|2| Hukuman

2.3K 261 4
                                    

Lanjut lagi nih. Selamat Membaca!
|

|

|

|

Pelajaran pertama dimulai, Adel dan Ferrel yang memang duduknya sebelahan dari dulu sampai sekarang. Sangat fokus memperhatikan guru yang sedang menerangkan di depan.

Kring.. Kring..

Bel istirahat berbunyi, murid-murid berbondong-bondong menuju kantin. Sementara Adel dan Ferrel dipanggil ke ruang kepala sekolah.

"Kira-kira ngapain ya?" ujar Adel berpikir.

"Palingan juga bahas Olimpiade lagi," jawab Ferrel, seolah udah tau.

"Lo gak ada niatan buat bawa piala dan medali pulang gitu?"

"Buat apa, mereka juga gak akan peduli"

Ferrel menatap sahabatnya sendu. Dirinya tau betul tentang hidup Adel. Padahal kejadian itu sudah sangat lama tapi mereka masih saja menyalahkannya.

"Rel kok lo malah ngelamun sih? Kita udah sampai nih buruan masuk," ujar Adel menepuk bahunya.

"Ah iya ayo.."

Tok.. Tok..

"Eh kalian duduk-duduk," ucap kepsek.

"Kali ini mau Olimpiade apa pak?" ucap Ferrel to the point.

"Ahha udah hafal ya, kalian berdua akan mewakili sekolah untuk Olimpiade fisika minggu depan," ucap Kepsek tertawa.

"Kami akan mempersiapkan dan memberikan yang terbaik untuk sekolah kita," ucap Adel senyum.

"Apapun hasilnya, kalian sudah sangat membanggakan sekolah. Makasih ya telah menyumbangkan berbagai piala dan medali," ucap kepsek mengapresiasi kedua muridnya yang sangat berbakat.

Adel dan Ferrel pun mengangguk, setelah itu keduanya berjalan beriringan menuju kantin. Di sudut pojok kantin ada keributan. Adel langsung berlari mendekat untuk menolong adiknya.

"Maksud lo apa nyiram adik gue," bentak Adel.

"Oh ini adik lo, bilangin jangan ganjen sama cwo gue," ucapnya lalu pergi.

"Lo gak papa kan dek," ucap Adel menyentuh tangannya, namun langsung dihempaskan gitu aja.

"Gak usah ikut campur urusan gue, dasar pembunuh!" marah Christy menatap tajam kakaknya.

Adel terdiam mematung ditempat, matanya terus menatap punggung Christy yang semakin menjauh. Hatinya sakit ditatap tajam seperti itu, niatnya kan cuma ingin bantu, bukan ini yang dia harapkan.

"Gak usah terlalu dipikirin, lo mau pesan apa biar gue yang traktir," ucap Ferrel berusaha menghibur sahabatnya.

"Beneran ya," ucap Adel sumringah, Ferrel sendiri hanya mengangguk. Rasanya bahagia melihat Adel bisa senyum lagi, apalagi itu karenanya.

"Gue akan selalu buat lo terus tersenyum seperti sekarang, gak akan gue biarin ada yang merusak kebahagiaan lo, termasuk keluarga biadab itu," batin Ferrel.

Skip pulang sekolah...

"Rel gue t-takut.." ucap Adel cemas. Mereka pulang terlalu sore, ya karna sedang belajar buat persiapan Olimpiade.

"Biar nanti gue yang ngomong sama bokap lo," ucap Ferrel menenangkannya.

"Tapi lo jangan bilang kalo mau olim," katanya.

"Iya-iya enggak"

Hanya perlu beberapa menit untuk sampai rumah. Di teras sudah ada Cio yang menanti kedatangannya. Adel semakin ketakutan dan tangannya keringat dingin. Ferrel menggenggam tangan Adel yang basah.

"Bagus jam segini baru pulang," ucap Cio menatap tajam adiknya sambil bersedekap dada.

"Maaf bang tadi kami kerja kelompok dulu," balas Ferrel.

"Adel masuk kamar cepat," perintah Cio tanpa memperdulikan ucapan Ferrel.

Adel berjalan menunduk takut membalas tatapan mata abangnya. Dia sempat melirik Ferrel sebentar, dia memberikan senyuman ke arahnya.

"Nungguin apa lo, pulang sana!" bentak Cio lalu masuk rumah.

