29

21 2 0
                                    

"Sudah selesai" Brian tertawa puas melihat hasil karyanya. Seluruh tubuh ren sudah ia obati dan ia perban. Sekarang tubuh kurus itu malah tampak seperti mumi. Katakan ia tidak sopan, masalahnya anak itu sangat lucu sekarang. Rudy menatap Ren sendu. Ia masih shock dan sama sekali belum bisa menerima keadaan, tapi mencoba bersikap biasa saja.
Mereka bertiga sudah makan bubur, bahkan Rudy makan 2 porsi, bubur pertama yang salah di buat Shizu tadi turut di sikat, membuat Ren agak terperangah.
"Ren"
Tiba-tiba rudy menatap ren serius. Ren menatap Rudy penuh tanya, dengan matanya yang lebar, membuat Rudy spontan mencubit pipi Ren.
"Aduh, apaa?! Kenapa?!"  Ren mengerucutkan bibir. Sekarang gantian Brian yang menarik pipi nya.
"Ihhh lucu banget sih" Brian bergumam gemas. Ia dan Rina memang sama-sama suka anak kecil. Ren masih mengerucutkan bibir. Rudy dengan cepat mengeluarkan HP dan segera mengambil foto.

"Oiya. Tuh kan lupa. Tanya. Kamu sering di ganggu di sekolah ya?"
Ren yang sedang mengelus pipinya langsung membeku. Sejenak kemudian ia memejamkan mata, membukanya kembali lalu menggeleng pelan sambil menunduk.
Brian menghela nafas, menatap Rudy lalu menggelengkan kepala. Cukup. Sepertinya hari ini sudah terlalu berat untuk Ren. Mereka bisa mencobanya lain kali.
"Yaudah, om sama Ru pulang dulu ya..jangan lupa telfon Ru kalo ada apa-apa, telfon om sama tante juga boleh, nanti biar Ru kirim nomer om sama tante ke kamu ya...gapapa kita tinggal?"
Ren mengangguk. Ingin sekali rasanya dia ikut pergi, tapi ia bisa beneran mati kalau ketahuan.
"Makasih om...makasih Ru...maaf Ren merepotkan"
Rudy dan Brian kompak menggeleng.
"Gak repot kok" Mereka bertatapan, lalu tertawa saat berucap hal yang sama.
"Kamu gak ngerepotin sayang. Om harap kamu bisa lebih santai sama kami ya..kita malah seneng kalo bisa bantu Ren" Ujar Brian sambil mengelus kepala Ren. Hati Ren rasanya meleleh. Ini kasih sayang yang baru pertama ia dapatkan.
"Yaudah kalo gitu om tinggal ya..atau mau ikut?"
Brian menawarkan sambil memencet interkom, memanggil Shizu. Brian sendiri bimbang, ia tahu Ren tidak boleh kemana-mana atau semua akan makin parah. Ren menggeleng lagi sambil tersenyum. Pintu diketuk, Shizu muncul sambil tersenyum lega melihat Ren sudah di tangani dengan amat profesional. Shizu yang peka langsung buka suara saat melihat raut sedih Ren, serta Brian dan Rudy yang menatap Ren khawatir.

"Maaf, tapi apa boleh tuan-tuan meninggalkan kediaman sebentar? Saya harus membersihkan rumah secara menyeluruh sementara tuan besar dan tuan muda ternyata pergi dinas untuk 3 hari"
Ujarnya sambil tersenyum, menekankan kalimat terakhirnya. Ia memang sempat menghubungi asisten Frank tadi, dan ternyata mereka memang punya rencana dinas sore nanti. Ren sendiri lupa sama sekali, padahal kakaknya itu sudah pamit dari kemarin.
Ren dan Rudy langsung tesenyum cerah. Ren menatap Brian dengan memelas.
"Om...Re-Ren...mau ikut...boleh?" Ujarnya mengiba.
Brian menangkup pipi Ren gemas. 
"Boleh dong..seneng banget malah. Pasti tante suka"
Shizu tersenyum lebar.
"Ada barang khusus yang mau tuan kecil bawa? Biar bibi bantu siaipkan"
Ren menggeleng. 
"Baju aja bi, yang paling bagus ya..hehehe. Oiya, sama HP sama charger bi"
Shizu mengangguk dan segera mengemas barang milik Ren. Tidak sampai 5 menit, karena barang Ren memang sesedikit itu.

