Navy:
Pa, selamat pagi, jangan lupa sarapan, ya! Semangat kerjanya.
Setelah pesan itu terkirim pada kontak dengan nama 'Papa' Navy segera menyimpan ponsel dan menyahuti teriakan mamanya.
Langkah riang Navy membawanya ke dapur untuk bertemu bidadari tanpa sayap yang amat ia sayangi. "Pagi, mamaku yang cantik!" sapanya saat melihat wanita itu tengah membawa dua piring di tangannya menuju meja makan.
"Ayo, cepet sarapaannya. Mama ada janji sama pelanggan buat anter kue jam delapan nanti." Wanita yang tampak anggun dalam balutan dress berwarna biru itu menyendokkan nasi goreng buatannya untuk Navy yang sudah duduk dengan tenang di tempatnya.
Navy menerima dengan baik uluran sepiring nasi goreng dari mamanya. "Tumben, kenapa ga karyawan Mama yang antar?" tanya Navy setelah menelan sesendok nasi goreng dengan irisan sosis.
Sesilia lebih dulu menelan sarapannya baru menjawab pertanyaan Navy. "Pelanggan yang minta, Nav, katanya mau sekalian ngobrol."
Navy menganggukkan kepalanya beberapa kali atas jawaban Sesilia. Ia pun segera menghabiskan sarapannya dan mencuci piring yang ia gunakan. Bertepatan dengan selesainya kegiatan Navy, Sesilia juga telah menghabiskan sarapannya dan berjalan menuju dapur untuk mencuci piring. Namun hal tersebut dengan cepat dicegah oleh Navy.
"Biar Navy aja nanti, Ma. Ayo, kita berangkat, Mama bisa telat nanti."
Sesilia pun tak menolak saran dari putranya, ia hanya meletakkan piring itu pada tempatnya, lalu meletakkan nasi goreng yang masih tersisa itu ke lemari penyimpanan. "Nanti kalau masih bagus makan ini aja buat siang, ya?"
Navy menganggukkan kepala sebagai jawaban, kemudian sepasang ibu dan anak itu bergegas untuk memulai kegiatan di Senin pagi ini dengan diiringi obrolan ringan.
Mobil yang dikendarai Sesilia melaju dengan kecepatan normal, membelah jalanan padat ibu kota tanpa banyak mengeluh. Navy yang sejak beberapa menit lalu terdiam kini tengah sibuk mengagumi wanita hebat di sebelahnya.
"Kenapa, sih, Nav? Kok, liatin Mama terus?" tanya Sesilia dengan kekehan ringan di akhir kalimatnya.
Navy hanya tersenyum lebar hingga lesung pipinya terlihat. Ia hanya merasa kagum. "Mama hebat banget," katanya tepat saat mobil sedan hitam itu berhenti di depan gerbang sekolah Navy.
"Bisa aja. Nih, uang sakunya mama tambahin." Sesilia memberikan selembar uang berwarna biru pada anaknya.
Navy menggelengkan kepala, menolak dengan halus uang yang mamanya berikan. "Uang dari Papa masih banyak, Ma," katanya.
"Yang dari Papa ditabung buat kebutuhan mendesak Navy. Berapa kali harus Mama bilang kalau Navy harus rajin nabung?"
Navy terkekeh setelahnya. Ia pun menerima uang tersebut lalu mencium punggung tangan wanita berambut panjang itu. "Makasih, ya, Ma. Besok-besok aku puji lagi, deh, biar dapet uang jajan tambahan lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth [TERBIT]
NezařaditelnéNavy hanya ingin hidup seperti remaja pada umumnya. Bermain, belajar, dan menikmati hidup. Namun, takdir berkata lain, Navy hidup hanya untuk merasakan kehilangan dan kesepian. "Pa, tolong pulang sebentar saja. Demi Mama." - Navy Balveer Danendra Na...