Pintu ruang UGD terbuka lebar, dokter pun keluar dengan brankar Adel yang didorong beberapa suster menuju ruang ICU. Kondisinya sangat mengkhawatirkan. Jadi harus mendapatkan pengawasan yang intensif.
"Kalian semua tenang, kami sedang berusaha semaksimal mungkin. Dan tolong untuk golongan darahnya AB segera ikut suster ini, karena pasien kehilangan darah cukup banyak. Kalau begitu saya permisi," ucap dokter itu kembali masuk kedalam.
Ferrel maju mengikuti suster itu. Apapun untuk Adel akan ia usahakan. Asalkan gadisnya selamat. Ia memasuki ruangan pemeriksaan. "Sus, teman saya pasti selamat kan?"
"Masnya berdoa saja, semoga Tuhan masih memberikannya hidup lebih lama. Saat ini saya cukup prihatin dengan kondisinya," ucap suster itu.
"Del kuat ya. Gue gak mau sampai kehilangan lo," batin Ferrel menatap langit-langit ruangan.
Beberapa menit kemudian, Ferrel telah selesai melakukan transfusi darah. Ia keluar ruangan menghampiri yang lain. Duduk disebelah Sean yang sedang menunduk. Dengan Anin yang senantiasa disampingnya.
Ceklek!
"Keluarga pasien," ucap dokter keluar.
"Saya dok, bagaimana dengan adik saya?" ucap Sean.
"Syukurlah pasien telah melewati masa kritisnya. Untuk sementara biarkan pasien tetap di ruang ICU, karena kami harus memantau perkembangannya. Luka ditelapak tangannya cukup lebar dan sudah kami jahit, sementara luka dibagian belakang kepalanya tidak perlu dikhawatirkan hanya luka ringan," jelas sang dokter.
"Apa kami boleh menjenguknya dok?" tanya Aran mewakili.
"Boleh asalkan kalian menggunakan baju steril dari rumah sakit. Yang boleh masuk cuma satu orang, kalian bisa bergantian. Saya permisi masih ada pasien yang harus saya tangani," ucap dokter tersebut.
"Abang duluan aja," ujar Ferrel.
"Sana kamu aja, papa mau bicara sebentar dengannya," ucap Aran dan diangguki oleh putranya.
"Mau bicara apa ya om?" tanya Sean mengerutkan keningnya bingung. Aran menatap Chika yang kemudian mengangguk lalu beralih menatap Sean dan Anin secara bergantian.
∆^°=°^∆
Ferrel memandang Adel dari kejauhan. Wajahnya yang pucat, tubuhnya kurus, kepala dan tangannya diperban. Sungguh sangat miris nasibnya. Ia mendekat duduk disamping brankarnya mengusap kepalanya dengan kasih sayang. Senyum terbit di bibirnya tetapi hatinya sakit melihat gadisnya kembali terbaring lemah tak berdaya.
Matanya mengembun, ia berusaha tetap tegar. "Seandainya bisa, gue dengan rela gantiin posisi lo, hiks..." Hancur sudah pertahanannya. "Maaf ya gue belum bisa jagain lo dengan baik."
"Terus bertahan ya cantik, kita semua sayang sama lo," lanjutnya lalu mencium kening Adel sangat lama.
Setelah itu Ferrel keluar bergantian dengan yang lain. Disana hanya tersisa Anin selepas Sean masuk menjenguk Adel. Sudah tidak ada lagi papa dan mamanya yang entah pergi kemana. Ia terduduk diam bersandar di kursi tunggu.
"Sayang banget ya sama Adel?" ujar Anin yang pindah duduk disampingnya.
"Heem sayang banget sampai udah gak terhitung lagi seberapa sayangnya sama dia. Adel sangat berharga dalam hidup aku. Mereka pasti akan menyesal telah memperlakukan berlian sepertinya," balas Ferrel yang masih setia memejamkan matanya.
"Kamu suka ya sama Adel?" tanya Anin senyum.
Ferrel membuka matanya dan langsung duduk dengan tegak. Ia sekilas menoleh ke samping, lalu mengalihkan pandangannya ke arah yang lain. Ia hanya diam karena bingung mau jawab apa. Anin yang paham segera mengalihkan pembicaraan.
"Jagain Adel terus ya, kakak gak bisa tiap hari ketemu. Kalau kamu maupun Adel perlu sesuatu ingat ada kakak dan Sean yang akan bantu," ucap Anin tulus sembari mengelus kepala Ferrel. Sang empu hanya mengangguk saja.
Sementara itu, Sean yang didalam ruangan. Hanya duduk dan memandangi adik kecilnya tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Banyak sekali yang ia pikirkan disaat melihat kondisinya seperti ini. Kemudian menggeleng dengan cepat saat pikiran buruk memenuhi kepalanya.
"Dedel cepat sembuh ya, abang kangen kamu,"
"Maaf abang masih gagal jagain kamu, kuat ya sayang. Kamu harus cepat bangun nanti abang bakalan turutin apapun yang kamu mau,"
"Jangan nyerah dulu ya," ucap Sean lirih.
Cukup lama ia menunduk hingga sebuah pergerakan membuatnya mengangkat kepalanya. Matanya melotot saat sebuah pasang mata yang juga menatapnya dengan tatapan sayu. Sean segera memencet tombol di samping brankar. Dokter dan suster yang memang standby di dalam ruangan langsung memeriksa adeknya.
"Tolong anda keluar dulu," pinta suster.
Sean keluar dan hanya melihat dari balik pintu kaca. Dia terus berdoa didalam hati agar diberi kesembuhan dan kesehatan pada adeknya. Ferrel dan Anin pun mendekat menanyakan ada apa dengan Adel?
"Adel udah sadar," ucap Sean yang masih fokus melihat kedalam ruangan.
"Syukurlah," ucap Anin dan Ferrel kompak.
Mereka masih menunggu sampai dokter keluar. Harap-harap cemas karena dokter tidak kunjung keluar. Yang membuat mereka semakin panik, beberapa suster keluar masuk ke ruang ICU. Mereka juga tidak bisa melihat kondisi didalam, karena tirai ditutup rapat.
"Kenapa sus?" tanya Ferrel menghentikan salah satu suster.
"Maaf, pasien kembali drop. Saya permisi," jawabnya lalu pergi menuntaskan tugasnya.
Kaki Ferrel seketika lemas, dia terduduk di lantai. Baru saja mendapat kabar Adel sadar. Dan sekarang kembali drop. Ferrel menangis dalam diam hingga mama dan papanya kembali dan langsung membawa putranya kedalam dekapan mamanya.
Sama halnya dengan Sean, pandangan matanya kosong. Tidak ada kehidupan disana, kenapa Tuhan seolah-olah mempermainkan perasaannya. Beberapa hari lalu dia merasa semakin dekat dengan adeknya. Dia benci sama situasi saat ini.
Aran yang melihat Sean sangat terpuruk menghampirinya dan membawanya kedalam dekapannya. Membiarkannya yang semakin lama semakin terisak. Anin mengusap punggungnya lembut. Sebisa mungkin harus tetap kuat demi sang kekasih. Siapa lagi yang akan menguatkannya jika dirinya ikut sedih.
Tidak lama dari itu sang dokter keluar dengan raut wajahnya yang terlihat tidak mengenakan.
"Bagaimana kondisi pasien?" tanya Aran tanpa melepaskan Sean yang masih memeluk dirinya.
"Mohon maaf..."
TBC.
Maaf baru bisa up sekarang ya, ada beberapa kendala kemarin.
Jangan lupa vote dan komen
See you next chapter!

KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR?! | END✅
Novela Juvenil"Suatu saat nanti jika aku udah gak bisa bertahan lebih lama, bunda tolong jemput aku ya" Natasha Adelia Hapsari. Start: 25 Mei 2024 End: 04 September 2024 *** #1 in adeljkt48 (12-09-2024) #3 in ferrel (12-02-2025) #2 in kenzie (15-02-2025)