|20| Christy dan Adel

1.6K 182 2
                                    

Selamat Membaca!
|

|

|

Wajah Sean memerah menahan amarah. Matanya menatap tajam Kenzie, rahangnya mengeras. "SEKARANG AYAH UDAH PUAS!" ucap Sean bergema, kali ini dipenuhi amarah yang memuncak. Nada suaranya bergetar, penuh kekecewaan dan sakit hati.

"SEKARANG ADEL UDAH PERGI, AYAH UDAH PUAS?" Kata-kata itu terlontar seperti peluru, menusuk hati Kenzie yang selama ini seakan buta dengan perbuatannya hingga menyiksa putri kandungnya sendiri.

"INI SEMUA SALAH AYAH!" Seketika Sean berdiri, tubuhnya tegak dan tangannya mengepal erat. Amarah yang selama ini dia pendam akhirnya meledak. "INI SEMUA SALAH AYAH, KARENA AYAH ADEL LEBIH MEMILIH PERGI!"

Nafasnya memburu setelah berhasil meluapkan emosi yang selama ini dia tahan. Tatapannya tajam menusuk ke arah Kenzie, penuh amarah dan kekecewaan. Kata-kata itu terlontar dengan penuh kepedihan, menggambarkan betapa hancurnya hati Sean melihat Adel pergi karena keluarganya sendiri yang menghancurkan mentalnya.

Kenzie terdiam tak mampu menjawab. Rasa bersalah dan penyesalan menyelimuti hatinya. Dia menyadari bahwa kesalahannya telah menghancurkan kepercayaan Adel padanya. Padahal yang diinginkan Adel sosok ayah yang menjelma seperti seorang pahlawan. Yang ada saat dia butuhkan tapi Kenzie tak mampu memberikan hal itu. Dia tak bisa lagi bersembunyi dari rasa bersalah yang menggerogoti jiwanya. Apakah Adel masih mau memaafkannya?

Cio, Zean dan Christy hanya mampu diam.  Mereka juga sangat merasa bersalah atas yang mereka perbuat selama ini. Tak hanya menyakiti Adel secara fisik, tapi juga mentalnya. Pukulan, makian, dan ejekan yang mereka lontarkan selama ini kini terngiang di telinga mereka, membuat hati mereka berdesir tak nyaman.  Mereka menyadari bahwa tindakan mereka telah membuat Adel menderita, dan kini rasa penyesalan mulai menghantui mereka.

"Dan kamu Christy, sejak kapan kamu dekat dengan Adel?" tanya Sean melembut, setelah ditenangkan oleh Anin.

"Kita memang dekat bang," jawabnya terbata-bata karena takut.

Flashback...

Malam itu adalah malam yang panjang bagi Adel. Disiksa habis-habisan oleh Kenzie dan Cio, hanya karena dia pulang terlambat karena ada tugas kelompok yang harus segera diselesaikan. Pukulan dan makian terus bergema di gudang belakang rumah, tempat Adel dikurung. Setiap detik terasa seperti jam, setiap menit terasa seperti hari. Kesedihan dan rasa sakit bercampur aduk dalam hatinya, membuat Adel meringkuk di sudut gudang, berharap pagi segera tiba dan mimpi buruk ini berakhir.

Adel sudah sangat pasrah dengan keadaan. Dia sadar tidak ada orang yang akan menolongnya. Apalagi dia sedang dikunci di gudang belakang, tempat yang jarang dikunjungi orang. Pandangan matanya mulai memburam, tapi samar-samar dia masih bisa melihat seseorang yang mendekat, menolongnya, dan membawanya ke kamar. Secercah harapan mulai muncul di dalam hatinya, meskipun tubuhnya lemas dan rasa sakit masih menyiksa.

