Digo mengusap pipi Sisi lembut. Warna merah masih tercetak jelas di sana. Digo geram. Dikecupnya puncak kepala Sisi dengan sayang, menyiratkan penyesalan yang dalam. Penyesalan karena ia sedikit terlambat datang untuk melindungi Sisi dari Nandira.
"Does it hurt?" tanya Digo lirih.
"It's okay, never mind," Sisi tersenyum mengabaikan rasa panas yang masih menyengat pipi nya. Ia tidak ingin Digo cemas karenanya.
"Sorry, I'm late," bisik Digo menyesal. Jemarinya mengusap-usap pipi gadis di depannya pelan, membuat semburat merona di wajah Sisi. Sungguh, ia belum pernah diperlakukan sedemikian lembut, pun itu Bryan yang notabene mantan tunangannya.
Ia merasakan perbedaan itu. Dan itu pula yang membuatnya sadar, bahwa Digo mencintainya dengan hati dan jiwa nya."I'm fine, Honey," suara lembut Sisi menenangkan emosi Digo yang sempat tersulut oleh Nandira. Apalagi dilihatnya senyum manis Sisi. Hatinya seperti tersiram air dingin yang menyejukkan hatinya yang panas.
Digo memejamkan matanya sesaat ketika jemari halus Sisi mengusap pipi hingga turun ke rahangnya.
Digo terpesona. Hatinya menghangat. Perlahan di dekatkannya wajahnya ke wajah Sisi dengan debaran keras dalam dadanya.Digo melihat Sisi mendongak, mengerjapkan mata indahnya memandang Digo sebelum kemudian memejamkan matanya.
Digo tidak bisa menahan diri terlalu lama. Ia mencecap bibir tipis itu perlahan, menggerakkan bibirnya atas bibir ranum Sisi, mengulumnya lembut.Sisi meresapi semua sentuhan Digo. Dikalungkannya lengannya, mengunci leher Digo, sehingga Digo memperdalam ciumannya.
Lengan kuat Digo memeluk tubuhnya dengan posesif, sesekali mempererat dekapannya saat gairah dalam dirinya semakin muncul ke permukaan.Perlahan, Digo melepaskan ciuman dan melonggarkan pelukannya dengan enggan, membuat Sisi tidak rela kehilangan kehangatan itu. Lengannya yang masih melingkar di leher Digo terlepas. Sebagai gantinya, ia menekan tengkuk Digo agar memudahkannya mendekatkan kembali wajah mereka.
Sisi mengecup ringan bibir Digo, membuat laki-laki itu mengerang lirih dan kembali mengeratkan pelukannya, meraih kembali bibir manis Sisi.
Entah berapa lama mereka saling mengecup, mencium dan mengulum, ketika Sisi menyadari bahwa mobil yang mereka tumpangi sudah cukup lama berhenti.
Sisi mendorong lembut dada Digo dengan wajah merah padam.Digo menurut dengan sangat tidak rela.
"Kenapa?" tanya Digo serak."Ehm, mobilnya sudah berhenti dari tadi, Digo," jawab Sisi lirih sambil menyembunyikan wajahnya dengan menunduk.
Digo melemparkan pandangannya keluar, dan benar, mereka sudah berhenti di depan rumah Sisi.
Digo membantu Sisi keluar dari mobilnya, membawa gadisnya masuk ke dalam rumah.
Mereka sudah di dalam sekarang. Digo menatap Sisi, seolah tidak rela meninggalkannya.
Sisi pun memandang lekat pada Digo. Ia bingung dengan dirinya sendiri, bagaimana bisa ia secepat ini bergantung pada laki-laki dingin di depannya. Merasa takut ditinggalkan, dan takut kehilangan.
Tanpa sadar Sisi menggigit bibir bawahnya.
Digo yang melihatnya, terpesona. Dadanya bergemuruh. Keinginan menenggelamkan Sisi dalam pelukannya begitu menggebu. Namun Digo tidak mau mengambil resiko Sisi akan membencinya jika ia melakukan hasratnya."Ehm, aku...aku pulang dulu, Si. Kamu baik-baik dirumah. Aku sudah menempatkan tambahan penjaga di rumah ini. Istirahatlah," Digo mengusap puncak kepala gadisnya dan mengecupnya lembut sebelum berbalik dan berjalan menjauh.
Sisi yang tengah memejamkan mata meresapi kelembutan yang Digo berikan merasa kehilangan. Dan ia tidak rela.
Saat dilihatnya Digo hendak mencapai pintu, ia berlari menubruk laki-laki itu dan memeluknya erat dari belakang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Reach You
SonstigesAku meletakkan cinta atasmu, Agar kamu percaya bahwa aku akan selalu ada untukmu. Aku tau, ucapan saja tak akan cukup untuk membuktikan seberapa besar aku mencintaimu. Dan kuharap, kamu bersedia menerima setiap tindakan yang kulakukan semata-mata...