"Semoga lo baik-baik aja Del," batin Ferrel, menaiki mobilnya dan memarkirkan ke garasi rumahnya. Ia berlari ke kamar untuk memantau Adel dari balkon kamarnya.

Sementara di rumah Atmadja, Adel yang baru saja ingin menutup pintunya. Tidak sempat karena didorong duluan oleh Cio, alhasil punggungnya terhantam pintu cukup keras. Ia meringis kesakitan, sudah pasti punggungnya akan terluka.

"Udah berani pulang terlambat," ucap Cio bersmrik dan itu sangat mengerikan di mata Adel.

"Ma-af, tadi a-aku cuma k-kerja kelompok"

"Kata maaf lo gak akan bisa balikin bunda, lo harus dapat hukuman karena pulang terlambat," ucap Cio menyeret Adel ke kamar mandi.

Cio tanpa rasa kasihan menghempaskan tubuhnya ke lantai yang dingin. Lalu mengguyur tubuhnya dengan air. Tak hanya itu, dia mencambuk Adel dengan gesper miliknya. Tidak memberikan kesempatan sedikitpun untuk Adel melawan.

"A-ampun sa-sakit.." rintihnya.

"A-adel janji gak akan telat lagi"

Perkataannya sama sekali tidak didengar oleh Cio. Kini Adel badannya udah sakit semua, kaki, tangan, wajahnya babak belur. Tidak cukup sampai disitu aja, Cio menjambak rambutnya dan menenggelamkan kepalanya di bak mandi. Adel sudah sangat pasrah saat ini dengan hidupnya.

"Cio dipanggil ayah," ucap Sean yang baru datang. Tidak! Sebenarnya dia dari tadi ada di kamar ini dan hanya memperhatikan tanpa menolong.

Setelah kepergian Cio, Sean pura-pura ikut keluar padahal dia hanya berpindah tempat. Bersembunyi dibalik lemari besar, dia ingin melihat adiknya yang sedang berusaha menggapai tasnya. Dengan wajah yang pucat pasi, pakaian yang udah acak-acakan, bibir bergetar. Mengambil hpnya, entah menghubungi siapa ia tak tau.

PERREL👊

R-rel

📞 Del lo kenapa? Adel jawab!

T-tolong

📞 Gue kesana sekarang, lo harus bertahan

Sambungan terputus sepihak, Adel meratapi nasibnya. Ia menangis dalam diam di lantai sembari  bersandar ke pinggir kasur, memeluk dirinya sendiri.

"Adel butuh bunda, hiks.."

"Disini gak ada yang peduli sama Adel, bunda gak mau jemput Adel sekarang. Mereka semua benci sama aku, buat apa aku bertahan, hiks.."

"Adel..."

Ferrel yang nekat manjat dari balkon. Dia gak mau adu mulut dengan orang rumah ini. Ia langsung berlari menghampiri Adel yang menangis sesegukan. Membawanya ke dalam dekapannya.

"Masih ada gue, mama dan papa yang peduli sama lo, jadi jangan ngomong kayak gitu lagi," ucapnya.

"Gue gak mau kehilangan lo Del," ucap Ferrel dalam hati.

"Rel ini salah gue andai waktu itu gue dengerin omongan bunda kejadian ini gak akan terjadi, demi Tuhan gue juga gak mau bunda pergi secepat itu," lirihnya menyalahkan dirinya sendiri.

"Stop nyalahin diri lo sendiri, ini tuh udah takdir dari yang diatas," balasnya.

"Tapi kenapa mereka-..." ucapannya langsung dipotong. "Mending lo ganti baju, badan lo udah kedinginan, oh ya tadi mama masakin makanan kesukaan lo," ucap Ferrel menunjuk rantang berisi makanan.

"Makasih ya, cuma lo harapan gue satu-satunya untuk terus bertahan," ucap Adel dibantu Ferrel menuju walk-in closet.

"Gue janji bakalan terus ikutin lo kemanapun dan dimanapun, karena tante Cindy udah nitipin lo ke gue. Akan ku jaga dan ingat amanat itu," gumamnya.

TBC.

Yuhuu update lagi nih..
Capai 100 vote langsung dilanjut...
Suka gak? Pasti suka dong, kalo suka...

Jangan lupa vote dan komen
See you next chapter!

TAKDIR?! | END✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang