1

42.4K 1.7K 16
                                    


Hai... ketemu lagi nih di ceritaku yang baru.... semoga suka ya....
Happy reading....

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

Langkah-langkah gemulai itu memasuki perkantoran yang tampak ramai orang berlalu-lalang. Beberapa staff mengangguk hormat saat wanita muda itu melewati mereka.

"Selamat siang, Bu Sisi," beberapa kali sapaan itu dibalasnya dengan anggukan dan senyum kecil.

Wanita itu, Elleana Sisi Maurissa, putri tunggal pengusaha besar dan konglomerat ternama yang merajai bisnis waralaba yang terbesar tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di manca negara.
Semenjak lulus sekolah dan bergabung di perusahaan ayahnya, ia banyak membuat terobosan-terobosan baru yang membuat nama besar ayahnya semakin melambung tinggi. Bukan hanya waralaba saja yang ia kembangkan, melainkan merambah ke bisnis mall dan resto.

Sisi membuka pintu kayu jati tebal berwarna coklat tua dengan perlahan setelah mengetuknya terlebih dahulu.

"Selamat Siang, Bapak Steven Maurice," sapanya begitu melihat laki-laki paruh baya yang sedang duduk menekuri setumpuk berkas di hadapannya.

Laki-laki itu mendongak dan tersenyum melihat putri semata wayangnya menghampiri dan duduk di hadapannya.
"Selamat siang nona Sisi," balas Steven terkekeh membalas sapaan formal Sisi.

"Sisi membawa kabar dari ibu suri, Pak Steven. Beliau bilang, Bapak tidak boleh terlalu capek. Bisakah anda berlibur setengah hari ini untuk menemani beliau di rumah?" Sisi menatap ayahnya sambil menyunggingkan senyum jahilnya.

"No Miss Maurissa, sebaiknya kamu membantu Papa disini, bukan menyuruh Papa pulang," Steven menggelengkan kepalanya terkekeh.

"Ayolah Pa, ini sudah waktunya makan siang. Papa harus makan siang. Kasihan Mama kelamaan nungguin Papa," bujuk Sisi tersenyum manis mencium pipi Steven.

"Oke...oke sweetheart. Papamu ini akan pulang, tapi sebenarnya Papa sedang menunggu seseorang. Dia perwakilan dari PT Angkasa Adidaya. Bisa kamu handle kan?" Steven menengok ke arah putri tunggalnya.

"PT Angkasa Adidaya? Ooh, iya Pa. Yang kontraktor itu kan?" Sisi mengangguk-angguk mengerti.

"Ya sudah, Papa pulang dulu ya. Kalau Papa tidak kembali ke kantor, berarti bukan salah Papa ya," Steven mengerling pada putrinya yang mengambil tempat duduk di kursi besar ayahnya.

Sisi tersenyum mengacungkan ibu jarinya. Pandangannya menatap punggung ayahnya yang menghilang di balik pintu kayu besar itu.

Sepeninggal ayahnya, Sisi mulai konsentrasi dengan berkas yang ada di meja ayahnya, dan mulai tenggelam dalam dunianya.

Tok tok tok...

Suara ketukan pintu menghentikan Sisi dari fokusnya. Ia mendongak ke arah pintu.

"Masuk," seru Sisi kembali menundukkan kepalanya menekuri kertas-kertas di depannya.

"Maaf Bu, ada utusan dari PT Angkasa Adidaya ingin bertemu," beritahu Pia setelah ia masuk.

Sisi mengangkat wajahnya. Tersenyum dan mengangguk.

Seorang laki-laki berumur tiga puluhan masuk. Sisi berdiri dan mengulurkan tangannya menjabat laki-laki itu.

"Nino," laki-laki itu memperkenalkan diri.

"Silakan duduk, Pak Nino," senyum Sisi mempersilakan laki-laki itu duduk. Laki-laki bernama Nino itu tersenyum berterimakasih dan mengangguk hormat.

"Jadi bagaimana kelanjutan pembicaraan mengenai pembangunan Mall itu? Apakah anda sudah membawa blue print nya?" Sisi menyandarkan punggungnya ke sandaran tinggi kursi ayahnya.

Reach YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang