5

14K 1K 6
                                    

Hallo lagi..... udah pada kangen sama DiSi belum?? Kayaknya udah lama aku gak update ini cerita ya.... hehehe....alasannya masih sama dengan sebelumnya.... fokus pada endingnya Sincerity of Love....
Tapi karena aku kangen nulis tentang DiSi, jadi aku lanjutin dan update Reach You nya.....

Semoga masih pada nungguin dan masih suka yaaa...... cekidot....

________________________________________

DIGO POV

Aku melihat jam tanganku lagi. Sudah tengah malam. Harusnya aku sudah tidur untuk persiapan besok. Tapi kesadaran akan bertemu Sisi besok malah membuatku tidak bisa tidur.

Sebenarnya aku bisa saja mewakilkan meeting besok pada Pak Ridwan dan Bu Yani, mengingat proposal itu mereka yang membuat. Tapi entah kenapa, keinginan untuk kembali melihat gadis mungil itu sangat kuat.

Aku belum pernah bertingkah aneh seperti ini sebelumnya. Karena itu aku kebingungan saat kudapati diriku seperti remaja umur belasan yang sedang tertarik dengan lawan jenisnya.
Apakah aku normal? Padahal selama ini aku selalu tertutup. Aku tidak akan membiarkan wanita manapun mendekat padaku.
Tapi kenapa dengan Sisi? Bahkan gadis itu sama sekali tidak berusaha untuk mendekatiku seperti kebanyakan gadis di sekelilingku.
Gadis itu selalu sopan setiap kali bertemu dan berbicara dengannya.
Tapi justru dengan sikapnya itu membuatku menginginkannya. Kehadirannya seperti wine yang mampu memabukkanku. Senyumnya seperti candu yang membuatku ketagihan ingin melihatnya setiap hari. Dan aroma tubuhnya seperti udara yang kubutuhkan setiap detiknya untuk kuhirup.
Aneh! Menguap kemana sikap dinginku jika sedang bersamanya?

Seharusnya aku lebih fokus pada rencana pengambil alihan resort milik Pradiptajaya, tapi otakku malah dipenuhi bayangan gadis mungil putri tunggal dari Bapak Steven Maurice itu.

Kuusap wajahku dengan kasar. Aku masih berusaha memejamkan mata ketik pintu kamarku diketuk.

Dengan malas aku membuka pintu dan cukup kaget melihat siapa yang mengetuk pintuku malam-malam begini.

"Papi?"

Laki-laki tua itu tersenyum.
"Boleh Papi masuk?"

Aku mengangguk. Tumben? Kenapa Papi malam-malam datang ke kamarku?
"Ada apa, Pi?" aku duduk di dekat Papi yang menyandarkan tubuhnya di sofa kamarku.

"Nak, Papi cuma mengingatkan, usia kamu sudah cukup untuk berumah tangga. Jangan karena sibuk bekerja, kamu melupakan hal yang satu itu," aku menghela nafas mendengar ucapan Papi. Setahun terakhir ini Papi selalu membicarakan hal ini dan mendesakku untuk segera menikah. Sampai-sampai aku berusaha menghindari bertemu dengan Papi. Mungkin Papi sudah di ambang batas kesabarannya, hingga tengah malam begini mengunjungi kamarku.

"Digo tidak lupa, Pi," sahutku menunduk. Bagaimanapun sepak terjangku di luar, aku tetap sangat menaruh hormat pada orang yua satu-satunya yang masih kupunya.

"Apa kamu sudah punya calon? Atau apa perlu Papi turun tangan?" tanya Papi menyentuh bahuku.

"Eh tidak usah, Pi. Digo sudah ada calon kok. Nanti deh kalau waktunya pas, Digo kenalin ke Papi," aku terpaksa mengarang. Aku tidak menyangka punya bakat terpendam, mengarang indah!

"Bawa dia ke Papi, Nak. Papi ingin tau, gadis seperti apa pilihanmu," Papi berdiri lalu mengusap kepalaku pelan dan berjalan keluar kamar, meninggalkanku yang masih termangu sendiri karena kaget dengan karanganku sendiri.

Aku mengacak rambutku panik. Siapa yang akan kubawa menemui Papi nanti?

♡♡♡♡♡♡♡

Meeting hari ini berlangsung seru. Ada empat perusahaan yang sudah masuk seleksi memberikan presentasinya. Aku mengamati seorang laki-laki tampan sedang mempresentasikan proposalnya, sambil sesekali melirik ke arah Sisi. Huh, aku muak melihat gaya laki-laki itu.
Aku memandang Sisi dari tempatku duduk. Sengaja aku datang lebih awal dan mencari tempat strategis agar aku bisa dengan leluasa menikmati wajah cantik gadis mungil itu.

Reach YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang