Sepuluh

350 15 9
                                    

Rudy meletakkan kepalanya di atas meja dengan malas sambil memainkan ponselnya. Pelayan lain masih sibuk membersihkan cafe, menata meja, dan mencuci piring, tapi ia bisa santai karena itu bukan tugasnya. Ia merenggangkan badannya sejenak sembari menguap.

BRAK!

Rudy terperajat kaget, dan mengeluskan ponsel nya ke dadanya. Nyaris saja ponselnya terjun bebas menghantam lantai. Ia menggerutu sejenak sebelum terkesiap saat menyadari Ren belum juga keluar dari ruang ganti karyawan. Segera saja ia membawa kakinya melintas cepat melewati dapur, dan spontan menahan nafas saat melihat Ren di hadapannya sudah terkapar tak sadarkan diri. Ia menepuk-nepuk pipi Ren sambil memanggil namanya, tapi tak ada respon. Dengan panik ia mengangkat Ren, dan terkejut saat menyadari bahwa Ren sangat ringan. Tubuh Ren memang kurus, ya, ia akui itu, tapi ia tak pernah menyangka bahwa mengangkat Ren tak membuatnya mengeluarkan tenaga berlebihan. Ia menggendong Ren melewati pintu ruang ganti, melintasi dapur dan membaringkannya di salah satu sofa depan. Louis yang sedang mencuci piring melotot saat matanya menangkap tubuh Ren yang terkulai dalam gendongan Rudy. Ia segera mencuci tangannya dan tanpa ingat untuk mengeringkan tangannya, ia berlari kecil menyusul Rudy.

"Ren kenapa?"

Rudy menggeleng. "Aku tidak tahu, aku menemukannya di ruang ganti. Kak Ria, tolong minyak?" Rudy menerima minyak yang di ulurkan Ria,  dan dengan segera mengoleskan minyak itu pada bawah hidung, pelipis serta leher Ren. Leo datang bersama Aldo, yang langsung meraba dahi Ren. Hangat. 
"Kenapa bisa pingsan? Dia sakit?"
Rudy menggeleng. "Wajahnya memang pucat dari tadi pak, tapi dia bilang tidak apa-apa saat kami tanya. Tadi saya suruh Ren siap-siap untuk pulang, karena muka nya sudah pucat sekali, tapi tiba-tiba dia sudah pingsan di ruang ganti"
Aldo menghela nafas.
"Baiklah. Kita tunggu saja dia sampai sadar. Ini juga untuk semuanya, kalau merasa sakit, jangan diam saja, lapor! Mengerti?"
"Ya pak"
"Yasudah. Sekarang kembali kerja, yang waktunya pulang silakan pulang, tolong satu orang jaga Ren"
"Aku saja yang jaga Ren, kalian pulanglah kalau mau pulang" Rudy menimpali setelah Aldo memasuki ruang kerjanya.
Teman-temannya mengangguk, beberapa melambaikan tangan dan menyapanya saat melewati Rudy. Sudah 3 jam, dan Ren masih belum bangun. Ren di pindahkan ke ruang istirahat Aldo karena tidak ingin membuat keributan dari para pengunjung. Rudy gelisah, dan seolah menjawab kegelisahan Rudy, Ren mulai membuka matanya, mengernyit karena kornea nya masih belum mampu bekerja menyesuaikan cahaya. Sejenak kemudian ia mengerang merasakan pusing. Rudy membantu Ren yang kesusahan duduk, dan menyodorkannya air hangat.
"Ru?"
"Hmm"
"Ini jam berapa?" Tanyanya setelah mengembalikan gelas yang sudah kosong.
"8"
"Oh..."
"APA?!" Rudy spontan memukul lengan Ren karena kaget.
"Ah! Kaget! Kenapa teriak sih!"
Ren menggeleng. Gawat. Dia terlalu terlambat.
"Yasudah, diam dulu. Aku panggil pak Al"
Ren cuma bisa mengangguk pasrah, dan tak lama kemudian atasannya muncul bersama Rudy di belakangnya.
"Bagaimana keadaanmu ren? Ada yang sakit? Mau ke rumah sakit?"
Ren refleks menggeleng cepat.
"Ti-tidak perlu ke rumah sakit pak"
"Yakin? Kau pingsan sekitar 3 jam ren. Sekarang apa yang kau rasakan?"
"Sa-saya tidak apa-apa pak...mu-mungkin saya cuma kelelahan"
Aldo menghela nafas.
"Baiklah. Sekarang kau pulanglah, lalu istirahat. Lain kali, kalau sakit, bilang. Paham?"
Ren mengangguk.
"Kalau besok masih sakit, tidak usah masuk dulu"
Ren mengangguk lagi.
"Te-terima kasih pak Al, ru, ka-kalau begitu...sa-saya pulang dulu"
"Kau bisa pulang sendiri? Saya panggilkan taxi ya? Ru, tolong panggilkan taxi"
"Ja-jangan pak! Sa-sa-saya akan pu-pulang sendiri, sa-saya tidak apa-apa"
"Ren, kau kan masih sakit. Hari ini menginaplah di rumahku ya? Kan papa dokter. Biar nanti papa periksa kau sekalian"
Aldo menoleh kepada Rudy di sampingnya seolah-olah Rudy adalah karyawan paling jenius yang pernah ia temui.
"Ya, itu ide bagus, tentu saja kalau ru tidak keberatan"
"Hmmm.. jangan, aku...nanti merepotkan"
'Bisa mati aku'
"Aish...tidak akan repot! Ayolah!"
"Iya ren, ikutlah Rudy. Kau bisa mengabari orang tuamu nanti. Apa perlu saya bicara dengan orang tua mu?"
"Uuh..ti-tidak pak...ja-jangan..ba-baiklah, saya akan ikut Rudy, na-nanti biar saya yang menghubungi a-a-ayah"
Tidak ada pilihan lain, ren sudah terpojok. Otaknya di penuhi pikiran tentang hukuman yang akan di terimanya, dan bagaimana ia bisa bertahan dengan kondisi tubuhnya yang seperti ini. Beruntung besok hari Sabtu, setidaknya ia bisa beristirahat sebentar sebelum bekerja besok. Ia yakin besok akan menjadi hari yang panjang. Ayahnya paling tidak suka kalau ia sampai melanggar aturan, bila satu saja aturan di langgar, hukuman berat menantinya. Lamunannya buyar saat tepukan pelan singgah di bahunya.
"Y-ya?"
Aldo menghela nafas.
"Sekarang kau pulang lah bersama Rudy, kalau besok masih sakit, tidak usah kerja dulu. Datanglah kemari kalau kau sudah sembuh saja"
Ren mengangguk. "Terima kasih"
"Kalau gitu, kami pamit dulu pak, selamat malam" Rudy merangkul ren yang ternyata masih oleng saat berdiri, nyaris menghantamkan dirinya kembali ke lantai.
"Hati-hati di jalan"
"Baik"
Aldo menghela nafas melihat dua karyawannya yang meninggalkan ruang istirahat nya. Entah kenapa, instingnya berkata bahwa karyawannya yang paling di sukainya tidak baik-baik saja. Entah apa itu, tapi firasatnya berbisik buruk. Kalau saja ren mau berbagi masalahnya, ia akan dengan sukarela membantu. Aldo menggelengkan kepalanya dan beranjak duduk pada sofa,menyandarkan kepalanya dan tanpa sadar tertidur.
.
.
.
To be continue

Haaai
Pertama2 grey mau ucapin selamat natal bagi yang merayakan, juga selamat tahun baru semuanyaaa 😘
Semoga tahun ini jadi lebih baik dari tahun kemaren 😚

Maaf banget, lagi-lagi grey lemot update, di karenakan kegiatan yang paaadettt banget belakang2an.

Makasih banyak buat yang masih ngikutin dan nungguin, yang udah vote dan comment, yang udah semangatin, kalian Ter best, kalian yang bikin grey terus lanjut meskipun kadang buntu dan kepatah2.

Doain grey supaya urusan2nya cepet selesai, supaya bisa kasih effort lebih buat cerita ini :*

Akhir kata, semoga chapter ini memuaskan, dan jangan lupa VOTE, COMMENT, FOLLOW YA! Hehehehe

Makasih banget semuanya :*

Salam hangat,
Grey

SORRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang