Sembilan

397 17 16
                                    

Ren menghempaskan tubuhnya pada kursi di dapur. Ia diam-diam meremas perutnya yang melilit. Satu jam tadi benar-benar sibuk, dan sekarang ia bisa beristirahat sebentar karena para pelanggan sudah mendapatkan makanannya masing-masing.

"Fyuuuhh aku lelah sekali"
Ren menoleh saat Rudy -koki cafe mereka- menghempaskan badannya kasar ke kursi di sampingnya.
"Gila, rasanya tangan dan kakiku sampai mati rasa! Aku tidak berhenti masak!Bisa-bisa aku mimpi sedang masak di cafe nanti"
Ren tersenyum kecil saat melihat Rudy menggerutu sambil memijat lengannya yang pegal. Anak ini bagai matahari yang selalu menyinari orang-orang di sekitarnya dengan keceriaan dan kebahagiaan. Ia akan melakukan apapun, agar Rudy tak kehilangan keceriaannya. Walau baru sebulan, tapi Rudy sudah bisa menjadi teman baik Ren dan mengurangi kecanggungan Ren. Ren pun merasakan bahwa Rudy sangat berharga baginya, dan ren akan melakukan segalanya demi orang-orang yang dia cintai.
"Ma-mau..aku pijat?"
"Mau!"
Rudy mengulurkan tangannya. Ren mendengus lucu dan mulai memijat tangan Rudy pelan-pelan sementara Rudy memejamkan matanya keenakan.
"Aduh...enak! Kamu cocok jadi tukang pijat Ren!"
Ren mendengus lagi sambil berdecak.
"Lalu untuk apa aku sekolah?"
Rudy tergelak dan menarik tangannya.
"Oh omong-omong Ren, kau oke? Mukamu pucat sekali, apa kau sakit?"
Ren menggeleng pelan.
"Benar?"
Ren mengangguk ragu. Rudy memicingkan matanya curiga. Dengan cepat dia menempelkan tangannya pada kening Ren dan membandingkannya dengan keningnya.
"Tidak panas"
"Su-sudah kubilang aku-"
"OH, ASTAGA REN! KAU BERDARAH!"
Teriakannya membuat satu ruangan menoleh dan menghampiri mereka.
"Ada apa dengan mukamu Ren? Kau di pukul?!" Rudy membolak-balikkan muka Ren dengan pelan sambil mengamati bengkak di pipi ren.
"Bu-bukan-"
"Hei, Ren kenapa? Dia terluka?"
Ren menunduk saat banyak orang mulai mengerumuninya.
"A-aku..ti-tidak apa-a-"
"OH IYA ASTAGA REN! KAU BERDARAH!"
Bella tiba-tiba menyambar lengannya dan menatap ngeri pada luka di sikunya yang masih basah dan mengeluarkan darah.
"Ini lebar sekali Ren!"
"Hei, kenapa ini ribut-ribut?"
Aldo berjalan ke ruang karyawan.
"Ren berdarah pak!"
"Hah? Kenapa bisa? Mana, coba aku lihat"
Aldo mengambil tangan Ren pelan.
"Ini lumayan parah, kenapa bisa begini Ren?"
"A-ah..ma-maaf..sa-saya..tadi jatuh..karena terburu-buru"
"Apa aku membuatmu buru-buru? Maafkan aku"
"A-ah..ti-tidak pak..i-ini..sa-salah ren.."
"Kau yakin tidak di pukul seseorang Ren?"
Leo, seorang pelayan lain bertanya. Ren mengangguk.
"A-aku..ha-nya ce-ceroboh..ma-af"
Ujarnya terbata. Aldo menghela nafas.
"Leo, tolong ambilkan kotak p3k, dan Louis, tolong ambilkan semangkuk air hangat dan kain bersih"
Leo dan Louis mengangguk dan segera mengambil barang yang diminta atasannya.

