"Hati-hati, Nav, jangan berantem lagi, loh!" seru Sesilia yang ikut turun dari mobil untuk melihat anaknya memasuki gerbang sekolah.
Navy tak menjawab, ia hanya melambaikan tangan pada sang mama dan dengan cepat berlari memasuki area sekolah. Langkah Navy melambat saat tak sengaja berpapasan dengan Jesper, tetapi Jesper tampak tak acuh dan berlalu begitu saja. Udah kapok kali, tuh, anak, batin Navy karena ia sudah bersiap menanggapi jika Jesper kembali memancing emosinya.
"Gila, jagoan kita udah masuk sekolah, nih."
Navy melirik Maxius dan Atharis, lalu ia menghela napas kasar. "Apa, sih, ga jelas," ucap Navy yang berlalu tak mengacuhkan dua kakak tingkatnya itu.
"Lah, malah ditinggalin." Atharis menarik tas Maxius untuk ikut berjalan di belakang Navy.
"Lo pendek gini emang sampe buat nonjok Jesper?" tanya Maxius, lebih tepatnya ia tengah mengejek Navy dan tinggi badannya.
"Navy menatap Maxius dan Atharis bergantian dengan kepala yang sedikit mendongak. "Tinggi gue normal, ya! 175 senti, lo berdua yang kebanyakan makan bambu!"
Tawa Maxius dan Atharis pecah seketika. Pasalnya memang Navy tidak begitu pendek, hanya saja ia selalu berada di sekitar orang-orang yang tingginya kelewatan. "Serius, Cil, lo jinjit ga pas nonjok mukanya Jesper?" goda Maxius lagi.
"Ga, gue naik tangga! Puas lo?" Jawaban Navy membuat Maxius dan Atharis kembali tertawa keras, tak peduli dengan kondisi koridor yang ramai.
"Minggir!"
Teriakan tiba-tiba yang datang dari arah belakang itu mengalihkan perhatian Maxius dan Athari, mereka sontak menepi saat pemuda yang tak lain adalah Archer itu berlari kencang ke arah keduanya. Namun, berbeda dengan Navy yang tak acuh, ia sudah hafal dengan suara Archer, ia juga tahu jika Archer pasti saat ini tengah berlari kencang dan akan menubruk bagian belakang tubuhnya.
Benar saja, tubuh Navy dan Archer bertabrakan saat itu juga menimbulkan suara yang cukup menarik perhatian. Tubuh Navy terdorong beberapa langkah, sedangkan Archer kini memeluk erat Navy dari belakang.
"Stres," lirih Maxius yang di setujui dengan Atharis dengan menggelengkan kepala akan tingkah Archer.
"Navy! Sumpah lo sehat, kan?" tanya Archer dengan heboh.
Jika boleh jujur Navy sudah sehat, hanya saja saat kini harus berhadapan dengan tiga orang kelebihan energi ini Navy perlahan merasa tubuhnya lemas tak bertenaga. "Minggir, bisa ngomong pas udah masuk kelas aja ga, sih?" ketusnya.
Archer mencebik mendengar jawaban Navy yang ketus, lalu Maxius dan Atharis tertawa keras melihatnya.
"Udah, Cil, masuk kelas sono. Gue sama Atha duluan, ya! Entar ketemu di kantin!" Maxius berjalan mendahului Atharis, Archer, dan Navy sembari melambaikan tangan.
"Sehat-sehat, Nav," ucap Atharis sebelum menyusul langkah sohibnya.
Archer dengan senyum cerahnya melambaikan tangan pada dua orang tersebut, sedangkan Navy hanya bisa pasrah saat tangannya ditarik Archer ke kelas mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth [TERBIT]
DiversosNavy hanya ingin hidup seperti remaja pada umumnya. Bermain, belajar, dan menikmati hidup. Namun, takdir berkata lain, Navy hidup hanya untuk merasakan kehilangan dan kesepian. "Pa, tolong pulang sebentar saja. Demi Mama." - Navy Balveer Danendra Na...