|19| Selamat atau Mati?

2.3K 239 7
                                    

Selamat Membaca!
|

|

|

"Ayah minta maaf"

Adel langsung mendongakkan kepalanya agar bisa menatap sang ayah. Kemudian tertawa sangat kencang, seolah Kenzie habis membuat candaan. Mereka semua dibuat bingung dengannya yang tiba-tiba tertawa seperti itu.

"Bunda lihatlah, ayah sedang membuat lelucon," ucapnya dan kembali menertawakan ucapannya.

"Ayah serius, ayah benar-benar minta maaf atas semuanya," ujar Kenzie bingung. Ada yang salah kah dengan ucapannya?

"Aduh aduhh perut Adel sakit ini terlalu lucu," balas Adel perutnya keram terlalu banyak tertawa.

"Sean Anin, dokter bilang apa kemarin. Kenapa moodnya berubah drastis?" tanya Chika bingung dengan situasi saat ini.

"Dokter nggak bilang apapun, mungkin efek dari kemonya jadi emosinya nggak stabil," ucap Anin lalu berusaha menelpon seseorang. "Biar aku yang hubungi Keenan agar datang kemari tan," lanjutnya lalu keluar kamar sebentar.

Setelah bisa menghubungi dan mengirim sharelock dia pun kembali masuk kamar. Anin juga sudah bilang agar langsung masuk saja. Karena dia tidak mungkin menunggunya didepan.

"Keenan udah jalan kesini," ujar Anin memberitahu.

Kenzie bangun dibantu oleh Cio dan Zean yang dengan sigap menghampirinya. Berjalan tertatih-tatih karna tubuhnya masih terasa lemas, mendekati Adel yang masih tertawa. Kenzie bersimpuh dihadapannya sembari menggenggam tangannya.

"Maafin ayah ya, kasih kesempatan buat ayah untuk memperbaiki semuanya," ucap Kenzie sendu.

"Abang juga minta maaf," ucap Cio menyesal.

"Maaf dek," ucap Zean menunduk.

Adel menghempaskan tangannya dan menatap datar pada sang ayah. "Kenapa baru sekarang?"

"Maaf kalau ayah telat menyadari. Kita mulai dari awal lagi ya, kita bangun lagi keluarga yang harmonis seperti yang kamu mau," ucap Kenzie berusaha mengambil hatinya.

"Apa ini semua karna oma dan mereka makanya kalian meminta maaf padaku? Kalau memang benar ayo kita menerawang jauh, kalau aku ikut kalian pulang, apakah aku akan selamat atau mati ditangan keluargaku sendiri. Hmm jadi jawabannya apa?" tanya Adel pada mereka yang hanya mampu diam dan mendengarkan.

"JAWAB!!"

"ADELL TURUNKAN NADA BICARAMU!" bentak Cio tidak sengaja.

"Hahaha baru juga tadi minta maaf sekarang diulangi lagi.." ucap Adel tersenyum getir.

"Maaf.."

"Dengan mudahnya kata maaf keluar dari mulutmu," ucap Adel terkekeh dengan tatapan mata kosong.

"Huft, kenapa penyesalan selalu datang diakhir. Disaat aku sudah dalam keadaan sekarat dan sekarang kalian meminta maaf. Dulu saat aku bilang maaf apa kalian mendengarkanku bahkan kalian seakan tuli dengan ucapanku. EGOIS! KALIAN HANYA MEMENTINGKAN PERASAAN KALIAN SENDIRI TANPA TAU DISINI AKULAH YANG PALING HANCUR!!"

"Ayo oma kita pergi sekarang," ajak Adel.

"Lo mau ninggalin gue?" ucap Ferrel sedih. "Ma pa aku boleh ikut Adel? Boleh ya pleasee.." ucapnya memohon.

"Pergilah, jaga Adel dengan baik. Sesekali kita akan mengunjungi kalian disana," ucap Chika memberi izin, meskipun harus merelakan putranya jauh dari dirinya.

Adel berjalan sempoyongan sembari menahan sakit di kepalanya. Mendekati adiknya yang hanya diam saja. Adel berbisik sampai membuat sang empu membulatkan matanya.

"Laki-laki berinisial 'Z' itu pacarmu kan?" ucapnya lalu tersenyum.

"Kakak tau? Jangan bilang sama mereka aku mohon," lirih Christy ketakutan.

Adel mengangguk, "Selagi dalam batas wajar gak papa, jaga dirimu baik-baik dan satu lagi kalo dia macam-macam sama kamu segera hubungi kakak," ucapnya kemudian memeluknya dengan sangat erat. "Kakak pasti akan merindukan pelukan ini," lanjutnya lirih.