"Ini pak"
"Terima kasih"
Aldo mengobati Ren dengan cekatan, lalu memerban tangannya. Syukurlah, lukanya terasa jauh lebih baikan setelah di rawat Aldo.
"Lain kali, hati-hatilah Ren"
"I-iya..re-ren minta maaf"
Aldo mengangguk, menepuk kepala Ren pelan dan berlalu pergi.
"Sini pipimu" Samuel duduk di depan Ren dan mulai mengobati dan mengompres pipinya yang bengkak.
"Ini Ren, aku membuatkan mu kue dan coklat panas. Minumlah selagi hangat. Mukamu pucat sekali, mungkin ini bisa membuatmu merasa lebih baik"
Rudy tiba-tiba datang sambil membawa sepiring cake strawberry dan segelas coklat panas. Ren terhenyak.
"A-aku..bo-boleh makan?"
"Tentu saja! Aku membuatnya untukmu! Makan gih"
Ren tersenyum senang.
"Terima kasih banyak ru"
Rudy mengangguk.
"Lalu mana untuk ku ru? Kau hanya membuat untuk Ren! Dasar makhluk astral pilih kasih!"
"Hei! Memang aku harus membuat untuk 10 orang di sini begitu? Dasar bod-"
"Ha! Mau bilang apa kau anak nakal? Ha? Coba bilang keras-keras"
"A-AW!AW! LEPAS!AMPUN!AMPUN! SAKIT BEL!"
Rudy menggosok kupingnya yang memerah akibat pelintiran brutal Bella. Samuel yang dari tadi serius mengobati melepas kompresannya dan tergelak penuh kemenangan melihat Bella yang menjewer telinga Rudy tanpa ampun.
"Nah, sudah" ujarnya sambil menempelkan plester luka di sudut bibir Ren.
"Te-terima kasih banyak Sam"
"Yups"
"Be-bella,ka-kau mau? I-ini, ambil saja punyaku"
"Ah, tidak Ren, kau ambil saja. Awas, nanti kau sakit perut. Dia bisa saja menambahkan yang aneh-aneh ke sana"
Rudy mendengus sebal melihat Bella yang cengengesan sambil menghina buatannya.
"Aku tidak mungkin begitu pada Ren-" Rudy mendengus.
"-Kalau padamu mungkin iya" Suaranya memelan saat menggumamkan kata terakhir.
"HEI! DASAR KAU-"
"SUDAH CUKUP KALIAN BERDUA!ADUH BERISIK!"
Pletak
"ADUH!"
"AUW! SAKIT KAK RIA!"
Rudy dan Bella kompak menggosok cepat kepalanya yang kena jitakan maut ria.
Keduanya kompak melotot pada gadis cantik galak yang baru saja menghadiahkan jitakan mulus pada kepala mereka.
Ria hanya cengengesan sambil menunjukkan giginya yang rapi.
"Nah begini kan baik. Lagipula kalian ini, seperti anak kecil saja. Sudah, sana bubar, kerja lagi"
Semua mulai bubar ke tempat masing-masing untuk melanjutkan kegiatan. Beberapa ada yang memakan bekal mereka, atau hanya sekedar minum dan mengobrol. Beberapa mulai mengelap meja dan mencuci piring. Rudy duduk di depan Ren, mengamati Ren yang belum menyentuh makanannya.
"Makan gih"
Ren tersenyum kecil sebelum mulai memakan kue strawberry yang di buat rudy. Ia menyesap coklat yang mulai dingin, dan tiba-tiba mual itu muncul kembali. Ia mencoba menahannya. Sangat tidak sopan memuntahkan makanan yang diberikan padanya. Bisa-bisa Rudy tersinggung kan? Ren cepat-cepat menghabiskan makanannya dengan muka yang kian memucat. Sepertinya dia benar-benar masuk angin.
"Te-terima kasih..i-ini enak ru"
Rudy mengangguk senang.
"Yasudah, waktunya kerja, semangat Ren"
Ren mengangguk dan mulai kembali bekerja membersihkan meja. Ia melihat jam dinding berbentuk burung yang lucu di dinding cafe, hampir jam empat. Sebentar lagi ia bisa pulang. Ia ingin cepat-cepat berbaring dan mengolesi perutnya dengan minyak angin. Ren tiba-tiba limbung saat sakit di perut kanannya kembali menyengat, beruntung tangannya cekatan berpegangan pada ujung meja.
"Ren, kau benar tidak sakit? Mukamu pucat sekali"
Reno, salah satu pelayan yang kebetulan ikut membersihkan meja di sebelah Ren, mulai menunjukkan wajah cemas. Pasalnya muka partnernya itu sangat pucat. Ia juga melihat Ren hampir jatuh barusan. Dia yakin Ren tidak baik baik saja.
"Kau ijinlah pada pak Aldo. Aku yakin pak Al mau mengerti"
Ren menggeleng pelan sambil tersenyum kecil.
"Ti-tidak apa-apa kak, la-lagi pula, sebentar lagi aku pulang"
Reno menengok jam, kemudian mengangguk.
"Kalau begitu, kau duduk saja di belakang, istirahat sampai nanti pulang, lalu tolong panggilkan Yuni dan Ester untuk membantu"
"Ta-tapi-"
"Tidak ada tapi! Sana"
Ren mengangguk, lalu cepat-cepat memanggil Yuni dan Ester.
Ia menghempaskan tubuhnya pada kursi dan menenggelamkan wajah pada lengan kanannya sementara tangan kirinya meremas perutnya.
"Lho Ren? Sudah selesai lap meja?"
Ria menyeret kursi yang langsung di rebut Rudy. Ria merenggut sebal sambil menggeret kursi baru. Ren mengangkat kepalanya yang kini terasa berat.
"Uhhh..i-iya..i-itu..kak Reno me-meminta Yuni dan kak Ester u-untuk membantu"
"Kau bersiaplah pulang. Mukamu betulan semakin pucat Ren. Pulanglah sekarang"
Rudy mendesak. Ia juga cemas melihat Ren yang sudah pucat pasi. Mau berbohong seperti apapun, anak kecil pun pasti tau kalau dia sakit.
Ren menghela nafas dan mengangguk pasrah. Ia melepas celemeknya, mengambil seragam sekolahnya dan menuju ruang ganti untuk mengganti seragamnya. Langkahnya menuju ruang ganti terasa gamang. Ia merasa tubuhnya ringan dan melayang, sebelum gelap menguasai pandangannya dan tubuhnya terjatuh setelah menghantam loker pekerja.

To be continueeeeee

Maaf banget yaaaaaa grey update nya lueleeett banget :') karena lagi repot ujian ujian dkk, mana gitu buntu ide...sebagai gantinya chapter ini lumayan panjang...next chapter semoga bisa cepetan update hehehe

MAKASIH BANGET BANGET BANGET buat yang udah dukung dan nungguin cerita ini, buat yg udah vote dan comment terutama 😘

Makasih juga buat para silent readers :)

I love you guys so much...

Buat kalian yang habis baca chapter ini, please tinggalin jejak kalian ya, apa cerita ini bagus? Atau kurang garam? Hahahaha

See ya at next chapter :*

Salam
Grey

SORRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang