"Cowok, tapi manja kayak bencong!"
Archer dan Navy awalnya tak peduli, mereka tetap fokus mengerjakan tugas yang diberi guru karena beliau berhalangan hadir. Namun, entah kenapa Archer mulai terpancing saat Jesper menyebut kata 'bencong' Archer hanya merasa kata-kata itu berlebihan.
"Bisa stop ga? Lo berisik" sarkas Archer yang tangannya tetap menulis jawaban dari buku Navy.
Navy melirik Archer yang wajahnya sudah mengeras tanda ia benar-benar tengah menahan omosinya. "Lo ada masalah apa, sih, sama kita? Dari tadi ganggu mulu." Navy sudah menyelesaikan tugasnya, sehingga pemuda bersurai kecokelatan itu mulai meladeni Jesper.
Jesper menyeringai saat dua mangsanya sudah mulai terpancing. "Ga ada masalah, sih, cuma gue ga suka aja liat muka lo sama temen manja lo itu!"
Navy mengepalkan tangannya, begitu pun Archer yang menolehkan kepalanya dengan wajah yang sudah memerah. "Maksud lo apa?" Archer bangkit dari duduknya, berdiri di hadapan Jesper yang sedikit lebih tinggi darinya.
Navy menarik tangan Archer agar pemuda itu kembali duduk di tempatnya. Ia mengedarkan pandangan dan melihat tak ada yang menghiraukan kegiatan adu mulut mereka. Navy tahu, teman-teman sekelasnya diam karena mereka tak mau mencari masalah dengan Jesper yang terkenal nakal. Bahkan anak itu sudah mendapat hukuman skors saat baru satu minggu bersekolah.
"Cuma ngomongin fakta, lo anak manja yang ga bisa apa-apa tanpa temen lo si Navy itu."Archer mengepalkan tangannya dengan kepala tertunduk. Ia memang belum bisa mandiri, bukan berarti ia manja dan tak bisa melakukan apa pun sendirian.
Archer yang sibuk menunduk untuk menahan emosinya tak sadar jika Navy sudah berdiri dan menghampiri Jesper melalui cela yang ada di belakang kursinya.
Navy bukan anak yang mudah terpancing emosi, hanya saja ia sudah cukup muak dengan kalimat-kalimat mengganggu yang Jesper utarakan, setidaknya Navy ingin membuat Jesper bungkam. "Lo bahkan lebih ga bisa apa-apa dibandingin sama Archer. Lo tau? Lo itu cuma sampah di kelas ini, ga berguna." Navy mengeluarkan kalimat penuh dekanan itu dalam nada rendah sehingga teman-temannya yang lain termasuk Archer tak mendengarnya.
"Gue sampah? Denger-denger lo dibuang sama bokap lo, kan? Sekarang siapa yang sampah?"
Sial, Navy tak tahu Jesper mendapat rumor itu dari mana. Terakhir Navy mendengar kalimat itu adalah saat ia duduk di bangku sekolah dasar. Rasanya harus mendengar kalimat yang sama saat ia sudah remaja seperti ... melihat masa kecilnya yang suram.
Tanpa aba-aba, Navy yang tangannya sudah terkepal melayangkan tinjuan yang mengenai rahang Jesper, membuat pemuda itu mundur beberapa langkah dari posisinya. Beberapa siswi berteriak saat melihat hal tersebut, sedangkah siswa lain segera mendekat hendak melerai keduanya.
Salah seorang teman sekelas Navy yang merupakan ketua kelas berdiri di belakang Jesper, menahan pemuda itu yang menatap marah pada Navy. Archer sendiri sudah berdiri di belakang Navy, melakukan hal yang sama dengan ketua kelas mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth [TERBIT]
RandomNavy hanya ingin hidup seperti remaja pada umumnya. Bermain, belajar, dan menikmati hidup. Namun, takdir berkata lain, Navy hidup hanya untuk merasakan kehilangan dan kesepian. "Pa, tolong pulang sebentar saja. Demi Mama." - Navy Balveer Danendra Na...