"Maafin aku ya, gak seharusnya aku ngelakuin itu. Kitty pasti bakal kangen banget sama kakak," balas Christy membalas pelukan kakak tersayangnya.

Sebenarnya Christy sangat menyayangi kakaknya, hanya saja dia terlalu gengsi untuk menunjukkannya langsung. Tapi tak menutup kemungkinan dia juga beberapa kali membuat kakaknya menderita karena ulahnya sendiri. Mengapa?

Adel melepas pelukannya dan menatap adiknya dengan senyuman. Membelai lembut pipinya dan mengecup keningnya singkat.

"Aku butuh waktu untuk memaafkan kalian," ucap Adel lalu dibantu oleh Ferrel dan Sean agar tidak jatuh.

Mereka mengantar Adel dan Veranda sampai luar rumah. Dimana disana sudah ada mobil yang sudah menanti keberangkatan mereka bertiga. Adel berbalik menatap mereka semua tapi dia hanya terpaku oleh senyuman adiknya.

"Kakak pergi ya Kitty," ucap Adel pelan.

"Cepat pulang kak, Kitty gak mau jauh-jauh dari kak Adel," ucap Christy melambaikan tangannya.

Adel juga melambaikan tangan lalu masuk mobil. Veranda dan Ferrel juga ikut masuk. Sementara diluar pintu masih ada Sean yang melihat adiknya. Tatapan mata mereka bertemu, Adel memberikan senyum termanisnya.

"Abang jagain terus kak Anin nya," ucap Adel dan menatap kakaknya yang berdiri di belakang.

"Pasti abang jagain, kamu fokus pengobatan disana ya. Nanti kalo abang dan kak Anin ada waktu luang kami akan datang menemuimu," ujar Sean mengusap lembut kepala adiknya.

"Sebelum aku pergi boleh Adel minta satu hal?"

"Apapun kamu mau apa?"

"Mulai sekarang jangan abaikan Christy karena aku tau gimana rasanya. Tolong sayangi Christy seperti abang menyayangi Adel," pintanya.

"Enggak, dia udah jahat sama kamu," tolak Sean.

"Adel mohon kabulin permintaan terakhirku"

Sean bimbang, apakah dia harus menuruti permintaan Adel atau tidak?

"Turuti saja permintaannya," sahut Veranda.

"Adel nggak akan memohon seperti ini. Pasti ada sesuatu dengan Christy," bisik Ferrel lirih.

Sean menatap keduanya bergantian lalu mengangguk ragu. "Okey demi kamu."

"Adel pamit semoga kalian bahagia. Bunda sudah menanti kedatanganku," ucapnya lalu mobil pun pergi meninggalkan halaman Pratama.

Mereka masih menatap kepergian mobil itu sampai benar-benar menghilang. Kemudian masuk kembali ke dalam rumah atas perintah dari Sean yang ingin menyampaikan sesuatu. Tapi pikiran mereka masih tertuju ke Adel, kalimat terakhirnya tadi membuat mereka harus berpikir positif.

"Ngga bun jangan bawa Adel dulu," ucap Sean dalam hati.

"Kitty salah maaf, aku cuma iri sama kakak yang selalu diperhatikan. Memang terlihat aku seperti dimanjakan tapi itu hanya saat ada kakak di rumah. Aku yang tau bagaimana mereka sehabis menghukum kakak. Mereka selalu mengurung dirinya dikamar dan menyesali perbuatannya," batin Christy sedih.

"Sayang maaf, aku gagal jadi ayah buat mereka," batin Kenzie menyesal.

"Jika aku bisa memutar waktu, aku tak akan pernah berkata seperti itu," batin Cio.

"Aku bukan abang yang baik buat adikku," batin Zean.

"Kamu mampu bertahan selama ini kakak salut," batin Anin.

Dokter Keenan datang setelah mobil yang ditumpangi Adel pergi. Disebabkan karena jalanan macet apalagi habis hujan makanya terlambat datang. Dia bingung dengan keadaan ini, karna semuanya terlihat diam. Keenan ikut masuk walaupun tidak tau apapun. Dan dia juga tidak melihat Adel di tengah-tengah mereka.

TBC.

Bentar lagi end, hanya tersisa beberapa chapter saja.

Gua udah sehat kok, cuma pinggangnya aja yang masih sering sakit.

Jangan lupa vote dan komen
See you next chapter!

TAKDIR?! | END✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang