Navy menghela napas sekali lagi saat ponselnya kembali berdering dan menampilkan nama Bu Melda yang sedang berusaha menghubunginya melalui telepon. Wajah pucat Navy tampak datar saat menyadari ini sudah panggilan ke sepuluh yang ia tolak.
Tangan bergetar Navy membuka aplikasi pengirim pesan, lalu membuka puluhan pesan yang dikirim oleh wali kelasnya tersebut.
Bu Melda:
Navy, kamu menyia-nyiakan kesempatan terakhir kamu.
Ibu sudah minta tolong Archer untuk ke rumah kamu, kamu ke mana Navy?
Navy, Ibu mohon datang ke sekolah hari ini.
Merasa muak dengan semua pesan yang Bu Melda kirim padanya, Navy memutuskan untuk berangkat ke sekolah setelah empat hari meliburkan diri tanpa keterangan. Selama empat hari itu juga Navy hanya berdiam diri di rumah tanpa melakukan apa pun, hanya memakan yang tersisa di dapur, meminum air putih, kemudian berbaring di kamar Sesilia.
Pagi ini, Navy yang sudah muak dengan semua pesan masuk yang menanyakan keberadaannya memutuskan untuk pergi ke sekolah dan menyelesaikan urusannya dengan sang wali kelas.
Navy telah siap dengan seragam batik khas sekolahnya, seragam yang dulunya pas di tubuh Navy kini tampak kedodoran, menandakan Navy mengalami penurunan berat badan secara signifikan.
Langkah kaki Navy terhenti saat kakinya terasa sulit digerakkan. "Sakit ...," lirihnya sembari berpegangan pada dinding. Meski begitu, tekadnya untuk berangkat ke sekolah hari ini sudah bulat, Navy muak terus-terusan ditanyai mengenai absennya ia dari sekolah beberapa hari ini.
Navy kembali melangkahkan kakinya saat sudah merasa lebih baik. Pemuda itu berjalan menuju pintu depan, lalu membuka pintu tersebut agar dapat keluar dari rumah. Tak lupa, Navy kembali mengunci pintu rumahnya, lalu memasukkan kunci tersebut ke dalam tas.
Tarikan napas Navy terdengar berat saat pemuda itu akan melangkah menuju jalan. Navy baru saja mengeluarkan ponselnya untuk memesan ojek melalui aplikasi sebelum suara Jevas terdengar di gendang telinganya.
"Nav!" seru Jevas dengan keras.
Kepala Navy terangkat dan mendapati Jevas tengah berlari ke arahnya dengan helm yang sudah terpasang di kepala.
"Lo ke mana aja, Nav? Kenapa ga ngabarin? Lo juga ga bales WA gue sama Archer, lo kenapa?" Pertanyaan beruntun itu membuat Navy merasa kepalanya pusing. Ia bingung jawaban seperti apa yang harus ia berikan pada Jevas.
"Navy ... Navy cuma lagi butuh waktu sendiri," jawab Navy dengan suara lirih.
Jevas menghela napas, berusaha menahan emosinya agar tidak kelepasan memarahi Navy. "Oke, jadi sekarang udah cukup? Mau cerita ke Bang Jevas?" Jevas akan menyebut dirinya dengan panggilan Bang Jevas saat berada dalam situasi serius, situasi yang membuat Navy gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth [TERBIT]
RandomNavy hanya ingin hidup seperti remaja pada umumnya. Bermain, belajar, dan menikmati hidup. Namun, takdir berkata lain, Navy hidup hanya untuk merasakan kehilangan dan kesepian. "Pa, tolong pulang sebentar saja. Demi Mama." - Navy Balveer Danendra Na...