"Makanya kalo Mama bilang jangan main jauh-jauh itu nurut, Nav." Sejak subuh tadi Sesilia tak berhenti mengomeli Navy sedetik pun. Ia bahkan kini tengah menyuapi Navy dengan wajah yang masam.
"Mama kalo anaknya lagi sakit jangan diomeli terus," ucap Navy setelah bubur yang Sesilia suapkan ia telan habis.
Melihat mangkuk yang kini sudah kosong membuat Sesilia beralih mengambilkan segelas air untuk Navy yang ia letakkan di atas Nakas. "Minum obat, jangan ngeluh! Masih untung Mama mau ngurusin kamu yang bandel ini."
Navy cemberut dan dengan patuh meminum obat yang mamanya siapkan tanpa mengeluh. Sesilia jika sedang marah menyeramkan, bukan karena ia membentak dan sebagainya, tetapi karena Sesilia tidak akan berhenti mengomel sampai ia merasa tenang.
"Padahal Navy ga main jauh-jauh, cuma di taman aja." Navy berusaha menyangkal ucapan Sesilia.
"Tapi sampe magrib, kan?"
Baiklah, Navy kalah, ia memang bersalah. "Ya, udah, deh, maaf ...," katanya dengan kepala tertunduk.
Sesilia menghela napas kemudian mengusap dahi Navy yang hangat dengan lembut. "Mama hari ini ga ke toko, kalo Navy butuh sesuatu panggil aja, ya? Mama di bawah masak buat makan siang."
Navy hanya menganggukkan kepalanya dan melihat mamanya beranjak dari kamar Navy sembari membawa nampan berisi gelas dan mangkuk yang isinya telah Navy habiskan. Begitu pintu kamarnya di tutup dari luar oleh sang mama, Navy segera membaringkan tubuhnya dan menarik selimut hingga menutupi dadanya.
Navy menghela napas saat rasa sakit di kepalanya tak kunjung hilang, ditambah tadi pagi Navy mimisan dan membuat Sesilia panik. Sejujurnya Navy tidak ingin merepotkan wanita yang berstatus sebagai mamanya tersebut, sayangnya ia mimisan tepat saat Sesilia ingin membangunkannya untuk salat subuh. Hal tersebut yang membuat Navy harus mendengarkan omelan Sesilia hingga telinganya terasa memanas.
"Pusing banget," keluhnya sembari mengernyitkan kening.
Pemuda itu berusaha memejamkan matanya dan jatuh ke alam mimpi agar tak lagi merasakan pusing, setelah beberapa menit memejamkan mata dan mengernyitkan kening akhirnya Navy dapat tertidur dengan pulas.
***
"Nav, ayo, makan siang dulu."
Mata Navy perlahan terbuka saat merasakan usapan di dahinya. Bibir pucatnya menyunggingkan senyuman manis saat mendapati wajah Sesilia yang tampaknya sudah tidak marah lagi pada Navy.
Sesilia kembali mengusap dahi anaknya yang berkeringat, memeriksa suhu tubuh anaknya dan memastikan jika panas tubuh Navy sudah turun. "Makan, ya?" tanyanya yang langsung mendapat anggukkan dari Navy.
Navy bangun dengan keadaan yang sudah jauh lebih baik, meski masih merasa lemas setidaknya kepala Navy sudah tidak sesakit tadi pagi. Ia pun berusaha duduk dan bersandar pada bantal yang sudah Sesilia susun agar Navy dapat bersandar dengan nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth [TERBIT]
RandomNavy hanya ingin hidup seperti remaja pada umumnya. Bermain, belajar, dan menikmati hidup. Namun, takdir berkata lain, Navy hidup hanya untuk merasakan kehilangan dan kesepian. "Pa, tolong pulang sebentar saja. Demi Mama." - Navy Balveer Danendra Na...