Navy tak pernah merasa secanggung ini saat memasuki area sekolah. Memang tak ada yang berubah dari sekolah tempat ia menimba ilmu, hanya saja entah mengaca rasanya sangat canggung saat semua yang berpapasan dengannya tampak tersenyum manis menyapa sebelum berbisik dengan sesama mereka, seolah tengah menggosipkan Navy, tetapi di hadapan Navy secara langsung.
Pagi ini Navy berangkat sekolah dengan menggunakan ojek online, ia tidak ingin kembali merepotkan Maxius. Penampilan Navy tak seperti bisanya, pagi ini Navy menggunakan hoodie yang tudungnya ia gunakan untuk menutupi kepala dan sebagian wajahnya.
Saat memasuki kelas teman-teman sekelas Navy pun melakukan hal yang sama dengan anak-anak lain di koridor, menyapa, lalu berbisik seolah tengah membicarakan dirinya. Navy yakin ini semua karena perbuatannya yang menggemparkan seisi sekolah tempo hari.
Navy rasa, kini ia sudah dikenal sebagai pembuat onar sama seperti Jesper. Entahlah, Navy tak memikirkan hal tersebut karena ia merasa hal yang ia lakukan tidak lebih dari sekadar membela diri.
Baru beberapa detik Navy duduk di bangkunya, sosok Archer yang memasuki kelas dengan membawa segelas jus buah membuat Navy seketika mengingat pernyataan Jevas dua hari yang lalu. Kalo Archer anak tiri ayah, berarti cerita keluarga cemara yang selama ini gue denger ... ga, ga, Navy lo belum lihat secara langsung. Bisa aja cuma kebetulan namanya sama.
"Oi, masih pagi udah bengong aja," tegur Archer yang menyadarkan Navy dari lamunannya. Navy tampak tersenyum canggung membuat Archer mengernyit heran. "Kenapa, Nav?" tanyanya.
Navy hanya menggelengkan kepala, tak tahu harus bersikap seperti apa di hadapan Archer. "Ga, aneh aja orang-orang dari tadi kayak ngomongin gue gitu," jawabnya asal. Tak sepenuhnya asal karena hal tersebut memang cukup mengganjal di hati Navy.
Archer tampak melebarkan senyumnya, lalu meletakkan segelas jus yang ia beli di kantin sekolah yang memang sudah buka sejak pagi. "Itu, anak-anak pada seneng soalnya Jesper pindah sekolah! Mereka bilang berkat lo Jesper si pembuat onar udah hengkang." Archer tertawa pelan setelahnya.
Navy merasa tak yakin, tetapi melihat jam yang sudah hampir pukul tujuh tepat dan Jesper tak menunjukkan tanda-tanda kehadirannya membuat Navy sedikit lega. Setidaknya masalah Navy berkurang satu.
"Oh, ya?" tanya Navy.
"Iya, beneran, kemarin bundanya ke sini buat nyampein maaf. Terus, nih, bundanya juga suruh kita buat nyampein maaf ke lo." Archer tampak bercerita dengan antusias. Selalu, pemuda ini selalu tampak ceria dan memancarkan aura positif yang dapat membuat semua orang nyaman berada di dekatnya.
"Syukurlah, kalo boleh jujur gue juga lega kalo ga ada dia." Pemuda bersurai kecokelatan dengan lesung pipi yang tampak dalam tersebut tertawa kecil.
Bel pertanda jam pelajaran dimulai telah berbunyi, tetapi guru yang mengajar kelas Navy belum kunjung datang memuat sebagian siswa masih asyik dengan kegiatannya masing-masing termasuk Navy dan Archer yang masih asyik bertukar cerita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth [TERBIT]
NezařaditelnéNavy hanya ingin hidup seperti remaja pada umumnya. Bermain, belajar, dan menikmati hidup. Namun, takdir berkata lain, Navy hidup hanya untuk merasakan kehilangan dan kesepian. "Pa, tolong pulang sebentar saja. Demi Mama." - Navy Balveer Danendra Na...