Seseorang itu ialah Christy. Dia menunggu hingga ayah dan abangnya pergi, kemudian baru mengambil kunci gudang yang tersimpan di kamar sang ayah. Setelah mendapatkan kuncinya, Christy berlari menuju belakang rumah dan segera membuka pintu gudang. Di sana, dia melihat kakaknya terkapar di lantai, tubuhnya dipenuhi luka-luka yang sudah mengering. Ketakutan dan kepanikan menguasai dirinya. Dengan cepat, dia menggendong kakaknya ala bridal style menuju kamar, berharap bisa memberikan pertolongan.

"Jangan mati dulu kak"

Christy menendang pintu kamar kakaknya dengan kasar, lalu merebahkan tubuhnya di ranjang. Sebelum mengganti pakaian Adel, dia buru-buru menutup pintu dan menguncinya. Dengan hati-hati, Christy mengganti dan mengobati luka-luka kakaknya. Saat itulah dia baru menyadari betapa banyak luka yang tersembunyi di balik pakaian Adel. Beberapa luka itu ternyata disebabkan olehnya sendiri, karena sering mengadu kepada ayah mereka atas perbuatan yang sama sekali tidak pernah dilakukan oleh kakaknya.

"Apa aku terlalu keterlaluan selama ini?" gumamnya yang kalut dengan suara bergetar diiringi oleh detak jantung yang tak menentu.

Pandangannya tertuju pada tubuh kakaknya yang terbaring lemah, wajahnya pucat dan tubuhnya ringkih. Rasa bersalah menusuk hatinya, menyesali setiap kata kasar dan sikap acuhnya.

Pada saat Christy ingin pergi, pergelangan tangannya ditahan oleh Adel. Jari-jari Adel mencengkeram erat, menghentikan langkah adiknya. "Mau kemana?" tanyanya, suaranya terdengar lirih dan lemah.

Christy terdiam, matanya menatap tangan Adel yang menggenggamnya erat. Ia ingin pergi, menghilang dari kamar sang kakak. Karena tak sanggup melihat kakaknya dalam kondisi selemah ini. Bulir air matanya jatuh detik itu juga, membasahi pipinya yang dingin. Rasa sesak memenuhi dadanya, dan tanpa sadar ia langsung memeluk Adel dengan erat. Tangisnya pecah, melepaskan semua beban yang selama ini ia pendam.

Adel mengusap punggung adiknya, berusaha membuatnya tenang. Sentuhan lembut Adel seperti memberikan sedikit ketenangan di tengah kepanikan Christy. Setelah puas menangis, Christy melepaskan pelukannya dan berbaring disamping kakaknya. Matanya menatap wajah sang kakak yang pucat, tangannya terulur menyentuh lembut tangan kakaknya yang dingin.

"Maafin Kitty kak"

"Kamu nggak salah jangan minta maaf," balas Adel senyum.

"Semua luka yang kakak dapat itu sebab Kitty kak," ucap Christy sendu.

"Iya kakak tau, kita sama-sama terluka dek. Kakak maupun kamu mempunyai cara sendiri untuk mendapat perhatian mereka. Udah nggak usah dipikirin kakak masih sanggup," ucap Adel dengan senyuman meski matanya nggak bisa bohong kalau dirinya sudah sangat lelah.

"Temani kakak tidur malam ini," pinta Adel penuh harap.

"Iya Kitty temani," balasnya lalu menarik selimut dan memeluk kakaknya.

Adel memandangi wajah adiknya, senyumnya terukir. Dengan lembut, ia mengecup kening Christy lalu memejamkan matanya. "Kakak akan berusaha bertahan demi kamu dek. Kakak juga berharap ini bukan pertama dan terakhir kalinya kakak bisa tidur dan memelukmu," ucapnya dalam hati.

Flashback end

Christy melamun dengan derai air mata membanjiri pipinya. Ingatannya melayang di malam itu, saat ia bersama kakaknya. Pelukan itu ialah pelukan pertamanya, pelukan yang memberikan rasa aman dan hangat di tengah kepanikannya.

"Dek kenapa?" tegur Zean terkejut dengan Christy yang tiba-tiba menangis.

TBC.

Jangan lupa vote dan komen
See you next chapter!

TAKDIR?! | END✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang