaran begitu? Gerutu Sisi membatin.
"Jangan bilang kalau dugaanku benar?" Randy mengernyit.
Sisi menunduk dalam-dalam. Lalu mengangguk kecil, hampir tidak kentara. Tapi Randy melihatnya sejelas ia melihat kegugupan Sisi sekarang.
"Cerita padaku!" kata Randy menyerupai perintah.
Lalu mengalirkan cerita dari bibir tipis Sisi mengenai apa yang terjadi pada malam penggalangan dana itu.
♡♡♡♡♡♡♡
Ruangan itu masih terlihat dingin. Masih sama seperti hari-hari sebelumnya.
Digo berdiri menghadap kaca besar yang mempertontonkan kesibukan kota siang itu.
Ia menghela nafas berkali-kali, seperti hendak meraih oksigen yang mulai menipis di rongga paru-paru nya.
Ia memang sedang kehilangan sumber kehidupannya. Ia tidak pernah menginginkan sesuatu atau seseorang seperti yang saat ini dirasakannya.
Keinginan yang begitu kuat menguasai hati dan pikirannya.Terdengar suara pintu kayu di ketuk.
"Masuk!" seru Digo malas. Ia sedang ingin sendiri sekarang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Reach You
AléatoireAku meletakkan cinta atasmu, Agar kamu percaya bahwa aku akan selalu ada untukmu. Aku tau, ucapan saja tak akan cukup untuk membuktikan seberapa besar aku mencintaimu. Dan kuharap, kamu bersedia menerima setiap tindakan yang kulakukan semata-mata...