13

10K 832 4
                                    

Hari sudah menjelang sore ketika Sisi dan Randy pulang dari Ubud. Dengan membawa beberapa gulungan lukisan, Randy dan Sisi berjalan menaiki tangga menuju kamar mereka yang berada di lantai dua.

Sisi mendengar gelak tawa Digo bersama seorang wanita. Digo tertawa? Dengan siapa?
Sesampai mereka di ruang tengah, tampaklah seorang gadis cantik yang wajahnya sangat familiar bagi Sisi dan Randy. Ya, siapa yang tidak mengenal Alena Aletheia? Artis dan model cantik yang sedang naik daun. Popularitasnya melejit bukan saja karena kecantikannya, tapi juga kepandaian, sikap rendah hati dan apa adanya yang memikat para penggemarnya.

Gelak tawa mereka terhenti saat mereka menyadari keberadaan Sisi dan Randy di ujung tangga.

"Hai, kamu Alena Aletheia kan?" Randy memamerkan senyum maut andalannya, mengulurkan tangan menjabat hangat Alena.

"Hai juga. Kamu Randy ya?" senyum Alena dengan manisnya. Randy berpikir ia bisa terkena Diabetes kalau terlalu lama memandang senyum Alena.

"Kok kamu tau namaku?" Randy menaikkan alisnya. Ia tidak menyangka artis dan model papan atas itu mengenalnya.

"Siapa yang tidak tau eksekutif muda Randy Vellano yang terkenal dengan gayanya yang flamboyan dan playboy?" Alena masih memasang senyum manisnya, namun kata-katanya membuat wajah Randy memerah.
Terdengar suara terkikik Sisi dan deheman menahan senyum dari Digo.

"Kamu salah dengar, Nona," ujar Randy setelah bisa menguasai dirinya.

"Digo, apakah dia juga tinggal disini?" Alena menoleh pada Digo sambil menggeser duduknya merapat pada laki-laki itu karena Randy tiba-tiba saja mengambil duduk di sebelahnya. Jadilah Alena berada di tengah-tengah antara Digo dan Randy.

Digo tersenyum tipis menatap Alena dan mengangguk kecil.

"Sejak kapan Davista bekerja sama dengan Velloce Company?" Alena menatap Digo melebarkan mata indahnya.

Digo menggeleng melirik Sisi sekilas, lalu mengalihkan tatapannya kembali pada Alena.
Tiba-tiba Digo berdiri, meraih lengan Alena dan menariknya berdiri dan mengikutinya.
"Sudah malam," katanya datar.

"Kemana sih?" Alena memprotes, tapi tetap mengikuti Digo.

"Aku capek, Alena. Sebaiknya kita istirahat. Dan aku rasa ada yang harus kita bicarakan berdua," ujar Digo pelan menatap Alena mengisyaratkan untuk menurut.

Sisi menatap nanar saat melihat Digo dan Alena masuk ke kamar Digo. Apa mereka tidur sekamar? Apa hubungan Digo dengan Alena? Kenapa hatinya terasa ngilu melihat kedekatan mereka berdua?

Randy tersenyum melihat Sisi yang sejak tadi terdiam. Pandangannya mengikuti arah pandang Sisi ke pintu kamar Digo yang baru saja tertutup.
Ditepuknya bahu Sisi pelan, tapi cukup mampu membuat Sisi melonjak kaget.

"Kenapa bengong? Alena cantik banget ya Si? Ada hubungan apa ya Digo sama Alena? Kok akrab banget? Setahuku, Digo itu dingin dengan wanita, kecuali denganmu, Si. Tapi ini dengan Alena, dia bisa senyum loh!" cerocos Randy seolah tidak percaya.

"Kamu bisa diam nggak sih? Sudah, aku capek. Aku mau istirahat," Sisi melangkah ke kamarnya, meninggalkan Randy yang terbengong karena ditinggalkan Sisi sendiri dengan lukisan-lukisan yang dibawanya.

♡♡♡♡♡♡♡

Sisi menatap di kejauhan. Lautan biru di lepas pantai tampak berkerlip seperti permata di hamparan beledu. Semalam tidurnya sama sekali tidak nyenyak. Begitu banyak dugaan-dugaan berlintasan di pikirannya. Apakah Digo benar-benar sangat marah dengan penolakannya sehingga ia mengalihkan hatinya pada Alena? Apakah Digo hanya main-main dengan pernyataannya?

Reach YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang