"Terima kasih," ucap Navy pada perawat yang mengantarkan sarapannya.
"Dengan senang hati, saya tinggal, ya?" balas perawat tersebut yang langsung melangkahkan kaki keluar bangsal saat mendapat anggukan dari Navy.
Navy membuka plastik wrap yang membungkus semangkuk bubur untuk sarapannya. Saat Navy baru saja membuka plastik tersebut dan meraih sendok, ponsel Navy yang berada di nakas tiba-tiba saja berdering. Navy mengembangkan senyumnya saat melihat nama Jevas tertera di sana sedang berusaha menghubunginya melalui panggilan telepon.
"Halo, Bang?"
"Lo tidur di mana tadi malem, Cil? Ga tidur di makam mama lo, kan?"
Navy tertawa kecil saat mendengar pernyataan ngawur Jevas, meski Navy ingin sekali melakukan hal tersebut. "Enggalah! Ya, kali, Bang," Navy menelan sesendok buburnya, lalu kembali berkata, "Navy di rumah sakit—"
Kalimat Navy terpotong oleh seruan khawatir dari Jevas. "Kok, bisa? Kenapa ga kasih tau gue, sih? Lo di rumah sakit mana?"
"Navy gapapa, Bang, cuma kecapean aja. Di rumah sakit yang kemarin Mama dirawat."
Navy menjauhkan ponselnya dari telinga saat tak kunjung mendengar suara Jevas. "Lah, dimatiin?" gumamnya. Navy mengangkat kedua bahunya dengan kepala menggeleng pelan. Ia meletakkan ponselnya di atas kasur, kemudian kembali berusaha menikmati bubur hambar yang menjadi menu sarapannya.
Baru tiga suapan bubur yang Navy telan, tetapi ia sudah menjauhkan nampan yang berisikan menu sarapannya itu. Navy meletakkan nampan tersebut di atas nakas, kemudian ia mengambil obat dan segelas air putih. Navy tak pernah suka dengan rasa pahit dari obat yang ditelannya, tetapi di satu sisi Navy tak mau terus-terusan sakit.
"Nav?"
Pandangan Navy teralihkan pada tirai yang memisahkan ranjangnya dengan pasien lain.
"Kok, cepet banget sampenya?" tanya Navy saat Jevas sudah duduk di sebelah ranjangnya.
"Ngebutlah gue! Panik tau ga? Kok, bisa sampe dirawat, sih, Nav?"
Untungnya hari ini adalah hari libur, sehingga Jevas tak perlu membolos agar bisa menjaga Navy di rumah sakit.
Navy memerhatikan tangannya yang diinfus, sebelum akhirnya menjawab. "Kayaknya kecapean aja, sih ...."
"Kayaknya?" Jevas memicingkan matanya, "Dokter bilang apa emang?" tanyanya.
Navy menatap Jevas yang tampak sangat khawatir dengan keadaannya. "Ga ada, dokter cuma bilang gue harus diranap beberapa hari, sama hari ini disuruh ada pemeriksaan gitu, gue ga terlalu paham."
Jevas menghela napas, kemudian melihat bubur di mangkuk Navy yang masih tampak penuh. "Ga makan?"
"Udah, minum obat juga udah. Nanti dokter ke sini, sekalian pemeriksaan, Bang Jevas gapapa?" Sejujurnya pemuda bersurai kecokelatan tersebut merasa tak enak hati pada Jevas. Bagaimana pun juga Jevas sudah sangat banyak membantunya, ia merasa jika dirinya terlalu merepotkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth [TERBIT]
RandomNavy hanya ingin hidup seperti remaja pada umumnya. Bermain, belajar, dan menikmati hidup. Namun, takdir berkata lain, Navy hidup hanya untuk merasakan kehilangan dan kesepian. "Pa, tolong pulang sebentar saja. Demi Mama." - Navy Balveer Danendra Na...