Navy turun dari ojek online yang telah mengantarkan ia ke sekolah dengan selamat. Ia melepas helm yang telah melindungi kepalanya, lalu memberikan selembar uang untuk membayar tukang ojek tersebut.
"Makasih, ya, Pak." Navy membalikkan badan, hendak langsung memasuki gerbang sekolah saat mendengar bel yang menandakan lima menit lagi upacara bendera akan segera dimulai.
Langkah Navy terhenti saat melihat sosok Archer yang tengah berdiri di sebelah mobil berwarna putih. Ia tak sendiri, di hadapan pemuda itu berdiri pria berbadan tegap dengan pakaian formal yang membalut tubuhnya. Meski sosok tersebut membelakanginya, Navy dengan mudah dapat menebak siapa pria tersebut. Pria itu tentu saja, Raden, papanya ... dan papa Archer juga.
"Papa ...," gumam Navy. Ia ingin menghampiri sosok yang sangat ia rindukan tersebut, kakinya hampir melangkah ke tempat itu, tetapi hati Navy mengatakan jangan. Bagaimana pun ia tidak ingin membuat pertemanannya dan Archer rusak. Apa gue jujur aja sama Archer? batinnya. Navy menggelengkan kepalanya, kemudian membalikkan tubuh dan melangkah dengan cepat memasuki gerbang sekolah.
Navy telah meletakkan tasnya di kelas, ia tengah berjalan menuju lapangan bersama Archer dan beberapa teman sekelasnya yang lain. "Nav, nanti pulsek mampir ke rumah gue lagi mau ga? Naka lagi sakit, dia pengen main sama lo katanya."
Navy menatap Archer dengan dahi berkerut. "Perasaan gue sama Naka ga deket, deh, kenapa dia tiba-tiba pengen main sama gue?"
Archer tertawa pelan, kemudian mengatakan alasan Naka yang tiba-tiba saja ingin bermain dengan Navy seolah mereka sangat dekat. "Ga tau, ya ... kata Naka lo anaknya enak diajak main, baik, ga pernah ngusilin dia. Ga kayak Bang Jevas yang kerjaannya usil."
Navy menganggukkan kepalanya. "Boleh, deh," jawabnya. Siapa tau kali ini bisa ketemu Papa sama Abang. "Gue juga seneng di rumah lo, jadi ga ngerasa terlalu sepi karena di rumah gue ga ada siapa-siapa." Untuk yang ini Navy tidak berbohong, ia memang senang berada di rumah Archer yang fasilitasnya lengkap.
"Oke, entar langsung bareng aja kayak kemarin, ya."
***
Seperti perjanjian antara dirinya dan Archer tadi pagi, kini Navy sudah berada di rumah Archer. Navy sudah berganti baju menggunakan kaos oblong yang warnanya sama dengan Archer dan Naka. Naka yang meminta, dengan dalih agar ia lekas pulih. Anak ajaib. Begitu pikir Navy.
"Mama ke bawah lagi, ya, mau siapin makan siang buat Kakak dulu, bentar lagi anaknya pulang," ucap Naya setelah membantu putra bungsunya menghabiskan semangkuk bubur ayam yang ia buat.
"Adek masih mau sama Mama ...." Naka bergelayut manja di tangan Naya, membuat wanita berhijab itu menghela napas lelah.
"Udah gede, Adek, malu ada Bang Navy juga, tuh."
Navy dan Archer tertawa melihat bagaimana manjanya Naka pada Naya. Archer bahkan kini ikut bergelayut manja di lengan mamanya seolah menjadikan wanita tersebut sebagai bahan rebutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth [TERBIT]
DiversosNavy hanya ingin hidup seperti remaja pada umumnya. Bermain, belajar, dan menikmati hidup. Namun, takdir berkata lain, Navy hidup hanya untuk merasakan kehilangan dan kesepian. "Pa, tolong pulang sebentar saja. Demi Mama." - Navy Balveer Danendra Na...