"Udah? ayo" Ren berusaha berdiri, tapi kakinya tidak mampu menapak. Pijakannya segera oleng dan di tangkap Rudy.  Brian menyerahkan kembali tas Ren yang baru diambilnya dari tangan Shizu dan segera menggendong tubuh Ren dengan mudah.
'Astaga, ringan sekali dia' Batinnya miris. Hanya dari berat tubuhnya saja ia sudah tau jelas berat badan Ren dibawah normal dan ada kemungkinan malnutrisi. Sepanjang perjalanan, Ren hanya diam bersandar, namun matanya fokus melihat pemandangan dari jendela sembari  tersenyum cerah.
"Ren, mau makan lagi gak?"
Ren spontan menatap Rudy seolah-olah Rudy sudah gila.
"Ru masih laper?"
Brian yang menyaut, sedangkan Ren masih saja terperangah sambil menggelengkan kepalanya pelan. Rudy yang ditatap jadi sewot sendiri.
"Apaan sih Ren?"
Manusia yang di protes hanya bisa menutup mulutnya yang terbuka, menyadarkan dirinya sendiri.
"Tadi Ru udah makan bubur 2 mangkok loh...masih laper?"
Rudy salah tingkah, tertawa masam.
"Cuma bubur doang Ren..gak ngefek..hehehe"
Ren dan Brian kompak menggeleng-geleng.
"Hmm..yaudah, mau makan apa?"
"Atau mau jalan-jalan sekalian dad?Jemput mom sekalian aja di butik"
"Tapi Ren sakit loh nak..harus istirahat"
"Oiya" Rudy menepuk dahinya, sementara Ren cemberut kecewa.
"Ren gapapa kok...ayo..."
Ru berbalik,menempelkan tangannya di dahi Ren, lalu menonyornya.
"Panas ege"
Ren cemberut. Dia memang sakit, tapi kapan lagi dia punya kesempatan jalan-jalan?
"Yaudah gini aja, kita jemput mama sekalian ambil kursi roda ya, gimana? Ren naik kursi roda aja ntar"
Rudy mengangguk setuju. "Boleh"
Ren tersenyum, lalu memejamkan mata. Ia mengantuk, sepertinya efek obat. Tidak sampai 5 menit, ia sudah terlelap.
"Pa, Ren tidur nih"
Brian mengangguk.
"Yaudah gapapa, biarin istirahat aja. Jalannya di tunda dulu ya, kamu makan di rumah aja. oke?"
"Okeyy"
Hening beberapa saat.
"Pa" bisik Rudy pelan. Brian tidak menjawab, hanya melirik untuk membiarkan Rudy meneruskan perkataannya.
"Ren kasihan ya..." lanjutnya. Brian langsung mengangguk setuju.
"Thanks 'cause you re a great father" Rudy mengecup pipi Brian. 
"My pleasure honey..you are a wonderful son also" Ujarnya sambil mengecup dahi Rudy.
"Ren kasihan pa..Ru...gak tega" Suaranya bergetar. 
"Luka Ren tadi...nggak tau gimana dia waktu dipukul sampai kaya gitu pa"
Brian menghela nafas. "Papa juga rasanya marah pas lihat badan Ren kayak gitu nak. Tapi itu bukan ranah kita, kita juga belum punya bukti apa-apa. Sabar ya"
"Ren boleh ga sih bareng kita aja pa?"
Brian mengangguk mantap. "Ya boleh dong, tapi kalau di lihat dari sifat Ren sih dia ga bakal mau ya...Ren itu penyayang, kamu pikir kenapa dia gak kabur aja dari rumah? Menurut papa, antara dia memang ga bisa kabur karena gatau dunia luar, atau dia juga sayang sama ayahnya"
Rudy termenung. "Ru benci banget sama papanya Ren"
Brian menghela nafas lagi. "Me too son. Yaah semoga kita bisa masukin orang itu ke penjara, Ren sama Harry biar ikut kita aja"
Rudy mengangguk. "Semoga mama mau.."
Brian mendengus. "Kayak ga tau mama aja kamu"
.

.

.

.

Brian membaringkan tubuh Ren dengan perlahan. Ren mengerang saat tangan Brian tak sengaja menekan luka pada lengannya. Brian berusaha menenangkan agar Ren kembali tidur, tapi Ren terlanjur berusaha membuka mata, ia merasakan ancaman.
"Maaf..." Ujarnya pelan, masih setengah sadar. Matanya bahkan masih belum terbuka seutuhnya. Brian menatapnya sendu, segera mengelus lagi kepala Ren.
"Gak apa-apa...tidur lagi ya...sstt" Ren kembali terpejam dengan mudahnya, obat yang di berikan Brian sepertinya benar-benar bekerja. Brian menghela nafas sambil terus mengusap kepala Ren. Tak lama, anaknya datang membawa tiang infus beserta infus yang sudah terpasang di sana. Tentu saja, Brian pasti akan menginfus Ren jika ada kesempatan. Pasalnya anak itu tidak mendapat cukup nutrisi dan cairan. 
"Pa, Ren gapapa kan?" Brian menggeleng.
"Gapapa, yang penting istirahat yang cukup. Semoga Frank lama dinasnya. Nanti coba papa telfon Harry, semoga Harry bisa ulur waktu, seenggaknya Ren bisa istirahat di sini seminggu"
Rudy mengangguk. Ia menatap Ren dengan mata berkaca-kaca. Brian tersenyum. Anaknya memang sedikit mirip dengan sang ibu, mudah tersentuh. Ia berdiri dan mengacak rambut Rudy. 

"Yaudah, ayo makan, katanya masih laper" 
"Hehehe. Ayo"

.

.

.

.

TBC


Hello guysss akhirnya update lagi :*
Maaf updatenya lama hahaha 
This story just take so long, butuh emosi kerjainnya, lagi berusaha atur waktu juga..
Doain biar bisa commit kerjain ini cepet2

Thankyou juga buat yg masih mau nungguin dan baca...ILOVEUSOMUCHGUYS!

Seperti biasa, comment, like, saran, vote, amat sangat berharga, so jangan lupa tinggalin jejak, see u at next chap guys :*


Salam,

Greydys

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SORRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang