16

10.1K 848 5
                                    

Hai.... balik lagi niiihh... sorry baru bisa update... maklum kerjaan lagi numpuk... ini juga cuma sedikit. ... tapi  cukuplah ya buat ngobaten kangen.... hehehe....
Oke.... gak usah panjang-panjang.... langsung aja yuk...cuuuuzzzz....

____________________________________________________________


Digo langsung menuju ke kantornya setelah mengantarkan Sisi ke rumahnya. Ia tau, gadis itu membutuhkan ketenangan. Begitu masuk ke ruangannya, Digo langsung menuju pintu rahasia yang berada di balik rak buku, yang membawanya langsung ke ruang kerja Jordan.

"Bagaimana kelanjutan penyelidikanmu?" tanya Digo begitu masuk dan mendapati Jordan baru saja mengakhiri pembicaraan melalui telfon genggamnya.

"Sir, ada sesuatu yang mencurigakan dari perusahaan Franco's. Mereka membeli saham dari para pemegang saham Red Horizon," lapor Jordan menarik kertas yang baru saja keluar dari mesin fax di atas meja kecil di dekatnya berdiri dan membacanya dengan seksama. Ia mengernyitkan dahinya, membuat Digo yang sedang menatapnya jadi penasaran.

"Ada apa, Jordan?"

"Franco's sudah berpindah tangan dua bulan yang lalu, Boss. Pemilik yang sekarang adalah Bryan Mahesa dan Nandira Triadi," Jordan menyerahkan lembaran fax itu pada Digo.

"Nandira? Dia mau bermain-main rupanya! Lalu Bryan Mahesa?" Digo masih memfokuskan dirinya pada kertas yang di bacanya.

"Bryan Mahesa pengusaha muda yang baru-baru ini menjadi sorotan media karena ia baru saja menerima pengalihan jabatan dari ayahnya, Rumano Mahesa pemilik Mahesa real estate terbesar di sini," dengan sigap Jordan menjawab pertanyaan Digo.

"Perlu anda garis bawahi, Sir. Bryan adalah mantan tunangan dari Eleanna Sisi Maurissa. Pertunangan mereka batal karena Bryan terpergok sedang bersama seorang gadis di kamar apartemennya sehari setelah mereka bertunangan," lanjut Jordan menambahkan data-data yang ia kumpulkan selama Digo berada di Bali.

"Hmm jadi ini yang dikatakan Papi sebagai masa lalu Sisi?" gumam Digo mengerutkan dahinya berpikir keras.

"Betul, mereka menjalin hubungan hampir empat tahun. Sebenarnya Bryan menginginkan Sisi kembali. Tapi Sisi terlanjur sakit hati. Segala cara dilakukan Bryan agar Sisi menerimanya dan melanjutkan pertunangan mereka sampai ke jenjang pernikahan, termasuk mengancam gadis itu. Saya rasa, ancaman itu sudah mulai dilaksanakan sejak lama. Dimulai dari menyusupkan orang-orang yang tidak berkompeten di beberapa anak cabang waralaba Red Horizon, kebocoran dana, hingga jatuhnya harga saham. Dan jangan lupa, gosip itu juga," Jordan memutari meja dan menghempaskan tubuhnya ke kursi coklat besar di sana.

"How dare you, Bryan!" Digo menggeram murka. Tangannya mengepal hingga buku-buku jarinya memutih.

Ia mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. Lalu sesudahnya segera ia beralih pada Jordan.

"Jordan,  aku mau kita berkumpul nanti malam di club! Kamu hubungi mereka semua!" Digo berjalan menuju rak buku, memutar sebuah pajangan kristal hingga rak buku itu bergeser dan memperlihatkan sebuah pintu lift khusus dan memasukinya. Lift yang terhubung dengan ruang kerjanya di kantor sebelah.

☆☆☆☆☆♡♡♡☆☆☆☆☆

Sisi memasuki rumahnya. Kepalanya terasa pusing. Pikirannya penuh dengan kekhawatiran atas kondisi Papanya karena kebangkrutan Red Horizon yang teramat tiba-tiba.
Rumahnya tampak sepi. Mama maupun Papanya tidak bisa ditemukannya.
Kemana Papa dan Mama? Batinnya heran.

"Bi Ami, Bi?" seorang wanita paruh baya tergopoh-gopoh menemuinya di ruang tamu.

"Eh, Non Sisi sudah pulang?"

Reach YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang