14

9.8K 778 5
                                    

Seperti anak ayam yang baru saja keluar dari kandangnya, Alena dan Sisi terlihat menghambur melihat berbagai jenis barang yang di suguhkan di depan mata mereka. Ya, Digo membawa mereka ke Art Shop Krisna karena Alena merengek ingin membeli oleh untuk teman-temannya.

Randy dan Digo hanya mengikuti dari belakang. Beberapa bodyguard Digo segera menyebar mengawasi keempat orang itu dan berjaga-jaga.

"Randy, bagaimana pendapatmu tentang ini? Apakah cocok untuk Mama dan Papa?" Sisi menunjukkan sehelai kain bercorak khas Bali pada Randy.

"Warnanya apa tidak terlalu terang, Sweety? Aku rasa sebaiknya kamu cari yang lebih gelap saja," ujar Randy memberikan pendapatnya sambil mengamati kain di tangan Sisi.

"Ya udah, kalau begitu kamu bantuin aku pilih buat Mama Papa ya," Sisi menarik lengan Randy dan menyeretnya menuju ke hamparan lipatan-lipatan kain bercorak yang di letakkan di dalam sebuah rak besar.

Digo menggeram menahan marah. Gadis itu sama sekali tidak menganggapnya ada. Dirabanya dadanya sendiri, merasakan hatinya seperti terbakar api. Huh! Apa ini yang disebut cemburu?
Bagaimana bisa dalam waktu singkat Sisi bisa menguasai hatinya tanpa sisa? Digo menggeram lagi dengan frustasi.

Alena menghampiri Digo dengan setumpuk barang dalam trolleynya.

"Done?" tanya Digo menaikkan alisnya melihat isi trolley Alena.

Alena menatapnya meringis.
"Bayarin ya?" katanya tersenyum jahil.

Digo mendesah pelan dan mengangguk.

"Yeaaay!" teriak Alena lalu refleks memeluk Digo sekilas.

"Jaga kelakuanmu, Ale!" hardik Digo sambil menatap tajam Alena.

"Ih, tetap saja sadis!" gerutu Alena. Lalu kembali memasang wajah cerianya, ia menunjuk trolleynya sambil menatap Digo.

Digo mengernyit menyadari maksud Alena. Ia bersedekap menggelengkan kepalanya.

"Digo, laki-laki yang baik itu tau bagaimana memperlakukan wanita," bisiknya di dekat telinga Digo sambil berjinjit.

Digo menggeram kesal. Lalu dengan wajah terpaksa, ia meraih trolley Alena dan mendorongnya ke kasir.

"Total semuanya tiga juta delapan ratus delapan puluh tujuh ribu lima ratus rupiah, Pak," ucap kasir wanita itu sambil mencuri pandang pada Digo dan Alena bergantian.

Digo mengeluarkan kartu kreditnya dan dengan cekatan si kasir menggesekkan kartu itu pada mesin EDC yang ada di mejanya.

Setelah selesai, ia memberikan kembali kartu itu pada Digo.

"Eh, Mbak Alena kan? Yang artis itu kan? Saya nge-fans banget loh sama Mbak. Ini pacarnya ya Mbak? Boleh saya minta foto sama Mbak Alena?" kasir itu segera merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel.

Alena tertawa geli melihat wajah Digo yang ditekuk masam.

"Mas, mas, tolong fotokan saya dengan Mbak Alena ya," pinta si kasir sambil menyerahkan ponselnya pada Digo yang masih memasang raut muka judes.

Digo dengan wajah super kesalnya menerima ponsel itu dan mengambil beberapa pose Alena dan kasir itu. Belum selesai dengan itu, beberapa kasir lainnya ikut-ikutan minta foto bersama Alena.
Dengan geram dan terpaksa, Digo mengambil gambar mereka.

"Terimakasih ya Mas," ujar si kasir menerima ponselnya kembali dengan gembira, tidak mempedulikan wajah Digo yang sudah benar-benar jutek.

Digo hanya mendengus menanggapi. Sementara beberapa bodyguard menghampiri mereka. Dua diantaranya membawakan belanjaan mereka.

Reach YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang