Selamat Membaca!
.
.
.
.
."Boleh Adel minta permintaan terakhir," ucapnya terbata-bata dan Anin langsung mengangguk meski air matanya tetap saja terus mengalir.
"Tolong beliin bunga mawar warna putih," ucapnya dengan senyuman.
Anin mengangguk lalu keluar sebentar, meminta Sean membelikan apa yang diminta oleh Adel. "Sayang, tolong beliin bunga mawar putih setangkai aja juga gapapa," pintanya dan Sean segera pergi.
Anin kembali masuk kali ini dengan senyuman menghampirinya. "Kamu mau kemana?" tanyanya, saat Adel berusaha bangun.
"Mau lihat Christy untuk terakhir kalinya," jawabnya.
"Kakak panggil Keenan sebentar," ucap Anin lalu ke ruang standby para dokter untuk memantau 3 pasien sekaligus.
Anin dan Keenan berjalan mendekati brankar Adel. Senyuman masih terpampang di bibir pucatnya.
"Tubuh kamu belum kuat, pake kursi roda ya," ucap Keenan dibalas anggukan.
Setelah semua alat terlepas kecuali infus, Keenan dan Anin menemani gadis itu bertemu dengan Christy yang belum sadarkan diri.
"Setelah ini kamu harus bahagia dek, biarin kakak yang berkorban kali ini demi kebahagiaan kamu. Maaf selama ini kakak egois dan mengharapkan semua orang menyayangi kakak, setelah ini janji sama kakak, kamu harus bahagia ya. Bunda dan kakak akan pantau kalian dari atas sana," ucap Adel tanpa beban, tanpa disadarinya ada 3 orang dibelakangnya yang banjir air mata.
"Kamu enggak egois dek, kamu juga berhak mendapat kasih sayang itu," ucap Sean dengan membawa bunga mawar putih.
"Mau peluk.." Adel merentangkan tangannya dan disambut pelukan hangat dari Sean abang pertamanya.
"Adel mau ketemu dengan yang lain boleh," ucapnya.
Mereka pun mengangguk, kursi roda didorong pelan keluar ruangan. Adel bisa melihat semuanya sedang berkumpul disini.
"Apa Adel boleh peluk ayah?" ucapnya menunduk takut.
Kenzie berdiri lalu menghadirinya, pelukan hangat yang selalu ia inginkan akhirnya ia dapatkan. Adel memeluknya dengan erat, takut kalau ia akan merindukan pelukan sosok ayahnya.
Adel menatap Ferrel dan dia memberikan sebuah kotak kecil. Adel menerimanya dengan baik lalu tersenyum.
"Selamat ulang tahun ayah, Adel punya kado tapi harganya gak seberapa, Adel cuma mampu beliin ayah ini. Tolong dipake ya," ucapnya sembari memberikan bingkisan itu pada tangan Kenzie.
"Makasih sayang, pasti ayah pake"
Kenzie menerima kado tersebut dan sebuah kecupan singkat mendarat di kening putrinya. Senyuman Adel semakin melebar, satu per satu keinginannya akhirnya terpenuhi. Adel menatap kedua abangnya dan mereka berdua mendekat serta memeluk Adel bersamaan, sambil terus mengucapkan permintaan maaf.
"Adel udah maafin kalian semua"
"Rel, gue mau ngomong berdua sama lo di taman. Boleh kan kak Anin," ujarnya.
"Kita pantau dari jauh," balas Anin dan Adel hanya mengangguk pasrah.
Mereka meninggalkan oma, opa, orang tua Floran dan Ferrel, serta Kenzie di depan ruang ICU. Setibanya di taman, Adel menolak untuk duduk di kursi roda. Dia lebih memilih duduk di samping Ferrel dan bersandar di bahunya. Mereka yang mengantar sedikit menjauh agar Adel dan Ferrel bisa berduaan tapi mereka tetap dapat mendengar percakapan keduanya.
"Ini bunga buat lo, tolong jagain buat gue ya. Suatu saat nanti lo bakal tau arti dari bunga yang gue kasih," ucap Adel menatap dalam mata Ferrel.
"Gue boleh minta peluk nggak tapi duduk dipangkuan lo," pintanya.
Ferrel mengangguk setuju, lalu meletakkan bunga itu di sebelah mereka dan membantu Adel untuk duduk di pangkuannya. Pelukan mereka begitu erat, serta terasa nyaman. Adel melihat ke arah orang-orang yang memperhatikannya dengan senyum manis. Kemudian, ia menyembunyikan wajahnya di leher Ferrel.
10 menit sudah berlalu masih diposisi yang sama. Ferrel melihat wajah Adel yang semakin pucat. Ia berusaha menepuk punggungnya agar mendapat respon namun nihil.
"Del lo nggak papa kan.." ucapnya membangunkan gadis itu.
"Adel bangun.. Del jangan bercanda... Adell.." Ferrel mengguncang tubuhnya.
"Jangan tinggalin gua pleaseee, ADEELLL.."
Mereka yang mendengar teriakan Ferrel segera mendekat, dan Zean langsung membopong tubuh Adel kembali ke ruangannya. Adel masih dalam pemeriksaan di dalam, menyisakan kecemasan bagi mereka yang menunggu di luar.
Ceklek
"Gimana dok, Adel cuma tidur aja kan," ucap Ferrel cepat.
"Mohon maaf, kami telah melakukan semaksimal mungkin tapi Tuhan berkehendak lain. Pasien bernama Natasha Adelia Hapsari telah meninggal dunia pada pukul 15.38 wib. Penyakit kanker otaknya sudah berada di tahap terakhir dan tidak bisa disembuhkan lagi. Saya pribadi salut dengan pasien yang mampu bertahan lebih dari 5 tahun dengan penyakit mematikan ini. Kami selaku dokter dan suster mengucapkan bela sungkawa sebesar-besarnya. Jika tidak ada yang ditanyakan, saya permisi untuk menyiapkan keperluan memandikan jenazahnya," ucap Keenan lalu pergi dari hadapan mereka.
Deg
Mereka semua terdiam sejenak, namun air mata mulai membanjiri mata mereka. Tanpa ragu, Ferrel langsung menerobos masuk ke dalam ruangan ICU. Ia membuka kain putih itu dan langsung memeluk Adel dengan erat. Ferrel menangis hebat, merasakan kehilangan separuh jiwa dan semangatnya.
"Lo udah janji sama gue Del tapi kenapa lo malah pergi, hiks.. Gue harus bilang apa sama Floran kalo dia bangun.."
Ferrel memandang bunga pemberian dari Adel dengan lekat, senyumnya mengembang dan menatap Adel kembali. "Gue janji bakal jagain bunga ini dengan baik sesuai permintaan lo."
Ferrel keluar dan berlari menuju pelukan Chika, membiarkan air matanya tumpah di dekapan sang mama. Chika dengan penuh kelembutan menenangkan putranya, setiap usapan tangannya mampu meredakan tangis Ferrel.
Kenzie, duduk di kursi tunggu sambil melihat hadiah terakhir dari putrinya. Hari ini adalah ulang tahunnya, namun itu bagaikan pukulan berat baginya ketika pada hari yang seharusnya penuh kebahagiaan itu, ia harus kehilangan putri kecilnya.
Skip pemakaman...
Mereka yang berada di rumah sakit juga hadir di pemakaman, kecuali Christy dan Floran yang masih tidak sadarkan diri. Semua mengelilingi makam, Adel dikebumikan di samping makam ibunya. Setelah berdoa bersama, satu per satu mulai meninggalkan tempat itu, hingga akhirnya hanya tersisa keluarga Kenzie, Anin dan Ferrel.
"Sampai kamu pergi pun aku masih belum berani mengungkapkan perasaanku. Sekarang kamu udah enggak ngerasain sakit lagi kan, udah bahagia bisa bersama dengan bunda," ucap Ferrel mengusap nisannya dan meletakkan bunga mawar putih di gundukan tanah yang masih basah itu.
"Padahal kamu baru nginep semalam di rumah mama, hiks.." ucap mama Anin sedih.
"Ma udah, Adel udah tenang disana," ucap papa Anin menenangkan istrinya.
Ferrel dan mama Anin berdiri, bergantian dengan yang lain, mengungkapkan kata-kata penyesalan dan kesedihan yang mendalam. Namun, sosok yang terbaring di makam itu sudah tidak mampu lagi membalas ucapan mereka.
- TAMAT -
Akhirnya tamat juga, gimana sama endingnya?
Suka nggak?Jangan lupa vote dan komen
See you next story!

KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR?! | END✅
Novela Juvenil"Suatu saat nanti jika aku udah gak bisa bertahan lebih lama, bunda tolong jemput aku ya" Natasha Adelia Hapsari. Start: 25 Mei 2024 End: 04 September 2024 *** #1 in adeljkt48 (12-09-2024) #3 in ferrel (12-02-2025) #2 in kenzie (15-02-2025)