Semenjak perbincangan semalam, Adel masih saja mendiami mereka semua. Bahkan sekedar untuk menatap pun juga tidak. Dia hanya memandang ke luar jendela. Pintu ruangan dibuka oleh sepasang pasutri yang sedang mendorong kursi roda.
"H-hai Del, a-aku balik lagi," ucap Floran terbata tapi tetap tersenyum.
Adel langsung menoleh kearah sumber suara. Senyumnya mengembang tapi seketika luntur. Saat mendapati temannya yang duduk di kursi roda dengan wajah pucatnya.
"Kamu kenapa?" tanya Adel sedih.
"Floran ngedrop lagi nak, kamu keadaannya gimana?" ucap papa Floran.
"Adel baik om, cuma luka biasa aja kok," balasnya dengan senyuman.
"Bisa-bisanya dalam kondisi seperti ini masih bisa senyum," batin mereka kecuali mama dan papa Floran.
"Cepat sembuh ya biar bisa kumpul sama mereka. Tuh lihat banyak yang sayang sama kamu. Orang tua dan saudaramu rela ninggalin pekerjaannya demi kamu loh, jadi semangat untuk sembuh," ucap mama Floran tulus sembari tersenyum pada Chika dan Aran.
Adel mengerutkan dahinya lalu menatap mereka yang duduk di sofa yang juga melihatnya dengan anggukan kecil. Agar dia mengatakan 'iya' tapi Adel segera menggeleng.
"Oh itu mah orang tuanya Ferrel om, iya sih itu abang dan calon kakak iparku. Tapi om dan tante tau nggak sih, ayah aku tuh hebat banget loh. Meskipun capek kerja dia tetap selalu ngasih perhatian pada kami. Bahkan kita gak ada yang kekurangan kasih sayang. Ya walaupun hari ini enggak datang sih karna lagi di luar kota," ucap Adel senyum sambil menceritakan sosok ayahnya pada orang lain. Senyum palsu yang dia tunjukkan tentu menyakiti orang terdekatnya.
Adel akan selalu menceritakan hal baik dari sosok ayahnya dan selalu membanggakannya diluar sana. Tidak pernah sedikitpun terlintas dipikirannya untuk menceritakan keburukannya. Dia ingin ayahnya selalu dipandang baik oleh orang lain.
Mereka yang disini tau sebab pernah menyaksikan langsung, bagaimana kejamnya seorang Kenzie saat di rumah, kecuali mama dan papa Floran. Dan itu hanya berlaku pada anak keempatnya tidak dengan yang lain.
"Hati kamu terbuat dari apa sih dek," ucap Sean dan Anin dalam hati.
"Gue/aku makin kagum," batin Ferrel dan Floran, yang terus memandang kearah gadis itu.
"Adel seperti duplikat kakak waktu masih hidup," batin Chika menatap Adel yang masih tersenyum.
"Maaf kak, Aran hanya ingin sedikit kasih pelajaran buat bang Kenzie," ucapnya dalam hati.
.
.
.
Sekitar 3 harian dirawat dan sekarang sudah diperbolehkan pulang. Kini dia hanya bisa duduk di kursi roda. Kakinya masih kaku dan susah digerakkan. Dia hanya menatap langit yang diselimuti awan mendung dari arah balkon kamarnya tanpa ada yang menemani.Disinilah dia, di rumah Ferrel bukan rumah ayahnya. Hingga saat ini dia masih belum mau ngomong sama semua orang. Mereka bingung dengan cara apalagi agar berhasil membujuknya. Suara ketukan pintu terdengar tapi dia hiraukan.
"Del gue masuk ya," ucap Ferrel dan membuka pintu itu perlahan. Kakinya melangkah mendekat kearah balkon.
"Lo mau sampai kapan diemin kita semua. Del abang lo cuma mau lo aman disini. Dia tulus ngelakuinnya, apa lo gak bisa lihat dari cara dia menatap lo," ucap Ferrel yang masih terus berusaha membujuknya. Walaupun tidak ada hasilnya.
Ferrel menghela nafas, "Kita turun yuk, abang dan kakakmu baru datang katanya ada yang mau dibicarain."
Rumah ini yang tadinya tidak ada lift mendadak ada liftnya. Agar memudahkan Adel untuk naik turun. Tidak mungkin juga kamarnya dipindahkan, sudah pasti sang empu menolaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR?! | END✅
Novela Juvenil"Suatu saat nanti jika aku udah gak bisa bertahan lebih lama, bunda tolong jemput aku ya" Natasha Adelia Hapsari. Start: 25 Mei 2024 End: 04 September 2024 *** #1 in adeljkt48 (12-09-2024) #3 in ferrel (12-02-2025) #2 in kenzie (15-02-2025)